Akhlak Habib Ali Al Habsyi Ketika Berbagi Warisan dengan Saudara

Membagi warisan membutuhkan akhlak.

pxhere
Ilustrasi warisan
Rep: Andrian Saputra Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seringkali dalam pembagian warisan terjadi perselisihan di antara ahli waris. Bahkan tak sedikit dalam kasus pembagian warisan, para ahli waris justru saling menghujat, mengumpat, hingga berujung pada perkelahian antarahli waris.

Baca Juga


Semua itu terjadi karena dalam pembagian warisan para ahli waris tidak menggunakan ilmu dan mengedepankan akhlak ketika pembagian warisan. Muallif Simtud Durar, Habib Ali Al Habsyi memberikan teladan tentang bagaimana dirinya mengedepankan akhlak ketika ia dan saudara-saudaranya membagi warisan dari ayahnya.

Ketika Habib Ali berusia 22 tahun, ayahnya yakni Habib Muhammad Al Habsyi meninggal dunia di Makkah. Kala itu Habib Ali berada di Seiwun, Hadramaut. Ketika berita wafat ayahnya sampai, Habib Ali pun segera mengumumkannya kepada penduduk Seiwun. 

Habib Ali mengetahui betul bagaimana wara' dan mulianya akhlak para saudara-saudaranya yang berada di Makkah. Mereka enggan untuk mengambil hak-haknya dari warisan ayah mereka sebelum Habib Ali datang.

Karena itu, setelah beberapa hari, Habib Ali ingin menulis surat yang isinya tentang kerelaan dirinya memberikan semua yang menjadi haknya untuk saudara-saudaranya di Makkah. Namun, ibu Habib Ali yaitu Syarifah Alawiyyah yang mengetahui hal itu meminta Habib Ali agar tak bersikap seperti itu. 

Syarifah Alawiyyah meminta agar Habib Ali Al Habsyi menemui saudara-saudaranya di Makkah untuk takziyah. Namun, Syarifah Alawiyyah mengingatkan Habib Ali agar sesampainya di Makkah jangan sedikit pun menyinggung masalah warisan.

Tetapi Syarifah Alawiyyah mengajarkan pada putranya itu agar menerima apa pun yang diberikan oleh saudara-saudara Habib Ali di Makkah. Habib Ali pun menaati dan menjunjung tinggi setiap perkataan ibunya. 

Habib Ali pun berangkat ke Makkah. Sesampainya di sana, Habib Ali menyampaikan ucapan belasungkawa kepada saudara-saudaranya itu. Dari awal pertemuan hingga menjelang pulang, tak sedikit pun Habib Ali membahas mengenai warisan.

Itu membuat para saudaranya pun heran. Ketika Habib Ali hendak kembali ke Seiwun, saudaranya pun bertanya kepada Habib Ali, mengapa dia tak sedikit pun bertanya tentang warisan. 

"Aku datang untuk berbelasungkawa atas meninggalnya ayah. Adapun hakku terhadap kalian telah keguguran. Tetapi jika kalian hendak memberiku sesuatu dari peninggalan ayah, aku akan menerimanya," jawab Habib Ali seperti dikutip dalam Biografi Habib Ali Al Habsyi Muallif Simtud Durar yang disusun Habib Husein Anis Al Habsyi dan diterbitkan Pustaka Zawiyah.

Saudara-saudara Habib Ali pun lantas menunjukkan semua peninggalan ayah mereka. Mereka pun membaginya dengan adil dan penuh keikhlasan satu sama lain. 

"Saudara-saudaraku sangat wara'. Sedikitpun mereka tak menzalimiku," kata Habib Ali.

Dari peninggalan-peninggalan ayah mereka, ada beberapa barang yang sangat berharga dari sudut sir. Salah satunya adalah sebuah buku tipis berisi catatan ayah mereka yang diperoleh dari guru-gurunya.

Mereka pun sepakat memberikan kepada Abdullah saudara Habib Ali. Selain itu, ada peninggalan lainnya berupa sebuah tongkat yang terdapat tulisan nama Habib Ali. Habib Ali mengatakan pada saudara-saudaranya bahwa tongkat itu akan menjadi miliknya kendati pun diundi. Mereka pun mengundi siapa yang akan mendapatkan tongkat peninggalan ayah mereka itu.

Hasilnya nama Habib Ali yang muncul dalam undian tersebut. Sehingga tongkat itu pun menjadi miliknya.

Habib Ali pun telah membuat saudara-saudaranya senang karena sikapnya yang penuh pengertian. Habib Ali juga menjelaskan kepada saudara-saudaranya tentang semua peninggalan ayah mereka di Tarim dan di Seiwun, antara lain adalah sebuah kebun.

"Saudara kita Ali telah tiba di Makkah dan ia sedikit pun tidak mempersulit kami. Ia sama sekali tidak menanyakan tentang warisan. Persoalan warisan telah kita selesaikan bersama," kata saudara Habib Ali dalam suratnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler