Sempat Hampir Naik, Pemerintah Bantu Pertamina Jaga Harga Pertamax

Harga minyak dunia terus mengalami tren penurunan.

Dok Republika
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berbincang dengan konsumen Pertamina saat meninjau SPBU Pertamina 31.128.02 Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan, Selasa (3/1/2022). Erick mengumumkan penyesuaian harga jual produk-produk BBM nonsubsidi atau jenis bahan bakar umum (JBU) milik PT Pertamina (Persero).
Rep: Muhammad Nursyamsi Red: Ahmad Fikri Noor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyampaikan, harga BBM nonsubsidi seperti Pertamax memang sudah seyogianya turun. Hal ini mengacu pada penurunan harga minyak dunia yang terus mengalami tren penurunan terutama sejak pertengahan tahun lalu. Meski begitu, ketika harga minyak dunia naik, Erick mengatakan, pemerintah tak serta merta mentransfernya ke harga jual Pertamax.

Baca Juga


"Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan kita semua, pada saat harga bahan pokok naik, Pertamina itu tidak menaikkan harga (Pertamax), padahal harga pasar (naik) dari Januari sampai Agustus (2022) lalu," ujar Erick saat melakukan peninjauan di SPBU Pertamina 31.128.02 Jalan MT Haryono, Jakarta, Selasa (3/1/2023).

Selama periode tersebut, lanjut Erick, pemerintah tetap membantu melalui Pertamina senilai Rp 10 triliun untuk menjaga harga Pertamax tetap terjangkau. Erick menyebut hal ini bukti konkret bahwa pemerintah hadir untuk membantu masyarakat. 

"(Pertamax) ini BBM harga pasar sebenarnya, jadi bukan BBM yang dibantu pemerintah. Itu pun pemerintah membantu melalui Pertamina sampai Rp 10 triliun dari Januari sampai Agustus 2022. Baru, waktu itu ada kenaikan," ucap Erick.

Saat ini, lanjut Erick, pemerintah memutuskan kembali menurunkan harga jual Pertamax dari Rp 13.900 per liter menjadi Rp 12.800 per liter menyusul penurunan harga minyak dunia yang menyentuh 79 dolar AS per barel. Sebelum memutuskan, Erick telah melakukan pembahasan bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri ESDM Arifin Tasrif, dan Dirut Pertamina Nicke Widyawati pada akhir tahun. 

Erick mengatakan, koordinasi antarpemangku kebijakan merupakan hal yang harus dilakukan mengingat peran vital Pertamina dalam menyalurkan BBM ke seluruh Indonesia.

"Kalau ada perubahan harga di Pertamina yang merupakan market paling besar itu turunannya tidak seperti yang kelola hanya lima SPBU. Pertamina ada kilang hingga SPBU. Prosesnya perlu waktu tapi itu pun kita sudah percepat," kata Erick. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler