Ditopang Sentimen Domestik, Berikut 9 Saham Layak Trading Pekan Ini

Analis menyebut saham layak trading berasal dari finansial hingga energi

Republika/Prayogi
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia. Sejumlah sektor di pasar saham berpotensi mengalami rebound sepanjang pekan ini. Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, Rifqi Satria Dinandra, mengatakan pergerakan pasar saham akan dipengaruhi data inflasi dan PMI Manufaktur.
Rep: Retno Wulandhari Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah sektor di pasar saham berpotensi mengalami rebound sepanjang pekan ini. Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, Rifqi Satria Dinandra, mengatakan pergerakan pasar saham akan dipengaruhi data inflasi dan PMI Manufaktur. 


Menurut konsensus, inflasi November akan kembali turun ke 5,5 persen yoy atau lebih rendah dari bulan lalu 5,71 persen. Tren penurunan inflasi memberi ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk tidak agresif dalam menaikkan suku bunga.

Sementara itu, inflasi inti diperkirakan akan kembali naik ke level 3,39 persen yoy. "Jika inflasi inti masih naik dan berada di level target BI maka akan menjadi sentimen positif bagi IHSG," kata Rifqi, Senin (28/11).

Selain itu, Rifqi memperkirakan PMI Manufaktur masih akan ekspansi dalam 14 bulan terakhir meski pada Oktober lalu sempat mengalami penurunan. Pada Novemer ini, menurut Rifqi PMI Manufaktur bisa jadi positif menjelang momen Natal dan dan Tahun Baru. 

"Biasanya, pergerakan dari sektor manufaktur dan jasa cenderung ekspansif menjelang hari besar ini dan ini menjadi sentimen positif bagi IHSG," jelasnya.

Pekan lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tipis 0,04 persen dengan pelemahan terdalam di sektor teknologi sebesar 6,6 persen dan penguatan terbesar di sektor energi 2,6 persen.

Rifqi menjelaskan rilis FOMC Minutes (notula rapat The Fed) pekan lalu memberikan informasi penting yang bisa menjadi sentimen positf untuk market. Bank sentral AS, The Fed, diperkirakan akan menaikkan suku bunga lebih kecil dari biasanya.

Seperti diketahui, dalam empat pertemuan terakhir The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 bps. Sekarang ini diperkirakan The Fed akan lebih kecil menaikkan suku bunga yaitu hanya 50 bps. Notula rapat menunjukkan The Fed telah melihat kemajuan dari kebijakan moneter untuk menekan angka inflasi di AS.

"Jadi, pada rapat berikutnya kenaikan suku bunga diperkirakan tidak akan sebesar 75 bps lagi. Ini tentu menjadi sentimen positif bagi bursa global termasuk Indonesia," kata Rifqi.

Dengan berbagai sentimen tersebut, Rifqi melihat sejumlah sektor mulai dari finansial, industri, properti hingga energi berpotensi mengalami kenaikan pekan ini, berikut rekomendasinya:  

IDX Finance: BBNI (Support 9.150, Resistance 9.500, BMRI (Support 10.025, Resistance 10.450) dan BBRI (Support 4.700, Resistance 4.870), 

IDX Industry: UNTR (Support 29.100, Resistance 31.225) CTRA (Support 980, Resistance 1.080) 

IDX Property: PWON (Support 464, Resistance 494 ), SMRA (Support 590, Resistance 655) dan 

IDX Energy: PGAS (Support 1.835, Resistance 1.905) ADRO (Support 3.640, Resistance 3.830).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler