Dapur Umum Pengungsi Erupsi Semeru Berdiri, Sediakan 600 Porsi Sehari
Dapur umum menerima logistik dari warga maupun relawan yang memberikan bantuan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Kabupaten Lumajang melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang bersama tim gabungan mendirikan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan warga pengungsi erupsi Gunung Semeru. Dapur umum ini beroperasi di beberapa titik pengungsian, salah satunya di Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Dapur umum tersebut dioperasikan oleh BPBD Kabupaten Lumajang bersama Palang Merah Indonesia (PMI). Dalam 1 hari, dapur umum tersebut menyediakan hingga 600 porsi makanan.
"Jumlah tersebut akumulatif dari pagi, siang, dan malam. Banyaknya porsi yang dibuat kami sesuaikan dengan jumlah pengungsi yang ada," kata Petugas BPBD Kabupaten Lumajang Kustari dikutip dari siaran pers BNPB, Rabu (7/12/2022).
Kustari mengatakan, saat ini logistik akan terus didorong baik dari BPBD Kabupaten Lumajang maupun dari dinas sosial dan instansi terkait lainnya. Dapur umum juga menerima logistik dari warga maupun relawan yang memberikan bantuan.
Sementara, untuk Desa Pronojiwo yang aksesnya terputus dari Kabupaten Lumajang, pengiriman bantuan logistik dilakukan memutar melalui Kota Malang. Pengiriman bantuan didukung oleh personel dari BPBD Kota Malang, TNI, dan juga Polri.
"Jalan yang menghubungkan Desa Curah Roboan dengan Desa Pronojiwo tertimbun material abu vulkanik sehingga tidak bisa dilalui kendaraan roda 2 maupun roda 4. Bantuan logistik ke Pronojiwo dikirimkan melalui Kota Malang," katanya.
Dia menambahkan, hingga Selasa (6/12/2022) pukul 18.00 WIB, pengungsian akibat erupsi Gunung Semeru tersebar di 21 titik dengan jumlah pengungsi sebanyak 781 jiwa. Salah satu titik pengungsian berada di Gedung Serbaguna Balai Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro.
"Setiap harinya kami data ulang. Kebanyakan para warga pulang ke rumah masing-masing pada pagi hingga siang hari, sebelum akhirnya kembali lagi ke pengungsian di sore hari," kata Kasturi.
Dia menjelaskan, kebanyakan pengungsi bolak-balik karena ada beberapa pekerjaan yang harus mereka lakukan pada pagi hingga siang hari di sekitar rumah mereka. "Ada yang harus memberikan pakan ternak, berkebun, hingga bertani. Jadi sore hari baru ramai lagi di sini (pengungsian)," jelas Kasturi.
Sedangkan cuaca di sekitaran Gunung Semeru dan Kabupaten Lumajang jugq terus diguyur hujan sedang hingga deras. Ini menyebabkan banjir lahar dingin yang membawa material sisa erupsi. Masyarakat yang berada di daerah aliran sungai diminta untuk mewaspadai hal tersebut.
Baca juga : Erupsi Gunung Semeru, 699 Warga Masih Mengungsi
Saat ini tingkat akivitas Gunung Api Semeru masih pada level IV atau awas. Karena itu, masyarakat diminta untuk tidak melakukan aktivitas apapun di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 19 kilometer (km) dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan. Hal ini karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 19 km dari puncak. Masyarakat juga diminta agar mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.