Pentagon: China Tingkatkan Keterlibatan di Timur Tengah
Keterlibatan China dengan beberapa negara Timur Tengah meningkat, khususnya dengan Ir
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Laporan yang dirilis Pentagon pada Selasa (29/11/2022) menyebutkan, China dan militernya secara signifikan meningkatkan upaya untuk terlibat dengan negara-negara Timur Tengah. Pentagon menyoroti dua pergeseran utama yang dilakukan China pada 2021 dalam Belt Road Initiative.
Keterlibatan China dengan beberapa negara Timur Tengah meningkat, khususnya dengan Irak. Hal ini terlihat melalui keterlibatan China untuk mulai memprioritaskan kesehatan masyarakat, infrastruktur digital, dan peluang energi hijau di negara-negara Timur Tengah.
Beijing meningkatkan inisiatif Jalur Sutera Kesehatan dan Jalur Sutra Digital dengan memberikan bantuan medis, termasuk vaksin Covid-19, alat pelindung diri (APD), dan dukungan pandemi lainnya kepada negara-negara mitra. Upaya ini dapat membantu China memperluas pangsa pasar internasional terhadap produk medisnya. Termasuk memperkuat upaya untuk berperan sebagai pemimpin kesehatan masyarakat global, dan mengidentifikasi kebutuhan akan Belt Road Initiative (BRI). Menurut Pentagon, Jalan Sutra Digital adalah salah satu cara China mengirimkan teknologinya ke negara lain.
"Mereka mencoba memanfaatkan inisiatif itu untuk menyebarkan standar teknologi mereka sendiri, saat mereka mencoba menetapkan standar global untuk teknologi generasi mendatang," ujar Pentagon, dilaporkan Alarabiya, Selasa (29/11/2022).
Beberapa upaya itu termasuk investasi China di jaringan 5G, kabel bawah laut, dan pusat data. Investasi ini juga mencakup sistem navigasi satelit, kecerdasan buatan, dan komputasi kuantum untuk penggunaan domestik dan ekspor.
“Ketika kepentingan ekonomi Beijing berkembang di wilayah-wilayah seperti Afrika, Amerika Latin, Asia Tengah, dan Timur Tengah, kami memperkirakan akan melihat peningkatan fokus pada perluasan operasi proyeksi kekuatan secara global,” kata Pentagon.
Pentagon mengatakan, China merupakan pemasok senjata terbesar kelima di dunia. China menjual senjata konvensional, termasuk drone, kapal selam, kapal permukaan angkatan laut, sistem rudal darat-ke-udara dan jet tempur ke Arab Saudi, Serbia, UEA, Indonesia, Kazakhstan, Irak, dan Pakistan.
"(China) sedang berusaha untuk memperluas logistik luar negeri dan infrastruktur pangkalan untuk memungkinkan (tentaranya) memproyeksikan dan mempertahankan kekuatan militer pada jarak yang lebih jauh,” kata Pentagon.
Laporan Pentagon juga memperingatkan bahwa jaringan logistik militer China dapat mengganggu operasi militer Amerika Serikat (AS) karena tujuan militer global Beijing berkembang. Militer Cina telah memiliki basis dukungan di Djibouti. China sedang mempertimbangkan dan merencanakan fasilitas tambahan di Timur Tengah dan Afrika Utara. Beberapa negara yang dipertimbangkan antara lain UEA, Pakistan, Kenya, dan Seychelles.
“Terlepas dari upaya China untuk mendiversifikasi pemasok energi, volume minyak dan gas alam yang diimpor dari Afrika dan Timur Tengah akan menjadikan pengamanan rute maritim strategis sebagai prioritas bagi Beijing setidaknya untuk 15 tahun ke depan,” kata Pentagon.