Reragui Akui Kesalahan Pemilihan Starting XI Lawan Prancis
Maroko telah membuktikan perkembangan mengejutkan di Piala Dunia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih Maroko Walid Reragui tidak menyesal dengan keputusannya untuk menunjuk kapten Romain Saiss dan Nayef Aguerd dalam starting line-up saat menelan kekalahan 0-2 di semifinal Piala Dunia 2022, Kamis (15/12/2022). Maroko telah membuktikan perkembangan mengejutkan hingga memastikan tempat di empat besar, dan itu bukanlah kebetulan.
Theo Hernandez mencetak gol dengan cepat di menit kelima, dan Maroko, semifinalis Afrika pertama dalam sejarah, mampu memberikan perlawanan sengit dan menciptakan peluang sebelum gol kedua Prancis oleh pemain pengganti Randal Kolo Muani di menit ke-79.
Bagi para pemain Maroko dan pelatih energik, ini menjadi mimpi yang terlalu jauh setelah mengalahkan Belgia, Spanyol, dan Portugal atau mengakhiri harapan para bintang, Eden Hazard, Sergio Busquets dan Cristiano Ronaldo, dalam perjalanan ke semifinal bersejarah.
Reragui sangat ingin memberi penghargaan kepada para pemain yang telah mengeklaim keunggulan atas Belgia, Spanyol, dan Portugal. Tetapi rencana itu menjadi bumerang bahkan sebelum kick-off. Bek West Ham United, Aguerd, yang berjuang dengan cedera paha, digantikan oleh Achraf Dari setelah pemanasan, sementara Saiss tertatih-tatih di menit ke-20.
"Sampai menit terakhir kami tidak yakin, kami menunggu sampai menit terakhir untuk melihat apakah Romain bisa bermain. Dia adalah pemain yang sangat penting bagi kami, kapten kami," kata Reragui dikutip dari Independent, Kamis (15/12/2022).
Reragui menjelaskan, Nayef sedang dalam pemulihan dari flu dan ingin bermain juga. Ia mengungkapkan, saat itu strategi yang terbaik adalah bermain dengan tiga bek sehingga tidak terlalu banyak berlari.
"Kami membuat banyak kesalahan dan kemudian Romain harus keluar dan kami berubah menjadi empat bek dan benar-benar bermain lebih baik," jelas Reragui. "Saya tidak menyesal dengan keputusan itu. Absennya Nayef sulit dan semua hal kecil ini berarti kami memulai dengan sangat buruk, Anda belajar dari kesalahan Anda, saya juga belajar. Jika semua skuad kami fit, kami bisa memberikan lebih banyak masalah kepada mereka."
Di Piala Dunia, lanjut Reragui, satu langkah terlalu jauh, bukan dalam hal kualitas atau taktik, tetapi secara fisik. "Kami memiliki terlalu banyak pemain dengan 60-70 persen," ungkapnya.
Reragui yakin Maroko telah membantu mengangkat nama sepak bola Afrika di panggung global dan selanjutnya dia sekarang akan mendukung Prancis di final melawan Argentina. "Seluruh dunia bangga dengan tim Maroko ini. Kami menunjukkan keinginan, bermain keras, dan memberikan citra yang baik tentang Maroko dan sepak bola Afrika," tegasnya.