Universitas Stanford Pelajari Mengapa Islamofobia Bisa Terjadi
Mahasiswa Universitas Stanford belajar tentang Islamofobia.
REPUBLIKA.CO.ID,CALIFORNIA–Salah satu universitas terbaik di dunia, Universitas Stanford, baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka akan menyelenggarakan kursus pertamanya terkait Islamofobia. Kursus ini diadakan untuk memperluas pemahaman para mahasiswa tentang bagaimana Islamofobia terjadi.
Kelas yang disebut “Interrogating Islamophobia” adalah edukasi baru yang direncanakan akan diajarkan mulai musim gugur ini. Edukasi yang digelar oleh Abiya Ahmed, Wakil Dekan dan Direktur Markaz Resource Center.
Ahmed lebih lanjut menjelaskan bahwa dia dapat memberikan statistik mengenai tingkat tindakan Islamofobia yang terjadi tahun lalu atau kejahatan rasial, tetapi ini berbeda dari kursus ini. Mata kuliah ini akan memperluas cara berpikir mahasiswa untuk memahami Islamofobia secara lebih mendalam.
Dilansir dari The Islamic News, Rabu (30/11/2022), kelas akan membahas topik yang berbeda tentang Islamofobia setiap pekan. Mulai dari Islamofobia sebagai fobia hingga besarnya Islamofobia yang terwujud di sisi kanan dan kiri spektrum politik.
Yusuf Zaharullah yang juga salah satu dosen mata kuliah tersebut menegaskan bahwa mata kuliah ini akan mengkaji lebih jauh Islamofobia dan akan mengupasnya dari berbagai sudut pandang yang berbeda, seperti bagaimana Islamofobia mewujud.
Baik yang eksplisit seperti kejahatan kebencian dan pelecehan verbal atau terkait dengan Islamofobia sistemik yang dituangkan dalam regulasi seperti yang coba dilakukan oleh mantan Presiden AS Donald Trump.
Zaharullah berharap kelas ini dapat memicu dialog tentang sejarah peristiwa Islamofobia yang terjadi di kampus Stanford di masa lalu, seperti ketika kelompok politik kampus tertentu, yaitu Stanford College Republicans, mengundang narasumber yang sangat Islamofobia.
Sedangkan Mehak Parwani mengatakan bahwa dia memutuskan untuk mengambil kelas ini untuk menjadi sekutu yang lebih baik dengan mendengar dari orang-orang yang terkena langsung Islamofobia dan memahami posisinya sebagai non-Muslim untuk membantu mengatasi masalah tersebut. Dia percaya kelas ini dirancang dengan baik untuk didaftarkan oleh siswa Muslim dan non-Muslim.