Penduduk Etnis Campuran Meningkat di Inggris-Wales

Proporsi penduduk yang menggambarkan etnis sebagai Asia naik menjadi 9,3 persen.

EPA-EFE/ANDY RAIN
Pembeli berjalan di Oxford Street di London, Inggris, 24 Desember 2021. Populasi Inggris dan Wales yang mengidentifikasi diri sebagai kulit putih telah menurun.
Rep: Dwina Agustin Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Populasi Inggris dan Wales yang mengidentifikasi diri sebagai kulit putih telah menurun. Kelompok ini berjumlah 81,7 persen dari total pada sensus 2021, turun dari 86 persen pada 2011.

Baca Juga


Proporsi penduduk yang menggambarkan etnis sebagai "Asia, Asia Inggris, atau Welsh Asia" naik menjadi 9,3 persen dari 7,5 persen. Sedangkan populasi yang diidentifikasi sebagai "Kulit Hitam, Inggris Hitam, Welsh Hitam, Karibia, atau Afrika" naik menjadi empat persen dari 3,3 persen.

Kantor Statistik Nasional Inggris mengatakan, pergeseran tersebut mencerminkan pola penuaan, kesuburan, kematian, dan migrasi yang berbeda. Kemungkinan terjadi perubahan dalam cara orang mengklasifikasikan diri.

Data sensus yang dirilis awal bulan ini menunjukkan, populasi kelahiran asing di Inggris dan Wales telah meningkat 2,5 juta dalam 10 tahun terakhir. Hasil itu mencerminkan imigrasi yang signifikan dari Eropa Timur, Asia Selatan, dan Afrika. Data untuk Inggris secara keseluruhan tidak tersedia karena pemerintah Skotlandia menunda sensus selama satu tahun karena pandemi Covid-19.

Kelompok yang mengkategorikan sebagai berkulit putih "Inggris, Welsh, Skotlandia, Irlandia Utara, atau Inggris" turun menjadi 74,4 persen dari 80,5 persen. Sementara "Putih: Lainnya" naik menjadi 6,2 persen dari 4,4 persen.

Jumlah absolut orang kulit putih di Inggris dan Wales meningkat menjadi 48,7 juta dari 48,2 juta. Meskipun jumlah yang mengatakan bahwa mereka berkulit putih dan beretnis Inggris atau Inggris lainnya turun menjadi 44,4 juta dari 45,1 juta.

Bagi orang-orang etnis Asia, jumlah yang menyatakan keturunan India, Pakistan, atau Bangladesh semuanya naik, sedangkan proporsi dengan latar belakang China stabil. Lebih sedikit orang kulit hitam menggambarkan diri sebagai keturunan Karibia, sedangkan latar belakang Afrika utama yang diberikan adalah Nigeria, Somalia, dan Ghana.    

 

London tetap menjadi bagian Inggris dan Wales yang paling beragam etnisnya. Hanya 36,8 persen warga London menggambarkan dirinya sebagai "Putih: Inggris, Welsh, Skotlandia, Irlandia Utara, atau Inggris", turun dari 44,9 persen pada 2011.

"Inggris adalah negara yang beragam dan itu harus disambut baik, dan itu termasuk keragaman agama juga," ujar juru bicara Perdana Menteri Rishi Sunak.

Selain meningkatnya etnis campur, data sensus yang dirilis pada Selasa (29/11/2022) itu, menunjukkan penurunan tajam jumlah orang di Inggris dan Wales menggambarkan diri sebagai umat Kristen. Jumlahnya turun dari 59,3 persen pada 2011 menjadi 46,2 persen pada 2021.

Penurunan ini tercermin dari peningkatan besar orang yang mengatakan tidak beragama. Jumlah itu meningkat dari 25,2 persen menjadi 37,2 persen.

Islam adalah agama terbanyak kedua, diikuti oleh 6,5 persen populasi dan naik dari 4,9 persen pada 2011. Sedangkan Hindu adalah agama ketiga terbanyak dengan 1,7 persen, Sikh merupakan 0,9 persen, dan Yahudi 0,5 persen dari populasi.

 

Meski keberagaman agama meningkat, gereja Inggris masih memainkan peran utama dalam acara-acara seremonial kenegaraan. Para uskupnya telah menjamin kursi di majelis tinggi parlemen Inggris. 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler