Lonjakan Kasus di China Ubah Pandangan Ilmuwan tentang Pandemi Covid-19

Tahun depan, China diprediksi mencatat lebih dari satu juta kematian akibat Covid-19.

AP/Dake Kang
Seseorang menunggu di lorong klinik demam di Rumah Sakit Puren di Beijing, Rabu, 14 Desember 2022. Tahun depan, China diprediksi mencatat lebih dari satu juta kematian akibat Covid-19.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Beberapa ilmuwan terkemuka dan penasihat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berpendapat, terlalu dini  untuk menyatakan akhir dari fase darurat pandemi Covid-19. Karena gelombang baru virus korona akan datang di China. 

Baca Juga


Pandangan para ahli mengenai pandemi Covid-19 berubah sejak China mulai melonggarkan kebijakan Zero-Covid minggu lalu. Pemerintah China akhirnya melonggarkan kebijakan tersebut menyusul aksi protes publik yang belum pernah terjadi sebelumnya.  

Proyeksi para pakar menunjukkan bahwa China dapat menghadapi ledakan kasus virus korona. Tahun depan, China diprediksi mencatat lebih dari satu juta kematian akibat Covid-19.

Pendekatan Zero-Covid di China telah menekan angka infeksi dan kematian relatif rendah. Tetapi  WHO menyebut pendekatan itu tidak "berkelanjutan" karena ada kekhawatiran terkait dampaknya terhadap kehidupan warga negara dan ekonomi negara. Para ahli mengatakan, langkah Presiden Xi Jinping melonggarkan kebijakan Zero-Covid telah mengubah gambaran global.

"Pertanyaannya adalah apakah Anda dapat menyebutnya pasca-pandemi ketika bagian dunia yang begitu signifikan sebenarnya baru saja memasuki gelombang kedua," ujar ahli virologi Belanda, Marion Koopmans, yang menjabat di komite WHO dan penasihat status darurat Covid-19 kepada Reuters.  

"Jelas bahwa kita berada dalam fase (pandemi) yang sangat berbeda, tetapi dalam pikiran saya, gelombang yang tertunda di China adalah kartu liar," kata Koopmans.

Pada September, Sekretaris Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, pandemi Covid-19 akan segera berakhir. Pekan lalu, dia berharap keadaan darurat Covid-19 dapat berakhir tahun depan.

Sebagian besar negara telah menghapus pembatasan Covid-19 karena ancaman varian baru virus yang berbahaya atau lonjakan besar infeksi telah berkurang pada paruh kedua tahun ini.  Komentar Tedros sebelumnya memicu harapan bahwa, WHO dapat segera menghapus penetapan Darurat Kesehatan Masyarakat untuk Kepedulian Internasional (PHEIC) terkait Covid-19, yang telah berlaku sejak Januari 2020.

Koopmans dan anggota komite penasehat WHO lainnya akan membuat rekomendasi mereka tentang PHEIC pada akhir Januari.  Tedros membuat keputusan akhir dan tidak wajib mengikuti rekomendasi panitia.  

 

Penunjukan darurat adalah tingkat kewaspadaan tertinggi WHO terkait dengan wabah penyakit. Keputusan ini membantu organisasi internasional memprioritaskan pendanaan dan bantuan untuk penelitian, vaksin, dan perawatan. Beberapa pakar kesehatan global mengharapkan China menunggu WHO mencabut status darurat sebelum melonggarkan kebijakan Zero-Covid.

"Tedros harus mencapai keseimbangan di sini. Saya pikir dunia masih memiliki pekerjaan yang harus dilakukan. Pekerjaan belum selesai," ujar kepala Kedaruratan WHO, Mike Ryan kepada wartawan di Jenewa pekan lalu.  

Ryan mengatakan, komite penasehat WHO kemungkinan akan bertemu secara informal sebelum pertemuan resmi mereka bulan depan. Dia menambahkan bahwa, akses vaksin yang tidak merata di seluruh dunia tetap menjadi alasan Covid-19 masih menjadi keadaan darurat.

Selain risiko untuk China, beberapa tokoh kesehatan global telah memperingatkan bahwa, membiarkan virus menyebar di dalam negeri juga dapat memberikan ruang untuk bermutasi. Hal ini berpotensi menciptakan varian baru sejalan dengan evolusi virus ketika dibiarkan menyebar di wilayah lain.  Saat ini, berdasarkan data WHO dan database virus GISAID menunjukkan varian yang beredar di China adalah Omicron dan turunannya.

"Intinya adalah, tidak jelas (apakah) gelombang (virus korona) di Cina didorong oleh varian (Omicron) atau apakah itu hanya menunjukkan kerusakan penahanan," kata ahli virologi di Imperial College, London, Tom Peacock.

Para ahli mengatakan, fokus utama yaitu meningkatkan vaksinasi untuk populasi rentan yang angkanya rendah. Terutama dosis penguat atau booster.

"Saya kira tidak ada yang bisa memprediksi dengan pasti apakah kita bisa melihat varian baru yang mungkin menjadi perhatian seluruh dunia, tapi jelas dunia harus khawatir jika orang menjadi sakit dan sekarat (di China)," kata  spesialis penyakit menular dan penasihat WHO, David Heymann.

Heymann menambahkan, situasi di China kemungkinan akan terus menunjukkan keadaan darurat. Tetapi meningkatnya kasus Covid-19 di China mungkin menghadirkan lebih banyak menimbulkan persoalan di regional daripada global. Menurut Heymann, negara-negara anggota WHO saat ini sedang merancang ulang aturan yang mengatur keadaan darurat kesehatan global untuk mengatasi masalah seperti ini. 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler