Jubah Hitam Dipakaikan ke Messi, Pejabat Qatar: Momen Perkenalkan Budaya Arab dan Muslim

Pemain 35 tahun itu dianggap sebagai salah satu pemain terbaik dalam sejarah.

EPA-EFE/Friedemann Vogel
Lionel Messi dari Argentina mengangkat trofi setelah Argentina memenangkan Final Piala Dunia FIFA 2022 antara Argentina dan Prancis di stadion Lusail, Qatar, Ahad (18/12/2022).
Rep: Rahmat Fajar Red: Gilang Akbar Prambadi

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Ketua panitia pelaksana Piala Dunia 2022 Qatar Hassan Al Thawadi menjawab kritik atas jubah tradisional Arab yang dipakaikan kepada Lionel Messi sebelum mengangkat trofi Piala Dunia, di Stadion Lusail, Doha, Senin (19/12) dini hari WIB. Ia mengatakan, jubah tersebut untuk acara resmi pada momen perayaan. Oleh karena itu jubah tersebut diberikan sebagai perayaan untuk Messi.

Baca Juga


Ia juga mengatakan, Piala Dunia adalah momen yang tepat untuk menunjukkan kepada dunia tentang budaya Arab dan Muslim. Ia menegaskan, keputusan tersebut bukan hanya sekadar tentang Qatar namun perayaan regional.

“Orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat dapat datang, mengalami apa yang terjadi di sini dan memahami kita mungkin tidak saling berhadapan dalam segala hal, tetapi kita masih bisa merayakannya bersama,” kata Al Thawadi kepada BBC, dilansir dari Metro.

Mantan striker Inggris, Gary Lineker termasuk di antara orang yang mempertanyakan langkah pemasangan jubah hitam kepada Messi. Lineker mengatakan tindakan itu memalukan jika kaus Argentina yang dikenakan Messi ditutupi oleh jubah tersebut dalam momen bersejarah.

Messi berjabat tangan dengan Presiden FIFA Gianni Infantino dan Emir Sheikh Tamim dari Qatar di atas panggung dan mengenakan bisht hitma atau jubah tradisional pria yang populer di dunia Arab sebelum mengangkat trofi. Ia diantar dua pejabat tersebut menuju rekan-rekan satu timnya yang bersiap merayakannya bersama-sama.

Pemain 35 tahun itu dianggap sebagai salah satu pemain terbaik dalam sejarah yang akhirnya mengangkat trofi Piala Dunia. Argentina mengalahkan juara bertahan Prancis di partai final yang diangal salah satu pertandingan final paling dramatis dalam sejarah turnamen.

Messi mencetak dua gol satu gol oleh Angel Di Maria. Namun penyerang Prancis Kylian Mbappe mencetak hattrick yang memaksan laga dilanjutkan ke babak adu penalti. Les Blues bangkit dari ketertinggalan 2-0 pada babak pertama.

Mereka menyamakan kedudukan dalam 10 menit akhir waktu normal lewat titik putih untuk menyamakan skor 2-2 sehingga laga berlanjut ke perpajangan waktu. Drama berlanjut ke perpanjangan waktu ketika Messi mencetak gol pada menit ke-108 untuk membawa Argentina unggul 3-2.

Namun Mbappe kembali menyamakan kedudukan 3-3 melalui titip putih pada menit ke-118. Dan terpaksa penentuan ditentukan lewat adu penalti dengan kemenangan 4-2 untuk Argentina.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler