Pilih Mana, Main Lato-lato atau Gawai?

Ada tujuh langkah untuk mengimbangi permainan gawai dan lato-lato.

Republika.co.id
Pandemi Covid-19 mau tak mau membuat anak menjadi dekat dengan internet dan gawai.
Rep: Rahma Sulistya Red: Natalia Endah Hapsari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Perkembangan teknologi dan media sosial membuat anak dan remaja mengalihkan sebagian besar aktivitas mereka dari offline ke online. Hal ini membuat perilaku ber-gawai menjadi nyaris tak bisa dihindari dan tak bisa dihentikan.

Baca Juga


Oleh karena itu, penting bagi anak memahami perilaku bijak menggunakan gawai, dan pentingnya mengedukasi mereka tentang manfaat bermain permainan tradisional, seperti salah satunya lato-lato. Psikolog Viera Adella membagikan tujuh langkah mengimbangi antara gawai dan bermain.

1. Berdiskusi santai dengan anak di waktu-waktu luang.

Para orang tua bisa berdiskusi sambil menunjukkan materi-materi permainan dan contoh cara memainkannya. Keahlian dan kepercayaan diri orang tua dalam bermain menjadi salah satu daya tarik bagi anak, karena mereka akan melihat hal tersebut sebagai tantangan.

 

2. Beri kata-kata penguatan.

Ini bisa berupa pujian langsung atau koreksi untuk perbaikan, dalam proses anak mempelajari permainan-permainan baru. Lakukan dengan ekspresi yang seru karena impresi ini yang sebenarnya mereka dapatkan dan nikmati dari bermain gadget.

 

3. Sediakan kompetisi.

Mengondisikan ajang-ajang kompetisi untuk semua permainan menarik ini penting untuk dilakukan, sehingga anak akan termotivasi mencoba dan meningkatkan kemahiran mereka.

 

4. Utamakan konsep bermain positif.

Sebelum menggagas ide, pelajari konsep bermain yang positif menurut pandangan para ahli. Perhatikan jenis, tujuan, manfaat, dan seperti apa cara memainkannya, agar ide-ide permainan populer ini tidak hanya viral sesaat lalu hilang ditelan berita lain.

 

5. Sosialisasikan melalui media sosial.

Gawai bisa digunakan untuk membagi kegiatan bermain anak ke media sosial, sehingga dapat menjadi inspirasi bagi keluarga lain. Lakukan secara konsisten dengan misi positif, yakni memberi wawasan baru tentang variasi permainan-permainan yang menarik.

 

6. Libatkan anak sebagai ‘promotor’.

Jadikan anak sebagai ‘promotor’ ketika mendokumentasikan kegiatan bermainnya. Selain anak akan senang karena ikut dilibatkan dalam suatu situasi bermain, hal ini juga akan membuat anak-anak lain yang melihatnya lebih tertarik, ketika pembawa informasinya adalah orang yang sebaya dengan mereka.

 

7. Awasi permainan anak.

Jangan biarkan anak menemukan sendiri kenikmatan bermain yang kurang terarah atau bahkan menjadikannya ‘ketagihan’ namun tidak produktif.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler