Mengenal Iman dalam Trilogi Ajaran Islam
Norma Desvia Rahman, Asep Usman Ismail
Seorang muslim tentu sangat familiar dengan istilah trilogi ajaran Islam, yaitu iman, Islam, dan ihsan. Menurut para ahli trilogi ini memiliki pengertian yang saling terkait bahkan tumpang tindih antara satu dengan yang lainnya. Trilogi yang akan menjadi fokus bahasan kali ini yaitu iman, seperti apa itu iman dan bagaimana memiliki iman yang kokoh.
Menurut bahasa, iman adalah percaya atau membenarkan. Menurut istilah, iman adalah kepercayaan yang diyakini kebenarannya dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. Dari dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa iman adalah percaya. Namun, percaya saja tidak cukup agar manusia mempunyai iman yang kokoh. Maka, terdapat proses didalamnya agar dapat mencapai iman yang kokoh.
Proses pergeseran iman manusia agar mencapai hasil yang kokoh harus melalui beberapa tahap, yaitu pertama kepercayaan, dalam iman kepercayaan saja tidak cukup, karena jika percaya tetapi tidak diyakini dan tidak diimplementasikan dalam keseharian contohnya seperti beribadah. Maka, kepercayaan saja masih kurang tanpa diikuti adanya keyakinan.
Keyakinan dari kata yakin, yaitu bahwa kita sungguh-sungguh dengan kebenaran yang kita lakukan dan terbukanya perasaan untuk menanamkan kebenaran. Dari percaya menuju keyakinan kita harus memiliki empat hal yang ada di diri kita, yaitu meresapi iman atau diresapi dengan hati, menghayati atau dihayati oleh perasaan,
menjiwai atau dijiwai dengan ketenangan dan mengakar hingga keimanan tertanam di diri kita. Selain dari keempat hal penting tersebut, kita juga harus memiliki niat dan tekad yang kuat untuk menciptakan keimanan yang kokoh.
Iman akan kuat dengan ilmu. Setelah diyakini iman juga harus diiringi dengan ilmu, karena ilmu memiliki posisi sebagai penopang dalam keimanan. Manusia beriman sudah pasti berilmu, karena mereka dapat berpikir tentang kebenaran. Selanjutnya, iman harus lemah terhadap kebodohan, tetapi iman harus meningkat dengan amal shaleh, iman juga harus menurun terhadap maksiat, dimana perbuatan maksiat merupakan perbuatan dosa yang dilarang oleh Allah SWT. Terakhir, iman datang karena adanya hidayah dari Allah SWT.
Hidayah Allah dapat didatangkan dengan manusiawi, seperti dengan pikiran yang rasionalis dan analisis dari diri kita. Keimanan seseorang dapat berubah tergantung kepribadian masing-masing. Sehingga, kita sebagai manusia dengan rendah hati tentu saja ingin menjadi muslim yang kuat dan selalu megukuhkan iman kita.