Ayah, Ku Tunggu Engkau di Pelaminan

Cerpen penuh inspirasi

retizen /Faisol Ali
.
Rep: Faisol Ali Red: Retizen

Ayah, ku tunggu engkau di pelaminan


Oleh: Faisol Ali , mahasiswa aktif Universitas Pamulang, sastra indonesia

Malam itu dingin mencekam, perkutut malam berdendang bersorak ria bak memecah pulas sang terlelap, angin sepoy-sepoy berhembus menegakkan bulu kudu,hewan malam mulai berkeliaran dengan aktifitasnya masing-masing, suara bising segerombalan nyamuk yang mulai hinggap di pipi imut nan halus Zahra yang siap mengisap darahnya, membuat Zahra seketika terbangun dari tidur pulasnya,”prak...!” Suara gepukan tangan ke pipi Zahra seketika melayang mencoba mengusir dan membunuh nyamuk yang hinggap di pipinya, dengan mata yang masih menyipit seraya menggaruk garuk kaki dan lengannya Zahra bangkit dari alas kardus lusuh yang digunakannya sebagai alas tidur.”Bu, ibu.....Zahra gak bisa tidur nih gara-gara gigitan nyamuk yang gatal ini” suara Zahra merengek membangunkan ibunya yang masih tidur pulas,” ya sayang knp nak? Kok blm tidur anak kesayngan ibu” tanya sang ibu mencoba menenangkan hati anaknya” ini nih Bu nyamuknya banyak banget, udah gitu kalo menggigit bikin gatel, kapan sih Bu kita bisa punya rumah yang bagus dan tidak ada nyamuknya, biar kalo Zahra tidur bisa nyenyak”tutur Zahra sambil memasang wajah manyun.sesekali ibunya menatap wajah sang anak dengan tatapan haru, matanya berkaca-kaca mendengar kaluh kesah putri semata wayangnya, dengan lembut iya membisikkan pada putrinya sembari merangkulnya” sayang, nanti kalo ibu sudah punya uang yang banyak, ibu akan belikan rumah untuk kamu yang ada kamar bermainnya juga, dan yang terpenting kamu g digigit nyamuk lagi dan bisa tidur nyenyak”.”Hore......! Janji ya bu” dengan girang Zahra memastikan apa yang dijanjikan oleh ibunya, ia melompat-lompat ria, walau jam ding ding masih menunjukkan jam 03.00 .

Ya mereka adalah keluarga kecil yang hidupnya sederhana, sebelumnya hidup mereka tak sebegitu terpuruknya sebelum sang ibu ditinggal oleh suaminya merantau ke Malaysia, ya, dia adalah Ningsih ibu rumah tangga beranak satu yang sudah lama ditinggal merantau oleh suaminya, kesehariannya dia bekerja sebagai penjahit keliling, penghasilannya pun tak seberapa, hanya cukup untuk makan dan bayar kontrakan rumah yang sederhana yang ditempatinya bersama sang buah hati,8 tahun genap sudah dia dan putri semata wayangnya ditinggal oleh sang suami, semenjak usia Zahra yang masih sangat belia, di usia belum genap satu tahun sang ayah harus meninggalkan anak dan istrinya demi merubah nasib terpuruk mereka, namun hari berganti Minggu,Minggu berganti bulan, hingga menuai tahun, kabar maupun belanja keseharian istri dan anaknya tak kunjung datang, hingga membuat kehidupan Ningsih dan Zahra makin terpuruk.

“krining .......krining..................” suara jam baker di atas meja yang mulai apuk berdering keras membangunkan Ningsih dari tidur pulasnya, dia beranjak dari tempat tidurnya untuk segera melaksanakan sholat subhuh,”sayang, bangun yuk, kita sholat shubuh berjamaah, sudah jam setengah 5 nih, sebentar lagi kamu harus segera berangkat ke sekolah, bangun yuk” dengan lembut nan manja sang ibu membangunkan putri imutnya, “ eghhhh.....Zahra masih ngantuk Bu” sambil duduk menggeliat Zahra mengerutkan Jidadnya kepada sang bunda.” Jangan jadi anak pemalas,semangat yuk, anak ibu kan harus selalu kuat dan segar” paksa sang ibu sambil menarik kedua tangan sang buah hati, dengan kasih sayang seorabg ibu, paksaan lembutnya membuat Zahra tak bisa menolak ajakan sang ibu.zahra seketika menyingkap sarung yang menyelimuti tubuh mungilnya dan beranjak ke kamar mandi untuk berwudhu.10 menit berlalu meninggalkan 9 menit 30 detik saat Zahra di kamar mandi, sang ibu memandu putri kecilnya memakai mukenah, hingga mereka menunaikan sholat shubuh berjamaa,” ya Allah Zahra tidak minta banyak ya Allah, Zahra hanya meminta kepadamu untuk mengembalikan ayah Zahra kepada Zahra dan juga ibu” doa yang hampir setiap selesai sholat dipanjatkan oleh Zahra hingga membuat tangis sang ibu pecah,”sayang, Allah pasti mengabulkan doa Zahra kok, suatu saat ayah pasti akan kembali berkumpul bersama kita, ayah Hanya sedang mencari nafkah buat kehidupan kita” sesekali sang ibu mencoba menghibur putrinya, walau air mata dipipinya masih menggenang.”tapi kapan Bu, sejak Zahra usia 1 tahun sampai Zahra berumur 9 tahun belum juga ada kabar dari ayah, apa lagi untuk pulang” Zahra menimpalib sang ibu.” Kan ayah lagi sibuk kerja di Malaysia, jadi g sempat untuk menelpon atau mengabari Zahra” jelas sang ibu mencoba menenangkan buah hatinya” oh begtu ya Bu?” tanya Zahra mulai yakin, “ ya sayang, makannya kamu harus selalu berdoa kepada Allah agar ayah diberi keselamatan dan cepat pulang bersama kita, mending kamu cepat cepat mandi, udah mau jam 6 nih, kan sebentar lagi Zahra harus pergi ke sekolah” papar sang ibu sambil menyentil hidung putrinya. Dengan sigap Zahra melompat kegirangan mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya tentang sang ayah, ia kemudian menuju kamar mandi untuk segera beraiap-siap ke sekolah.

Tanpa terasa Setengah jam berlalu, Zahra sudah siap berangkat ke sekolah” ibu, Zahra berangkat dulu ya, assalamualaikum” sambil mencium tangan sang ibu Zahra berangkat ke sekolah, “ waalaikum salam warohmah, hati-hati di jalan ya sayang, kalo sudah selesai mata pelajarannya langsung pulang ya” jawab sang ibu sembri berpesan kepada sang anak yang sudah biasa dipesankan kepada putrinya sebelum berangkat ke sekolah. Sedang dia harus segera bersiap-siap untuk melakukan aktifitas yang sudah menjadi rutinitas kesehariannya.beberapa menit kemudian dia mulai mengayun sepeda nya untuk beraktifitas kembali sebagai penjahit keliling, dia menjadi jasa penjahit keliling kurang lebih sudah 10 tahun, semenjak dia hidup dengan sang suami.” Kling.....kling......melayani jahit baju, celana, jasket dan semua Jenis pakaian” sambil mengayun sepedanya ningsih keliling perkampungan dsebelah”bu.....bisa jahit mukenah g Bu?” panggil seorang ibu paruh baya menghentikan ayunan sepeda Bu Ningsih” bisa Bu, semua jenis pakaian yang robek atau rusak insyallah bisa menggunakan jasa jahit dari saya” tutur Ningsih meyakinkan pelanggan pertamanya, “okay ke depan rumah saya bisa ya Bu” pinta sang pelanggan” baik Bu, bisa kok”ningsih menimpali pertanyaan sang pelanggan. 30 menit berlalu bu Ningsih akhirnya selesai mengerjakan tugasnya menjahit baju pelanggan pertama, upah pun dia terima setelah memeras keringat, ia kembali melanjutkan berkeliling mencari pelanggan selanjutnya, hari demi hari dilaluinya dengan rutinitas yang sama, tanpa dirasa 10 tahun berlalu, kini usia Zahra, sang buah hati Ningsih sudah berusia 15 tahun, dengan jerih payanh sang ibu kini zahra mampu menyelesaikan pendidikannya di bangku SMA, tinggal pendidikan selanjutnya, yakni di bangku kuliah, sekarang dia juga harus banting tulang membantu meringankan beban ibunya yang semakin lama dimakan usia, kuliah sambil kerja,terpaksa dia harus mengambil kelas reguler B/ Reguler malam,kerasnya kota Jakarta membuatnya harus berperan ganda, sebagai mahasiswa dan karyawan restaurant di Jakarta pusat.

“brak...!” seketika barang bawaan Zahra terjatuh akibat ditabrak pemuda yabg berpapasan dengan dirinya,”sorry ya gak sengaja saya lagi buru-buru” sambil membantu Zahra merapikan barang-barangnya yang jatuh karena dirinya,” ya tidak pa-pa mas” jawab Zahra yang mulai berdiri tegap setelah mengumpulkan dan merapikan barang-barangnya yang terjatuh “maaf kalo boleh tau ruangan pemilik restoran ini gak mbac?” tanya pemuda yang menabraknya dengan ramah”mas tinggal lurus saja nanti naik lantai 2 dan tepat sebelah kanan tangga di situ ruang pimpinan restauran ini” jawab Zahra menjelaskan rute ruangan pimpinan restauran yang ditanyakan pemuda tadi” makasih ya mbac “ tutur pemuda tadi.Tanpa basa basi Zahra menuju pintu keluar untuk segera pulang menunggu angkot lewat, 10 menit berlalu, tak satu angkot pun lewat di depan restaurant tempat Zahra bekerja,” mbac, mbac mau pulang?” seketika pertanyaan itu membuat lamunan Zahra buya” ya mas ini lagi nungguin angkot lewat” jawabnya,” emang arah pulang ke rumah mbac ke mana?” tanya si cowok yang sedari tadi berdiri dekat Zahra” ke arah Senayan mas” jawabnya,” kebetulan saya juga ke arah sana mbac, dari pada nungguin angkot, mending bareng saya, g usah takut saya bukan orang jahat kok” pinta sang pemuda” boleh jika tidak merepotkan” jawab Zahra. Motor Vario dikemudikan membawa pemuda tadi dan Zahra meninggalkan restaurant tersebut.

20 menit berlalu, mereka lewati arus jalan dengan kemacetan yang lumayan panjang hingga akhirnya mereka tiba di ruma Zahra” makasih ya sudah mau anterin saya” tutur Zahra sambil turun dari boncengan pemuda tadi” ya santay aja, eh btw nama kamu siapa, kita belum kenalan” tanya pemuda itu sambil mengulurkan tangan nya ke Zahra” nama saya Zahra”jawab Zahra, “saya Iqbal, panggil saja babank” balas babank pada jawaban Zahra, “ saya langsung balik ya”, “ya hati-hati” laju motor babank meninggalkan pesan singkat dari Zahra.Tanpa mereka sadari mereka belajar dan kuliah di tempat yang sama, dan itulah awal dari tumbuhnya benih-benih cinta diantara mereka,hampir 2 bulan dari awal pertemuan mereka, kini mereka menjalin hubungan yang sudah berada di jenjang yang lebih serius,ya tepat pada hari ulang tahun Zahra yang ke 21thn babank melamar Zahra kepada ibunya.”assalamualaikum” sambil mengetok pintu rumah Zahra babank dan keluarganya berbaris di depan rumah Zahra,”waalaikumussalam warohmah, nak babank, silahkan masuk nak, silahkan pak, Bu masuk ke gubuk reyot kami ini” jawab ibu Zahra sambil mempersilahkan keluarga babank masuk, “zahra buatkan kopi dan ambilkan air putih untuk keluarga nak babank Ndok” suruh sang ibu “baik Bu” jawab Zahra sambil menuju ke arah dapur.setelah beberapa menit menyeduh kopi Zahra langsung menghidangkan pada keluarga babank yang sedari tadi asyik ngobrol dengan ibunya,”ini Bu, pak, mas babank, kopi nya,”sapa Zahra, “ya nak terimkasih” timpal ibu babank,” begini Bu, kedatangan kami ke sini untuk niat yang muli, anak kami satu-satunya, si babank sepertinya sudah lama menaruh perasaan pada anak ibu, Zahra, jadi kami sengaja datang ke tempat ibu untuk melamar Zahra untuk babank, kiranya ibu merestui niat baik kami?” obrolan mereka mulai serius dengan pertanyaan papa babank kepada ibu Zahra,dengan tenang ibu Zahra menjawab pertanyaan bapaknya babang” kalo saya sendiri pak, Saya serahkan semuanya pada Zahra, jika ,Zahra mau insyaallah saya juga tidak keberatan, apakah kamu mau Ndok menjadi istri nak babank,? “ tang bubningsih pada putrinya, Zahra.Zahra hanya terdiam menundukkan kepalanya sembari tersenyum tersipu malu,menandakan dirinya tak dapat menolak lamaran dari babank yang sudah dia tunggu-tunggu,” berrarti jika Ndok tidak menjawab itu artinya kamu menerima lamaran nak babank” terka sang ibu mewakili dan mnperjelas isi hati putrinya,mendengar jawaban ibunya hanya tersenyum sambil menunduk, “baik jika seperti itu, kita atur tanggal nikahnya anak kita untuk secepatnya” jelas ayah babank pada ibu Zahra,”kalo urusan itu kami serahkan sepenuhnya kepada bapak dan keluarga bapak, kami pribadi belum bisa memeriahkan pernikahan Zahra mengingat kami dari keluarga kurang mampu” jawab ibu Zahra memelas” ibu tidak usah ngomong seperti itu, biar kami yang tanggung urusan itu” tutur mama babank, maklum babank berasal dari keluarga yang tergolong menengah ke atas, berbeda dengan keluarga Zahra yang hidupnya serba sederhana.

2 Minggu berlalu dari waktu saat keluarga babank datang melamar Zahra kini tiba pada moment syakral, yakni jenjang pernikahan, hari di mana kedua mempelai tengah dag dig dug karena menjadi sorotan para tamu undangan yang hadir dan duduk di singgasana pelaminan , namun semua itu tidak dirasakan Zahra, melihat kedua orang tua babank yang tengah bergandengan memapah putra semata wayangnya menuju pelaminan, Zahra harus dilipuri lara karena hanya ditemani oleh sang ibu,”ibu 19 tahun ayah meninggalkan kita, apkah di moment syakral ini ayah tak juga Sudi datang menjadi wali nikahku Bu?” tanya Zahra pada ibunya,sedang air mata bercucuran membasahi pipi halusnya,” yang sabar ya Ndok, ibu juga terluka ketika mengingat ayahmu, namun apalah daya, ibu hanya bisa berdoa agar ayahmu kembali bersama kita Ndok” jawab sang ibu sembari menghapus genangan air mata yang masih tersisa dibawah kelopak mata putrinya, “aku akan tetap menunggu ayah di pelaminan Bu, sampai ayah tiba dan menikahkan ku” tutur Zahra sembari menahan Isak tangisnya.Detik menghasilkan menit, hingga membuahkan Jam yang ditungu Zahra belum kunjung tiba, sedang keluarga babank mulai tidak sabar agar akad nikah segera dilakukan “sejam lebih kita menunggu wali dari pihak mempelai wanita, terpaksa kita harus menggunkan wali hakim untuk prosesi akad nikah ini” pinta bapak babank kepada keluarga Zahra, dengan perasaan terpukul Zahra harus merelakan dirinya melakukan akad tanpa didampingi sang ayah..........

(Bersmabung di edisi selanjutnya)

sumber : https://retizen.id/posts/193482/ayah-ku-tunggu-engkau-di-pelaminan
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler