Ini Penyebab Southgate Ingin Tinggalkan Kursi Pelatih Timnas Inggris

Southgate tidak mau gegabah dalam mengambil keputusan soal bertahan di kursi pelatih

AP/Abbie Parr
Pelatih kepala Inggris Gareth Southgate berdiri selama lagu kebangsaannya sebelum pertandingan sepak bola perempat final Piala Dunia antara Inggris dan Prancis, di Stadion Al Bayt di Al Khor, Qatar, Sabtu, 10 Desember 2022.
Rep: Reja Irfa Widodo Red: Muhammad Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Gareth Southgate memang belum mengambil keputusan terkait kelanjutan kiprah sebagai pelatih Timnas Inggris pasca kegagalan The Three Lions melangkah ke babak semifinal Piala Dunia 2022.

Namun, kerap menjadi bulan-bulanan dan sasaran kritik, Southgate mulai mempertimbangkan untuk hengkang dari kursi pelatih tim utama Inggris. Southgate mulai dipercaya menukangi Timnas Inggris senior pada 2016 silam.

Capaian pelatih berusia 52 tahun itu pun sebenarnya tidak terlalu mengecewakan, terutama soal kiprah Inggris di turnamen major. Di Piala Dunia 2018, Southgate berhasil membawa The Three Lions melaju hingga babak semifinal.

Selain itu, di Piala Eropa 2020, Inggris juga berhasil tampil di partai final, meski akhirnya kalah via adu penalti dari Italia. Kendati begitu, Southgate tidak pernah sepi dari kritik.

Salah satu sorotan tertuju pada gaya permainan yang diterapkan Southgate. The Three Lions di bawah kendali eks pelatih Middlesbrough itu dinilai tampil terlalu defensif dan enggan mengambil resiko.

Kondisi yang menjadi penyebab kegagalan The Three Lions mengalahkan Italia di partai final Piala Eropa 2020, yang digelar di Stadion Wembley. Tidak hanya itu, Southgate juga kerap dikritik tidak berani mengambil keputusan besar.

Kritik bertubi-tubi diterima Southgate saat gagal membawa Inggris meraih kemenangan di pentas UEFA Nations League musim 2022/2023. Puncaknya saat Inggris dicukur Hungaria, 0-4, dalam laga yang digelar di Wolverhampton pada pertengahan September silam.

Southgate pun masih mengingat bagaimana kejamnya berbagai kritik terhadap dirinya pada periode tersebut. Bahkan, mantan penggawa Timnas Inggris itu mengakui, memori menyenangkan saat membawa Inggris lolos dari babak penyisihan grup dan tampil di babak 16 besar Piala Dunia 2022 tidak bisa mengalihkan kenangan buruk saat mendapatkan berbagai kritik.

''Saya merasakan, 18 bulan terakhir sangat berat. Untuk semua yang saya suka dalam beberapa pekan terakhir, saya masih memiliki kenangan atas apa yang terjadi 18 bulan terakhir. Apa yang telah dikatakan ataupun ditulis, terutama pasca laga di Wolverhampton, masih berada di kepala saya,'' kata Southgate seperti dikutip inews, Senin (12/12).

Kondisi ini, ujar Southgate, menjadi salah satu pertimbangan terkait kelanjutanya sebagai pelatih Timnas Inggris. Berbagai kritikan tersebut benar-benar menguras energi secara mental.

Karena itu, Southgate tidak mau gegabah dalam mengambil keputusan soal bertahan di kursi pelatih Timnas Inggris. ''Hal itu benar-benar menguras energi, dan Anda harus bersiap untuk itu.”

“Saya ingin mengambil keputusan yang tepat, apakah terus melanjutkan atau menyudahinya (kiprah sebagai pelatih Timnas Inggris). Saya tidak mau, dalam empat atau lima bulan mendatang, saya menyesali keputusan tersebut,'' ujar Southgate.

Kontrak Southgate sebagai pelatih Timnas Inggris baru berakhir pada 2024 mendatang atau tepatnya pasca gelaran Piala Eropa 2024. Namun, Southgate dikabarkan membuka kemungkinan untuk mengajukan pengunduran diri pasca kegagalan The Three Lions melaju ke babak semifinal Qatar 2022.


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler