Denny JA: Saatnya Semua Pembatasan Terkait Covid-19 di Indonesia Diakhiri
Mayoritas populasi telah divaksinasi dan persentase kematian Covid-19 sudah rendah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menilai sudah saatnya Indonesia menyatakan pandemi Covid-19 sudah selesai. Diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan mengumumkan perkembangan terkait status Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada Jumat (30/12/2022).
"Sebelum tutup tahun 2022, atau di awal tahun baru 2023, kita ingin mendengar Jokowi (Presiden RI Joko Widodo) resmi mendeklarasi semua pembatasan atas Covid-19 di Indonesia diakhiri," kata Denny JA dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (29/12/2022).
Ia mengemukakan, tingkat kematian tertinggi karena Covid-19 di Indonesia terjadi pada bulan Juli-Agustus 2021. Pada periode itu, pernah terjadi 2.000 kematian akibat Covid-19 dalam satu hari. Namun, pada Desember 2022, tingkat kematian akibat Covid-19 di bawah 50 kematian.
"Pada September-Oktober 2022, saya berkunjung ke London. Di bandara, mal dan hotel, semua orang berlalu-lalang selayaknya era sebelum Covid-19," ujar Denny JA.
Dia juga menekankan, bahwa tidak ada aplikasi sejenis Peduli Lindungi yang diperlukan sebagai syarat memasuki gedung. Hampir semua orang tak lagi memakai masker dan memperkirakan mungkin hanya sekitar lima persen orang memakainya.
"Dugaan saya pastilah di antara ratusan orang yang berkeliaran di mal London saat itu ada yang terpapar Covid-19, sebagaimana juga ada yang terkena flu," katanya.
Dengan kata lain, menurutnya, terpapar Covid-19 saat ini tidak lagi dianggap sebagai masalah. Karena mayoritas populasi telah divaksin dan persentase kematian akibat Covid-19 juga sudah jauh menurun.
"Mungkin ada masyarakat yang bertanya. Bukankah masih ada yang meninggal karena Covid-19? Lalu mengapa pandemi harus dinyatakan berakhir padahal masih ada yang meninggal karenanya? Mereka yang meninggal karena flu pun masih ada. Tapi flu tidak lagi dianggap pandemi dan sebaiknya Covid-19 mulai diperlakukan seperti flu," tuturnya.