Magisme Tuhan, Sepakbola, Wasit, Hingga Perseteruan Suni vs Syiah
Eksistensi keberadaan Tuhan dalam sepakbola
‘’Ternyata Tuhan orang Bulgaria,’’ kata Stoizkhov. Pemain timnas sepakbola Bulgaria ini berkata penuh keyakinan setelah berhasil melesakan gol ke gawang Jerman dalam Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat. Saat itu Bulgaria mampu masuk ke perempat final. Pernyataan ini sangat masuk akal karena Stoickhov juga seorang penganut Kristen Ortodoks yang taat. Bulgaria tanpa diduga menyikat Jerman 2-1.
Namun tiga hari kemudian, dalam pertandingan yang digelar pada 13 Juli 1994 diStadion East Rutherford, ganti Bulgaria ditekuk Italia, 1-2. Wajah Stoickhov berubah masam karena menelan kekalahan. Tapi dia tak kurang akal ketika ditanya masihkah percaya bahwa Tuhan adalah orang Bulgaria. Ia pun dengan tangkas mengelak.’’Tuhan memang tetap orang Bulgaria. Tapi wasitnya orang Italia,’’ tukasnya.
Urusan ‘mempengaruhi’ Tuhan agar berpihak dalam pertandingan sepakbola memang bukanlah barang aneh. Kalau di Jawa dikenal orang memanggil dukun, sowan ke kiai khos, menggelar tahlilan, atau pergi ke makam keramat untuk meminta restu sebelum bertanding , soal seperti ini pun ternyata dipraktikan juga di ajang sepakbola piala dunia.
Pada tahun 2006 misalnya, Tim Nasional (Timnas) Togo ketika hendak berangkat ke final putaran dunia yang digelar di Jerman, di bandara setempat, kesebelasan ini tak hanya diantar para pendukungnya saja, tapi diantar pula dengan puluhan dukun. Sesaat sebelum naik ke tangga pesawat upacara ritual yang dipenuhi asap dupa, percikan air, dan pembacaan mantra sempat digelar. Mereka berharap Timnas Togo menang dan seluruh lawannya bisa disingkirkan. Tapi akhirnya, kesebelasan Togo gagal total. Yang menjadi juara adalah Italia setelah menaklukan Prancis melalui adu penalti yang didahului adegan serudukan Zidane ke badan Materazzi itu.
Yang mencengangkan hal seperti ini dahulu dilakukan pula pelatih Brazil, Mario Zagalo. Setiap kali duduk di pinggir lapangan untuk mengawasi anak asuhnya bertanding, dia tak lupa selalu menggenggam patung Santo Antonio. Nah, pada suatu waktu Tim Brasil sempat tertinggal. Dia pun segera mencari patung itu yang selalu diselipkan kantong bajunya. Celakanya patung santo pelindung itu tak ditemukan Tentu saja dia blingsatan dan segera mencari patung itu ke kamar ganti pemain. Untungnya, patung itu ditemukan. Dan Brasil pun menang.
Tingkah laku yang sama lainnya juga pernah dilakukan penjaga gawang legendaris Kamerun, Thomas N Kono. Menjelang pertandingan dalam sebuah laga internasional ‘laba-laba’ hitam Afrika ini menggelar ritual adat dibelakang gawang. Celakanya, ulahnya diketahui seorang perwakilan FIFA. Akibatnya, dia kemudian mendapat ganjaran hukuman lima tahun tak boleh bertanding dalam dalam setiap ajang pertandingan resmi. Kono pun kemudian pensiun.
Tapi ulah Kono tak sebanding dengan apa yang dilakukan pendukung tim sepak bola India beberapa puluh tahun silam. Dalam sebuah pertandingan sepakbola penyisihan piala dunia gawang kesebelasan ini selalu terhindar dari kebobolan. Saat itu terjadi insiden ketika sebuah bola yang ditendang lurus dan dapat dipastikan akan masuk ke gawang, tiba-tiba melenting ke atas mistar. Orang pun terperangah dan kontan menyebut ada kekuatan sihir yang bermain dibelakangnya. FIFA pun turut tangan. Kesebelasan India dikenakan sanksi tak boleh ikut dalam ajang pertandingan internasional.
Sampai sekarang FIFA pun hanya memberi sekedar memberikan sanksi tak boleh bermain bila menemukan praktik ‘magis’ dalam sepakbola. Apalagi, sama halnya dengan merumuskan aturan pidana santet dalam hukum pidana, untuk merumuskan hukuman praktik gaib di dalam sepakbola juga sangat susah. FIFA hanya menindak bila urusan kepercayaan itu sampai mengganggu jalannya pertandingan.
Namun, usaha untuk mengajak Tuhan untuk ikut bermain bola ternyata kini masih tetap menjadi pembicaraan dalam putaran dunia di Afrika Selatan. Ini akibat ulah para ofisial Timnas Inggris yang meminta para pemainnya menghentikan perdebatan soal keagaman. Pemicu awalnya karena para ofisial itu melarang Wayne Rooney mengenakan kalung salib selama dalam latihan.
Kontan saja sebagai penganut Katolik taat Roonye protes keras.’’Ini soal agama saya,’’ katanya yang kemudian dijawab oleh salah seorang ofisial Timnas Inggris, Mark White,’’ Kami tak berurusan dengan soal agama!’’
Sementara dari kalangan penganut tarekat sekarang juga berkembang humor soal sepakbola. Ceritanya adalah tentang seorang sufi yang menonton pertandingan sepak bola antara Iran melawan Irak. Saat gawang Iran kebobolan si sufi ikut bersorak keras. Namun, anehnya ketika gawang Irak kebobolan dia juga ikut berteriak senang. Akibatnya, karena dia terlihat bertingkah aneh, ada seorang penonton mendatangi dan bertanya kepadanya.
‘’Pasti bapak bukan orang penganut Suni atau orang Syiah. Atau bapak malah ateis ya,,?,’’ tanyanya. Sufi itu tak menjawab Ia hanya tersenyum geli. Ia juga mengaku bingung ketika ditanya Tuhan memihak siapa.
Jadi sangat dipahami bila beberapa hari lalu dalam tulisannya seorang teolog sekelas Azyumardi Azra ‘kesulitan’ menjelaskan peran Tuhan dalam pertandingan sepakbola. Namun, mungkin jawabannya cukup dengan memplesetkan kata-kata mendiang si jenius Albert Enstien,’’ Jangan jangan Tuhan tak bermain bola. (Tuhan tak sedang bermain dadu, Enstein) ’’
Nah, kalau begitu lalu Tuhan bermain apa coba..?