Jalur Sutra, Forum Menyebarkan Ide, Kultur, dan Agama
IHRAM.CO.ID, Awal 600 M, Islam muncul di Jazirah Arab. Nabi Muhammad SAW, pendakwah agama ini, memulai kariernya sebagai pedagang. Mengikuti model kepemimpinan sang Nabi, Islam memiliki nilai lebih dalam aktivitas komersial dibandingkan kebudayaan lainnya. Penaklukan yang dilakukan orang-orang Arab—dilakukan dengan mengikuti jalur perdagangan internasional—menghasilkan sebuah perkembangan baru dalam hukum tata niaga. Alhasil, hukum pasar pun diatur oleh Islam.
Kala bangsa Arab menaklukkan Transoxiana pada 711 M, orang-orang Sogdian melihat adanya keuntungan jika memiliki sebuah kebudayaan dengan kontak komersial nan luas seperti Islam. Bangsa Arab kemudian melakukan misi perdagangan sampai ke Cina hanya dalam beberapa tahun setelah Rasulullah SAW wafat. Mereka membangun koneksi yang menjaga keberlangsungan hubungan Persia-Muslim Sogdian.
Kaum Sogdians mendominasi perdagangan Timur-Barat dalam kurun abad keempat hingga abad kedelapan. Mereka adalah kafilah pedagang utama di Asia Tengah. Kepentingan komersial mereka dilindungi kekuatan militer Gokturks yang ditabalkan sebagai “perusahaan patungan klan Ashina dan Soghdians”. Perdagangan mereka—walau kerap diselingi sejumlah gangguan—terus berlanjut hingga abad kesembilan, seiring dengan kemunculan Kekaisaran Uighur. Mereka memainkan peran penting nan seimbang dalam agama dan budaya. Tapi, setelah berakhirnya Kekaisaran Uighur, perdagangan Sogdian mengalami krisis.
Di Asia Tengah, Islam mulai berkembang seiring dengan riuhnya perdagangan di Jalur Sutra. Ekspansi Dinasti Ottoman (Usmani) sejak abad ke-10 di kawasan itu semakin memperkuat posisi perdagangan kaum Muslim. Dan, pengaruh Buddha pun hampir menghilang. Di sebagian besar abad pertengahan, kekhalifahan Islam yang berpusat di Timur Dekat memiliki hegemoni kuat dalam tata niaga di Jalur Sutra. Selain itu, proses Islamisasi di kawasan pun kian gencar dilakukan.
Richard Foltz dalam Religions of the Silk Road: Premodern Patterns of Globalization menuliskan, Jalur Sutra laiknya sebuah forum untuk menyebarkan ide, kultur, dan agama selama lebih dari 3.000 tahun. Fondasi globalisasi hari ini, kata dia, didasarkan pada sejumlah pengembangan yang telah berlangsung berabad lamanya seiring keberadaan Jalur Sutra. “Jalur Sutra berperan penting dalam kelahiran banyak agama, evolusi, dan kematian.”
Menurut Foltz, secara langsung atau tidak, eksistensi rute perdagangan di Jalur Sutra turut pula membantu terbentuknya relasi antara niaga dan agama. Berkat relasi ini, kawasan-kawasan marginal di Timur dan Barat pun bisa dijangkau. Terkait penyebaran Islam di Asia Tengah, Foltz menegaskan, terjadi karena tiga sebab. Pertama, disebabkan faktor politik, di mana setiap pejabat pemerintah menerima aturan dan tradisi Jalur Sutra ketimbang menentangnya.
Kedua, faktor ekonomi dan kuatnya dominasi Muslim dalam aktivitas komersial. Ketiga, gencarnya Islamisasi dan asimilasi di Jalur Sutra. “Berdasarkan hukum syariat, anak-anak yang lahir dari pernikahan campuran akan dibesarkan dalam tradisi Islam. Penyebaran Islam pun berlanjut seiring dengan Islamisasi Dinasti Usmani yang mencapai Cina melalui ekspedisi militer,” ungkap Foltz.
Dapat dikatakan, agama, ide, ilmu pengetahuan, maupun peradaban ditransportasikan melalui Jalur Sutra selama berabad-abad sebagaimana halnya barang dagangan. Transportasi ini berlangsung melalui bahasa, transliterasi kitab suci, pernikahan campuran, perang, penguasaan wilayah, dan lainnya. Ketika kedaulatan dikuasai satu pihak maka agama dan tata niaga secara tak terelakkan berpindah tangan pula.
Perkembangan peradaban dunia tak lepas dari keberadaan Jalur Sutra. Sebuah rute perdagangan yang tak melulu mentransaksikan barang dagangan, tapi juga ide, dogma, dan agama.