Anggota DPR AS Desak Perbankan Stop Diskriminasi Muslim

Banyak muslim AS jadi korban kebijakan perbankan yang diskriminatif

AP/J. Scott Applewhite
Anggota DPR Amerika Serikat (AS) dari negara bagian Minnesota, Ilhan Omar dan senator dari Massachusetts, Elizabeth Warren mendesak kepala regulator perbankan Amerika Serikat (AS) untuk menilai kembali kebijakan yang secara aktif mendiskriminasi Muslim Amerika dan komunitas kulit berwarna.
Rep: Muhyiddin Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPR Amerika Serikat (AS) dari Negara Bagian Minnesota, Ilhan Omar dan senator dari Massachusetts, Elizabeth Warren mendesak kepala regulator perbankan Amerika Serikat (AS) untuk menilai kembali kebijakan yang secara aktif mendiskriminasi Muslim Amerika dan komunitas kulit berwarna.

“Tak terhitung individu, bisnis, dan badan amal AS telah menjadi korban kebijakan dan praktik diskriminatif yang tampaknya membatasi akses mereka ke layanan keuangan karena agama atau asal negara mereka,” bunyi surat yang ditandatangani oleh lebih dari selusin anggota parlemen, seperti dilansir HuffPost.

“Banyak Muslim dan Arab, Amerika Timur Tengah dan Asia Selatan, hanya karena koneksi mereka nyata atau dianggap telah secara sistematis terputus dari layanan keuangan,” tulis para anggota parlemen.

Bagi Muslim Amerika dan individu dari negara-negara yang terkena sanksi AS, mengoperasikan rekening bank atau mengirim uang ke luar negeri telah menimbulkan banyak tantangan yang menurut banyak orang tidak proporsional dan diskriminatif.

Orang-orang mengatakan, mereka telah menjadi sasaran lembaga keuangan berdasarkan agama dan asal etnis mereka, termasuk menutup rekening bank mereka tanpa peringatan, pembayaran mereka kepada orang yang dicintai di luar negeri ditandai dan rekening mereka diperiksa secara tidak adil.

Pada 2019 lalu, seorang wanita Muslim mengajukan keluhan terhadap Citibank di New York setelah bank tersebut diduga mencegahnya membuka rekening, dengan mengatakan mereka perlu menyelidiki suaminya, yang memiliki nama belakang Arab. Pada 2017, seorang pria Muslim, istrinya, dan putrinya yang berusia 15 tahun juga ditahan oleh polisi ketika seorang teller menelepon 911 ketika dia mencoba menyetorkan cek.

Muslim Amerika yang menjalankan organisasi nirlaba juga mengatakan, badan amal mereka telah ditutup tanpa alasan. Laporan 2014 oleh The Los Angeles Times menemukan sekitar selusin penutupan akun yang melibatkan Muslim dan imigran dari Timur Tengah serta lembaga nonprofit mereka.

 “Saya mendengar dari banyak orang di distrik saya, terutama imigran, Muslim-Amerika, dan orang kulit berwarna, yang telah menutup rekening bank atau tidak dapat melakukan bank karena diskriminasi. Itu memiliki efek mengerikan pada bantuan kemanusiaan yang vital, baik dalam bentuk pengiriman uang atau kontribusi amal,” kata Ilhan Omar kepada HuffPost dalam pernyataan email.


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler