Menelusuri Jejak Pemikiran Sejarawan Al-Mas'udi
IHRAM.CO.ID, Sangat sedikit catatan tentang kisah hidupnya di masa kecil. Yang jelas, dalam buku yang ditulisnya, ia menyatakan terlahir di Kota Baghdad pada 896 M. Dia adalah keturunan dari Abdullah Ibnu Mas'ud, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW.
Ketika menginjak usia 30 tahun, Al-Mas'udi mulai melakukan perjalanan dan penjelajahan. Perjalanan pertama dilakukannya ke Fars pada 915 M. Setelah menetap selama satu tahun di Istikhar, dia melakukan perjalanan ke India melalui Baghdad. Ia juga sempat mengunjungi Multan dan Mansoora sebelum kembali ke Fars.
Dikisahkan pula, Al-Mas'udi sempat mengunjungi Kirman dan kembali lagi ke India. Pada masa itu, Mansoora digambarkan Al-Mas'udi sebagai kota besar terkemuka yang menjadi ibu kota negara Muslim bernama Sind. Pada 918 M, Al-Mas'udi juga sempat singgah di Gujarat. Dalam catatan perjalanannya, ia menceritakan bahwa sekitar 10 ribu Muslim dari Arab telah tinggal di Pelabuhan Laut Chamoor.
Kota lainnya yang sempat dikunjung Al-Mas'udi adalah Deccan, Srilanka, Indo-Cina, Cina, dan kembali ke Basrah melalui Madagaskar, Zanjibar, serta Oman. Sesampainya di Basrah, Irak, dia berhasil merampungkan penulisan kitab Muruj al-Thahab. Buku itu berisi pengalamannya selama tinggal di berbagai negara dengan orang-orang dan iklim yang juga berbeda-beda.
Al-Mas'udi juga melaporkan keseharian hidupnya yang mengharuskannya berinteraksi dengan orang Yahudi, Iran, India, dan Kristen. Setelah menetap di Basrah, ia hijrah ke Suriah, lalu ke Kairo, Mesir. Di Negeri Piramida itu, Al-Mas'udi menulis buku keduanya yang berjudul Muruj al-Zaman sebanyak 30 volume.
Dalam buku itu, ia menjelaskan secara perinci geografi dan sejarah negeri-negeri yang pernah dikunjunginya. Paul Lunde dan Caroline Stone dalam pengantar buku terjemahan karya Al-Mas'udi bertajuk Mas'udi, The Meadows of Gold, The Abbasids menyatakan, Al-Mas'udi banyak menerima informasi tentang Cina dari Abu Zaid Al-Sirafi. Informasi itu diperolehnya ketika mereka bertemu di Teluk Persia.
"Di Suriah, Al-Mas'udi juga bertemu dengan Leo Tripoli. Leo adalah panglima Bizantium yang masuk Islam," papar Lunde dan Stone. Dari Leo, papar Lunde dan Stone, Al-Mas'udi banyak menyerap informasi tentang Bizantium. Sungguh sayang, sebagian besar karya besar Al-Mas'udi telah hilang.
Meski begitu, pengaruhnya hingga kini tak pernah mati. Penelitian dan pandangan-pandangannya mampu memberi pengaruh secara luas dalam ilmu penulisan sejarah (historiografi), geografi, dan ilmu bumi di beberapa negara. Meski jasadnya telah terkubur 11 abad silam--Al-Mas'udi wafat pada September 956 M di Kairo--lewat karya-karyanya yang legendaris, nama besar Al-Mas'udi tak hilang ditelan zaman.