Industri Hiburan Berperan Besar Bagi Perekonomian Korsel

Hallyu dinilai berpengaruh besar membuka peluang bagi sektor lainnya di Korsel.

ANTARA/Asprilla Dwi Adha
Sejumlah penggemar membawa poster saat menyaksikan penyanyi KPOP Red Velvet dalam acara Allo Bank Festival di Istora Senayan, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Rep: Iit Septyaningsih Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Popularitas Industri hiburan Korea Selatan di mancanegara sudah tidak diragukan lagi. Hampir di seluruh belahan dunia kini mengenal musik, film, hingga budaya asal negeri ginseng tersebut.


Fenomena gelombang Korea atau Korean Wave (K-Wave) yang akrab pula disebut Hallyu dinilai berpengaruh besar membuka peluang bagi sektor lainnya di negara asal BTS itu guna menjajal produk di pasar internasional. Profesor Andrew Kim dari Studi Internasional Korea University mengatakan, kesuksesan ekonomi Korea Selatan berhubungan erat dengan berkembang pesatnya Hallyu di masyarakat global.

"Pengaruh dari Hallyu memungkinkan pengusaha Korea membuat produk menarik dan berkualitas tinggi. Hallyu tak hanya fenomena budaya, tetapi juga fenomena ekonomi dan industri," ujar dia dalam diskusi Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation (KF) beberapa waktu lalu.

Prof Kim menjalaskan, Korea Selatan (Korsel) sekarang termasuk negara yang menyebarkan budayanya secara masif kepada masyarakat dunia selain Amerika, Inggris, dan Jepang. Menurutnya, dunia hiburan di negara tersebut tengah berkembang pesat melalui sejumlah perusahaan dan agensi entertainment besar yang menaungi selebritas papan atas global dan memiliki penggemar di hampir seluruh negara. 

"Korsel memiliki lengkap agensi yang menyediakan semuanya mulai dari musik, film, drama, rekrutmen trainee dan pencipta lagu. Semua disiapkan lengkap di sini," ujar dia.

Bahkan, lanjutnya, Korsel menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-10 di dunia dengan total Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 1,8 triliun dolar AS lebih. Menurutnya, itu berkat nama-nama produk ternama seperti Samsung, LG dan Hyundai yang menjadi penyokong nama Korea dikenal luas di negara lain.

Para pemilik usaha produk-produk di Korsel juga memanfaatkan dengan baik Hallyu untuk memperkenalkan brand mereka pada dunia lewat selebritas Kpop dan K-drama. Meski begitu, Prof Andrew menyebutkan, ada pula dampak negatif yang ditimbulkan dari Hallyu.

Di antaranya, sebagian orang di luar Korea Selatan berprasangka gaya hidup di negara tersebut sangat mewah seperti ditunjukkan dalam drama maupun variety show. Lalu munculnya standar kecantikan ala Korea. 

Itu terlihat dengan adanya peningkatan permintaan operasi plastik di banyak negara Asia agar terlihat cantik dan menarik seperti para aktor dan idol Kpop dan Kdrama. "Saya harus seimbang menyampaikan selain sisi positif ada juga dampak negatif dari Hallyu ini," tegas dia.

Di balik berbagai dampak positif dan negatif tersebut, Hallyu tetap menjadi salah satu sektor yang dipakai pemerintah Korea Selatan sebagai bentuk soft diplomacy dengan negara-negara lain. Ia mengatakan pemerintah Korea Selatan berinvestasi dalam perkembangan Hallyu tersebut.

Baginya, Korsel memiliki soft power yang efektif. "Hallyu bisa menjadi kekuatan soft power. Orang-orang bisa membeli produk dari Korea, belajar tentang Korea, visit Korea," jelas Prof Andrew. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler