Nilai Ekspor Industri Tekstil Indonesia Capai 13 Miliar Dolar AS

Indonesia merupakan produsen tekstil penting dan inti dari rantai pasokan dunia.

REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Pekerja menyelesaikan produksi pakaian rajut di salah satu industri rumahan di Sentra Rajut Binong Jati, Binong, Kota Bandung, Senin (14/11/2022). Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menyatakan, terjadi penurunan pada jumlah tenaga kerja di industri tekstil pada periode Agustus 2021 hingga Agustus 2022 sebesar 1,13 juta menjadi 1,08 juta atau turun sekitar 50.000 orang. Republika/Abdan Syakura
Rep: novita intan Red: Hiru Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Lembaga nirlaba tekstil berkelanjutan, Rantai Tekstil Lestari, berupaya mendorong penguatan aksi kolaborasi antar pemangku kepentingan. Hal ini dalam rangka mewujudkan transformasi industri tekstil dan fesyen yang berkelanjutan di Indonesia. 

Baca Juga


Ketua Umum Rantai Tekstil Lestari Basrie Kamba mengatakan sustainable fashion, circular fashion tidak hanya sebuah tren, yang muncul sesaat kemudian lenyap. 

“Transformasi ini nyata. Hanya dengan aksi kolaborasi termasuk melakukan beberapa pilot project antar stakeholders, termasuk industri, akademisi, desainer, pemilik brand internasional, dan pemerintah, Indonesia akan mampu mengatasi tantangan dan mendapatkan porsi dari pasar tersebut yang saat ini masih dalam kisaran 10 miliar dolar AS,” ujarnya dalam keterangan tulis, Rabu (30/11/2022).

Menurut Basrie, industri fesyen global senilai 1,3 triliun dolar AS per tahun sedang memasuki era pembangunan yang berkelanjutan dan sirkular. Indonesia, dengan nilai ekspor sebesar 13 miliar dolar AS tahun lalu merupakan produsen tekstil penting dan inti dari rantai pasokan dunia. 

“Reformasi rantai industri sirkular dan praktik ekonomi sirkular industri TPT global ini tentunya akan memberikan tantangan sekaligus peluang bagi para pemain Indonesia,” ucapnya.

Dalam konferensi dalam Indonesia Sustainable Conference 2022, ada dua pembicara asing yakni Henriette Faergemann dari Kedutaan Besar Komisi Eropa di Jakarta dan Cyndi Rhoades, pendiri dari Worn Again Technologies dan World Circular Textile Day. Panelis lain termasuk Amalia Adininggar Widyasanti, deputi bidang ekonomi, BAPPENAS, Michelle Tjokrosaputro, Sekretaris Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Svida Alisjahbana, CEO dari GCM Group. 

Basrie menyebut konferensi pertama  ini bertujuan untuk mengintegrasikan dan berkolaborasi mendukung transformasi industri tekstil dan fesyen tanah air dalam memberikan dampak secara sosial, ekonomi dan lingkungan di Indonesia.  

Sementara itu Ketua Umum KADIN Indonesia, Arsjad Rasjid, menghimbau agar pelaku industri tekstil dan fesyen dapat menerapkan prinsip keberlanjutan pada seluruh mata rantai operasional. Hal ini sejalan dengan KADIN Net Zero Hub, yakni sebuah ekosistem yang menghubungkan seluruh pemangku kepentingan dalam energy transition dalam upaya dekarbonisasi. 

Amalia Adininggar Widyasanti menegaskan Bappenas berkomitmen untuk mewujudkan terbentuknya masterplan tekstil Indonesia, di dalammya termasuk peta jalan transformasi industri tekstil dan fesyen yang berkelanjutan.

“Dengan kolaborasi, nantinya kita dapat menyusun peta jalan yang sejalan dengan prinsip SDGs, yaitu dengan pendekatan perencanaan pembangunan yang Tematis, Holistik, Integratif dan Spasial,” ucapnya. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler