Saat Natal, Paus Fransiskus Desak Diakhirinya Perang Ukraina
IHRAM.CO.ID, VATIKAN -- Paus Fransiskus menyerukan diakhirinya perang Ukraina yang disebutnya tak masuk akal dalam pesan Hari Natal yang disiarkan ke seluruh dunia. Kepala Gereja Katolik itu berbicara kepada ribuan orang yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus, beberapa dari mereka memegang bendera Ukraina.
Dilansir dari Riyadh Daily, Ahad (25/12/2022), seruan untuk perdamaian secara tradisional menjadi fokus pesan paus pada hari Natal, hari raya yang menandai kelahiran Kristus, yang disampaikannya dari balkon tengah Basilika Santo Petrus dan disiarkan langsung ke seluruh dunia.
"Semoga Tuhan mengilhami kita menawarkan gerakan solidaritas yang nyata untuk membantu semua orang yang menderita, dan semoga dia mencerahkan pikiran mereka yang memiliki kekuatan untuk membungkam gemuruh senjata dan segera mengakhiri perang yang tidak masuk akal ini," katanya.
"Tragisnya, kami lebih memilih mengindahkan nasihat lain, didikte oleh cara berpikir duniawi," tambahnya.
Paus kemudian merujuk banyak negara yang mengalami kesulitan pada Natal ini, baik karena konflik atau krisis lainnya, dari Afghanistan hingga Suriah, Myanmar, Palestina, Lebanon, dan Haiti. Untuk pertama kalinya, dia juga menyerukan rekonsiliasi di Iran, yang diguncang oleh protes yang dipimpin perempuan selama tiga bulan terakhir.
Dia menyerukan perdamaian di Ukraina sejak Rusia menginvasi tetangganya pada Februari, mengutuk perang tetapi berusaha mempertahankan dialog yang rumit dengan Moskow. Namun, dia telah dikritik di beberapa kalangan karena tidak secara eksplisit menyalahkan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Dalam sebuah wawancara majalah yang diterbitkan bulan lalu, paus Argentina mengecam kekejaman pasukan Rusia di Ukraina, memicu protes resmi dari Moskow. Ia juga mendesak mereka yang merayakan Natal mengingat mereka yang kelaparan sementara makanan dalam jumlah besar setiap hari terbuang percuma dan sumber daya dihabiskan untuk senjata.
"Perang di Ukraina semakin memperparah situasi ini, membuat seluruh rakyat terancam kelaparan, terutama di Afghanistan dan di negara-negara Tanduk Afrika," katanya.
Kita tahu setiap perang menyebabkan kelaparan dan mengeksploitasi makanan sebagai senjata, menghalangi distribusinya kepada orang-orang yang sudah menderita," tambahnya.