Pengungsi Akibat APG Gunung Semeru Jadi 781 Jiwa

Banyak pengungsi pulang ke rumahnya di siang dan kembali ke pengungsian malam hari.

ANTARA/Umarul Faruq
Sejumlah warga terdampak abu vulkanik dari awan panas guguran (APG) Gunung Semeru mengungsi di Kantor Kecamatan Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, Ahad (4/12/2022). Menurut data Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ada 1.979 jiwa mengungsi di 11 titik pengungsian.
Rep: Rr Laeny Sulistyawati Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengungsian pasca awan panas guguran (APG) Gunung Semeru tersebar di 21 titik dengan jumlah pengungsi sebanyak 781 jiwa hingga Selasa (6/12/2022) pukul 18.00 WIB. Salah satu titik pengungsian berada di Gedung Serbaguna Balai Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Lumajang, Jawa Timur.

"Setiap harinya kami data ulang. Kebanyakan para warga pulang ke rumah masing-masing pada pagi hingga siang hari, sebelum akhirnya kembali lagi ke pengungsian di sore hari," kata petugas Pusat Pengendalian Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang Kasturi seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Rabu (7/12/2022).

Ia menambahkan, kebanyakan pengungsi melakukan hal tersebut mengingat ada beberapa pekerjaan yang harus mereka lakukan pada pagi hingga siang hari di sekitar rumah mereka.  Ada yang harus memberikan pakan ternak, berkebun, hingga bertani. "Jadi sore hari baru ramai lagi di sini (pengungsian)," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari menambahkan, cuaca di sekitaran Gunung Semeru dan Kabupaten Lumajang terus diguyur hujan sedang hingga deras. Hal tersebut  menyebabkan banjir lahar dingin yang membawa material sisa erupsi. Masyarakat yang berada di daerah aliran sungai diminta untuk mewaspadai hal tersebut.

"Saat ini tingkat akivitas Gunung Api Semeru masih pada level IV atau awas," katanya.

Oleh sebab itu, BNPB meminta masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas apapun di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 19 kilometer (km) dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan. Hal ini karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 19 km dari puncak.

Muhari meminta masyarakat agar mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.



Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler