China akan Rilis Data Covid-19 Sebulan Sekali
Penanganan Covid-19 di China telah diturunkan ke Kategori B.
REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China akan kembali menerbitkan data kasus Covid-19. Namun jika sebelumnya data tersebut diterbitkan setiap hari, kali ini China hanya akan mempublikasikannya sebulan sekali.
Seorang pejabat di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, pada Selasa (27/12/2022) mengungkapkan, penanganan Covid-19 di negara tersebut telah diturunkan ke Kategori B yang tidak tidak terlalu ketat. Sebab Covid-19 dinilai telah menurun tingkat keganasannya dan secara bertahap akan berkembang menjadi infeksi pernapasan umum.
Sebelumnya China menerapkan Kategori A dalam penanganan Covid-19. Akhir pekan lalu, Komisi Kesehatan Nasional China mengumumkan, mereka akan menghentikan penerbitan data harian terkait penularan Covid-19. “Informasi Covid yang relevan akan diterbitkan oleh Pusat Pengendalian dan Penyakit China untuk referensi serta penelitian,” Komisi Kesehatan Nasional China, Ahad (25/12/2022) lalu.
Saat mengumumkan hal itu, Komisi Kesehatan Nasional China tidak memberitahu alasan penyetopan data infeksi harian Covid-19. Mereka pun tak mengungkap tentang periode penerbitan data Covid-19 oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China.
Awal bulan ini China telah merevisi dan melonggarkan kebijakan nol-Covid mereka. Sebelumnya kebijakan tersebut telah menempatkan ratusan juta warga di sana di bawah penguncian atau lockdown.
Di bawah pedoman terbaru yang dirilis Komisi Kesehatan Nasional China pada 7 Desember lalu, frekuensi dan ruang lingkup pengujian PCR akan dikurangi. “Tes PCR massal hanya dilakukan di sekolah, rumah sakit, panti jompo dan unit kerja berisiko tinggi; ruang lingkup dan frekuensi pengujian PCR akan dikurangi lebih lanjut,” demikian bunyi pedoman baru tersebut.
Sebelumnya China gencar menggelar tes Covid-19 massal jika menemukan beberapa kasus baru di daerah tertentu. Di bawah pedoman terbaru, warga China juga tak lagi diwajibkan memberikan hasil tes negatif Covid-19 jika ingin bepergian lintas provinsi.
Selain itu, China juga akan memperkecil cukupan lockdown. Warga terinfeksi Covid-19 dengan gejala ringan juga diperbolehkan menjalani isolasi mandiri di rumah. “Orang yang terinfeksi tanpa gejala dan kasus ringan yang memenuhi syarat untuk isolasi rumah umumnya diisolasi di rumah, atau mereka dapat secara sukarela memilih isolasi terpusat untuk pengobatan,” demikian bunyi pedoman terbaru Komisi Kesehatan Nasional China.
Sebelumnya masyarakat yang terinfeksi Covid-19, meskipun asimtomatis atau hanya bergejala ringan, “dipaksa” melaksanakan karantina di fasilitas kesehatan. Namun sejak kebijakan nol-Covid dilonggarkan, China kembali menghadapi lonjakan kasus Covid-19.
Rumah sakit dan fasilitas medis di sejumlah daerah di China harus kembali bergulat membeludaknya pasien. Jumlahnya, menurut beberapa dokter di rumah sakit, mencapai lima hingga enam kali lebih banyak dari biasanya. Kebanyakan dari mereka adalah lansia. Sejumlah pakar internasional memprediksi, tahun depan China akan menghadapi jutaan kasus Covid-19 setiap harinya dan mencatatkan setidaknya 1 juta kematian akibat penyakit tersebut.