BI Luncurkan White Paper Rupiah Digital dalam Proyek Garuda

Digital Rupiah menjadi salah satu sistem pembayaran untuk akselerasi digitalisasi.

AP/Patrick Semansky
Gubernur bank sentral Indonesia Perry Warjiyo. Bank Indonesia (BI) dalam momentum Pertemuan Tahunan Bank Indonesia menerbitkan high level design pengembangan Digital Rupiah yang terangkum dalam White Paper (WP).
Rep: Lida Puspaningtyas Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) dalam momentum Pertemuan Tahunan Bank Indonesia menerbitkan high level design pengembangan Digital Rupiah yang terangkum dalam White Paper (WP). Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan White Paper ini menguraikan rumusan CBDC bagi Indonesia dengan mempertimbangkan asas manfaat dan risiko.

Baca Juga


"Penerbitan WP ini merupakan langkah awal Proyek Garuda, yaitu proyek yang memayungi berbagai inisiatif eksplorasi atas berbagai pilihan desain arsitektur Digital Rupiah," katanya dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2022 yang digelar secara hybrid di Jakarta (30/11/2022).

Kunci utama dalam pengembangan Digital Rupiah adalah menegaskan fungsi BI sebagai otoritas tunggal dalam menerbitkan mata uang termasuk mata uang digital atau sovereignty Digital Rupiah. Kemudian, memperkuat peran BI di kancah internasional, dan mengakselerasi integrasi EKD secara nasional.

Perry mengatakan Digital Rupiah sebagai salah satu dari kebijakan sistem pembayaran untuk akselerasi digitalisasi. Digital Rupiah akan diimplementasikan secara bertahap, dimulai dari wholesale CBDC untuk penerbitan, pemusnahan dan transfer antarbank.

"Kemudian diperluas dengan model bisnis operasi moneter dan pasar uang, dan akhirnya pada integrasi wholesale Digital Rupiah dengan ritel Digital Rupiah secara end to end," kata Perry.

Penerbitan WP ini diharapkan menjadi katalisator pengembangan desain CBDC ke depan, agar penerapan dapat sesuai konteks dan karakteristik kebijakan. Bank Indonesia meyakini manfaat CBDC mampu menjaga kedaulatan Rupiah di era digital, termasuk mendukung integrasi ekonomi dan keuangan digital serta membuka peluang inklusi keuangan yang lebih merata dan berkelanjutan.

Pengembangan CBDC sendiri memerlukan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk kerja sama dengan bank sentral lain dan lembaga internasional. Perkembangan mata uang digital bank sentral di masa depan bukanlah pilihan, melainkan keniscayaan.

"Bank sentral masih perlu melakukan eksplorasi dan uji coba untuk mengantisipasi perkembangan mata uang digital di masa depan," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler