Manajemen Kinerja Pada BUMN Yang Melakukan Initial Public Offering

Manajemen Kinerja BUMN

.

Rep: Desti Setiawati Red: Retizen
https://wqa.co.id/training-manajemen-kinerja/

Oleh :


1. ) Desti Setiawati

2.) Erlina Nur Azizah

3.) Muthia Shabrina

Dosen Pembimbing :

M. Khoirul Anwar, S. SOS, M. SI

ABSTRAK

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sejak awal kemerdekaan Republik Indonesia telah memainkan peranan yang penting dalam menggerakan pembangunan bangsa Indonesia. Sektor korporasi di tahun 2018 sampai 2020-an masih belum berkembang, pemerintah menyadari bahwa terdapat kebutuhan sektor korporasi yang bisa diandalkan untuk membangun perekonomian nasional.

Perkembangan dan perubahan yang cepat terhadap lingkungan bisnis perusahaan (business environments) mendorong setiap negara untuk mengambil suatu kebijakan yang tepat dalam menghadapi perubahan tersebut. Salah satu kebijakan yang diambil oleh suatu negara adalah kebijakan privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

IPO merupakan acara pertama kali suatu perusahaan menjual atau menawarkan sahamnya kepada publik di pasar modal Gumanti. Sebagian besar masyarakat masih menganggap IPO sebagai salah satu cara bagi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan (capital need) untuk investasi. Manajemen laba dapat dilakukan dengan memainkan akrual diskresioner. Kasus yang terjadi adanya praktik manajemen laba pada BUMN adalah PT Kimia Farma. Pada audit tanggal 31 Desember 2019, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa.

Manajemen kinerja dapat fokus pada kinerja dari suatu organisasi, departemen, karyawan, atau bahkan proses untuk membuat produk atau layanan dan juga di area yang lain. Menurut Amstrong (1999) Manajemen Kinerja adalah pendekatan strategis dan terpadu untuk menyampaikan sukses berkelanjutan pada organisasi dengan memperbaiki kinerja karyawan yang bekerja didalamnya dan dengan mengembangkan kemampuan tim dan kontributor indiv idu.

Tujuan Manajemen Kinerja Pada umumnya, tujuan dari manajemen kerja atau manajemen kinerja adalah sebagai berikut: Tujuan Strategik Berkaitan dengan aktivitas karyawan dengan tujuan organisasi. Jalannya strategi tersebut membutuhkan definsi hasil yang hendak dicapai, perilaku, karakteristik karyawan yang dibutuhkan untuk melakukan strategi, pengembangan pengukuran dan sistem feed back kepada kinerja karyawan.

Tujuan Administratif Memakai informasi manajemen kinerja khususnya evaluasi kinerja untuk keperluan keputusan administratif, pengkajian, promosi, pemberhentian karyawan dan lain-lain. Tujuan Pengembangan Bisa melakukan pengembangan kapasitas karyawan yang berhasil pada bidang kerjanya, pemberian training untuk yang mempunyai kinerja tidak baik dan menempatkan pada tempat yang cocok.

Saat ini pemerintah mendorong badan usaha milik negara (BUMN) untuk beralih menjadi perusahaan yang go public. Informasi yang tersedia untuk menilai perusahaan yang baru pertama kali go public relatif lebih sedikit dibandingkan dengan informasi perusahaan yang telah lama go public. Pihak principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja (agent).

Kata Kunci : Manajemen, Kinerja,

PENDAHULUAN

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sejak awal kemerdekaan Republik Indonesia telah memainkan peranan yang penting dalam menggerakan pembangunan bangsa Indonesia. Sektor korporasi di tahun 2018 sampai 2020-an masih belum berkembang, pemerintah menyadari bahwa terdapat kebutuhan sektor korporasi yang bisa diandalkan untuk membangun perekonomian nasional. Perkembangan dan perubahan yang cepat terhadap lingkungan bisnis perusahaan (business environments) mendorong setiap negara untuk mengambil suatu kebijakan yang tepat dalam menghadapi perubahan tersebut. Salah satu kebijakan yang diambil oleh suatu negara adalah kebijakan privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

IPO merupakan acara pertama kali suatu perusahaan menjual atau menawarkan sahamnya kepada publik di pasar modal Gumanti. Sebagian besar masyarakat masih menganggap IPO sebagai salah satu cara bagi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan (capital need) untuk investasi. Manajemen laba dapat dilakukan dengan memainkan akrual diskresioner. Kasus yang terjadi adanya praktik manajemen laba pada BUMN adalah PT Kimia Farma. Pada audit tanggal 31 Desember 2019, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa.

LANDASAN TEORI

Manajemen Kinerja

Manajemen Kinerja adalah Manajemen kinerja atau dalam bahasa Inggrisnya Performance Management merupakan kegiatan untuk memastihkan suatu sasaran organisasi sudah tercapai secara konsisten dalam cara-cara yang efektif dan efisien. Manajemen kinerja dapat fokus pada kinerja dari suatu organisasi, departemen, karyawan, atau bahkan proses untuk membuat produk atau layanan dan juga di area yang lain. Menurut Amstrong (1999) Manajemen Kinerja adalah pendekatan strategis dan terpadu untuk menyampaikan sukses berkelanjutan pada organisasi dengan memperbaiki kinerja karyawan yang bekerja didalamnya dan dengan mengembangkan kemampuan tim dan kontributor indiv idu.

Tujuan Manajemen Kinerja

Pada umumnya, tujuan dari manajemen kerja atau manajemen kinerja adalah sebagai berikut:

Tujuan Strategik

Berkaitan dengan aktivitas karyawan dengan tujuan organisasi. Jalannya strategi tersebut membutuhkan definsi hasil yang hendak dicapai, perilaku, karakteristik karyawan yang dibutuhkan untuk melakukan strategi, pengembangan pengukuran dan sistem feed back kepada kinerja karyawan.

Tujuan Administratif

Memakai informasi manajemen kinerja khususnya evaluasi kinerja untuk keperluan keputusan administratif, pengkajian, promosi, pemberhentian karyawan dan lain-lain.

Tujuan Pengembangan

Bisa melakukan pengembangan kapasitas karyawan yang berhasil pada bidang kerjanya, pemberian training untuk yang mempunyai kinerja tidak baik dan menempatkan pada tempat yang cocok. Tetapi dari pada itu, terdapat juga tujuan khusus manajemen kinerja antara lain:

1. Mendapatkan peningkatan kinerja suistainable

2. Melakukan peningkatan motivasi dan komitmen karyawan

3. Memungkinkan individu untuk melakukan pengembangan kemampuan, peningkatan kepuasan kerja dan juga pencapaian potensi pribadi yang berguna untuk individu dan organisasi

4. Daya dongkrak untuk perubahan yang lebih berorientasi kinerja

5. Melakukan pengembangan hubungan yang terbuka konstruktif antara individu dan organisai dalam dialog yang berkelanjutan

Initial Public Offering (IPO)

Initial public offering (IPO) merupakan saat yang penting bagi perusahaan. Penilaian investor terhadap kondisi dan prospek perusahaan akan menentukan besarnya dana yang dapat diakumulasi oleh perusahaan dari pasar modal, aktivitas IPO tidak hanya dilakukan oleh perusahaan swasta tetapi juga terjadi pada perusa haan milik pemerintah yang dikenal dengan istilah privatisasi. Saat ini pemerintah mendorong badan usaha milik negara (BUMN) untuk beralih menjadi perusahaan yang go public. Informasi yang tersedia untuk menilai perusahaan yang baru pertama kali go public relatif lebih sedikit dibandingkan dengan informasi perusahaan yang telah lama go public. Pihak principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja (agent). Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Kondisi tersebut yang dinamakan asimetri informasi.

Agency Theory (Teori Keagenan)

Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan sebagai “agency relationship as a contract under which one or more person (the principals) engage another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority to the agent”. Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (principal) memerintah orang lain (agent) untuk melakukan suatu jasa atas nama principal serta memberi wewenang kepada agent untuk membuat keputusan yang terbaik bagi principal. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini agent akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan principal

Keuntungan dan Kerugian Perusahaan Go public

Perusahaan yang go public dihadapkan pada beberapa konsekuensi baik yang bersifat menguntungkan maupun yang merugikan. Salah satu alasan utama perusahaan untuk go public adalah adanya dorongan atas kebutuhan modal. Perusahaan yang melakukan go public umumnya adalah perusahaan yang mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Dari penawaran umum tersebut, terdapat beberapa manfaat sekaligus konsekuensi-konsekuensi yang harus ditanggung perusahaan yang melakukan penawaran umum. Menurut Hariyani dan Serfianto (2010), beberapa keuntungan yang akan diraih perusahaan melakukan penawaran umum saham:

1. Perusahaan akan mendapat tambahan dana segar dari hasil penjualan saham yang tidak berakibat pada penambahan jumlah utang perusahaan.

2. Hasil penjualan saham dapat digunakan untuk menambah modal usaha maupun untuk membayar utang perusahaan.

3. Perusahaan dapat melakukan penawaran efek di pasar sekunder.

Namun selain keuntungan yang akan diraih, akan ada pula kerugian yang harus diterima. Berikut beberapa kerugian bagi perusahaan go public:

1. Hilangnya kepemilikan sejumlah saham lama dapat berakibat berkurangnya kontrol pemilik saham lama terhadap manajemen perusahaan.

2. Proses penawaran umum memakan banyak waktu dan biaya.

3. Bertambahnya kewajiban yang harus dipikul sebagai emiten, seperti kewajiban di bidang administrasi efek, pendaftaran, pelaporan, dan lain-lain.

METODOLOGI

Dalam dunia penelitian terutama karya ilmiah, tidak bisa dilepaskan dari literature atau dalam bahasa Indonesia literatur. Literatur merupakan sumber atau referensi atau acuan bagi para peneliti karya ilmiah, sehingga tidak bisa dilepaskan begitu saja. Dengan kata lain, melalui literatur, seseorang atau peneliti bisa memperoleh informasi serta data-data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan yang kemudian dijadikan sebagai rujukan untuk membuat karya tulis ilmiah. Salah satu penelitian yang berkaitan dengan literatur adalah literature review. literature review terdiri dari dua kata, tetapi sebenarnya arti dari literature review berbeda tidak sama dengan arti gabungan dua kata tersebut. Dalam bidang penelitian terutama pembuatan karya ilmiah, literature review lebih dikenal dengan istilah tinjauan Pustaka. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa literature review adalah suatu kegiatan menganalisis yang dapat berupa kritikan dari suatu penelitian yang sedang dilakukan terhadap suatu topik khusus yang merupakan bagian dari bidang keilmuan.

Isi yang ada di dalam literature review ini berupa penjelasan atau pembahasan tentang teori dari suatu temuan atau topik penelitian. Dari penjelasan teori-teori tersebut dapat dijadikan sebagai landasan teori dalam membuat karya ilmiah atau dalam melakukan kegiatan penelitian. Selain itu, penelitian yang sedang melakukan ini bisa berupa pengembangan dari penelitian sebelumnya atau bisa juga penelitian yang baru pertama kali dilakukan.

Untuk membuat literature review ini, seseorang perlu melakukan beberapa hal terlebih dahulu, seperti membaca sekaligus memahami karya tulis yang ingin dianalisis, mengkritik karya tulis tersebut, dan memberikan ulasan atau tanggapan terhadap karya tulis atau literature tersebut. Maka dari itu, kegiatan literature review ini sangat identik dengan mahasiswa atau dosen. Hal ini dikarenakan mahasiswa atau dosen biasanya akan mendapatkan pekerjaan untuk melakukan literature review.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BUMN yang IPO Terindikasi Melakukan Manajemen Laba dengan Cara Income Increasing pada Satu Tahun Sebelum IPO

Berdasarkan analisis manajemen laba yang dilakukan terhadap sampel sebanyak 14 BUMN, hanya 5 perusahaan (35 %) yang melakukan manajemen laba dengan cara income increasing pada saat IPO dan sisanya sebanyak 9 perusahaan (65%) tidak melakukan manajemen laba dengan cara income increasing pada saat IPO, secara rata-rata BUMN tidak melakukan manajemen laba saat IPO. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Setiawati (2018) dan Riduwan (2018) yang menyatakan bahwa pada saat IPO perusahaan cenderung menaikkan laba untuk menarik investor serta hasil penelitian Tiono (2018) yang menyatakan dengan menggunakan pendekatan total accruals menemukan bukti terjadinya earnings management pada periode dua tahun dan satu tahun sebelum IPO. Hasil yang tidak konsisten ini disebabkan karena BUMN yang melakukan IPO memiliki keyakinan bahwa investor atau masyarakat mempunyai kepercayaan yang tinggi terhadap perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah (BUMN) daripada perusahaan swasta. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Gumanti (2018) dan Friedlan (2018) yang menemukan bahwa perusahaan tidak terbukti secara kuat melakukan earnings management pada periode satu tahun sebelum IPO, akan tetapi terjadi pada periode dua tahun sebelum IPO.

BUMN yang Melakukan Manajemen Laba Mengalami Penurunan Kinerja Keuangan pada Satu Tahun Setelah IPO.

Berdasarkan hasil penelitian kinerja keuangan BUMN 1 tahun setelah IPO tidak ada perbedaan (tidak mengalami penurunan), dari 14 BUMN yang diambil sebagai sampel, menunjukkan bahwa 5 perusahaan (35%) melakukan manajemen laba cenderung mengalami penurunan kinerja dan sisanya 10 (65%) perusahaan tidak terbukti melakukan praktik manajemen laba tidak mengalami penurunan kinerja. Hal tersebut karena adanya prinsip keterbukaan dan akuntabilitas publik yang menyebabkan BUMN menjadi lebih kompetitif dan mengutamakan profit karena berusaha untuk memenuhi kepentingan investor sehingga kinerjanya cenderung meningkat. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Syaiful (2002) bahwa perusahaan yang melakukan manajemen laba sebelum IPO akan menggeser pendapatan masa depan menjadi pendapatan sekarang dengan tujuan untuk menaikkan laba saat IPO, akibatnya kinerja perusahaan setelah IPO lebih rendah daripada sebelum IPO.

BUMN yang Melakukan Manajemen Laba Mengalami Peningkatan Kinerja Saham pada Tiga Bulan Setelah IPO.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap kinerja saham 3 bulan setelah IPO pada BUMN yang melakukan manajemen laba terhadap 14 sampel, menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan tidak ada perbedaan ( tidak mengalami peningkatan) kinerja saham pada 3 bulan setelah IPO. Hal tersebut berarti BUMN tidak terbukti melakukan manajemen laba sehingga tidak terdapat peningkatan permintaan terhadap saham yang berakibat pada tidak adanya perubahan kinerja saham BUMN 3 bulan setelah IPO. Kondisi ini berarti BUMN tidak terbukti melakukan manajemen laba dengan income increasing untuk menarik investor, sehingga kinerja saham 3 bulan setelah IPO kemungkinan bisa mengalami kenaikan atau penurunan sesuai dengan kondisi perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Irawan dan Gumanti (2018) yang menemukan bahwa perusahaan terindikasi melakukan earnings management untuk meningkatkan harga saham saat IPO, hasilnya tidak ditemukan bukti kuat indikasi earnings management pada perusahaan yang go public. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan Pratiwi dan Kusuma (2018) mereka menemukan bahwa kinerja IPO jangka pendek (tiga bulan) adalah positif.

BUMN yang Melakukan Manajemen Laba Mengalami Penurunan Kinerja Saham pada 1 Tahun Setelah IPO.

Berdasarkan analisis kinerja saham 1 tahun setelah IPO pada BUMN yang melakukan manajemen laba terhadap 14 sampel, menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan tidak ada perbedaan ( tidak mengalami penurunan) kinerja saham pada 1 tahun setelah IPO. Hal tersebut menunjukkan bahwa BUMN tidak terbukti melakukan manajemen laba sehingga investor tidak bereaksi untuk melakukan koreksi terhadap kinerja saham 1 tahun setelah IPO, keadaan tersebut mengakibatkan kinerja saham tidak mengalami perubahan. Kondisi ini terjadi karena BUMN tidak terbukti melakukan manajemen laba dengan income increasing sebelum IPO, sehingga kinerja saham pada satu tahun setelah IPO sesuai dengan kondisi perusahaan dan investor akan memberikan kepercayaan kepada BUMN bahwa harga saham tidak mengalami fluktuasi yang tajam karena keterlibatan pemerintah dalam pengelolaannya. Temuan ini tidak sesuai dengan penelitian Bray dan Gompers (2017) yang menyatakan penurunan kinerja saham dalam jangka panjang. Hal itu disebabkan karena investor terlalu optimis, sehingga harga saham akan lebih tinggi pada awal penawarannya dan berangsur-angsur turun dalam jangka panjang.

Kesimpulan

Manajemen Kinerja adalah Manajemen kinerja atau dalam bahasa Inggrisnya Performance Management merupakan kegiatan untuk memastihkan suatu sasaran organisasi sudah tercapai secara konsisten dalam cara-cara yang efektif dan efisien. Manajemen kinerja dapat fokus pada kinerja dari suatu organisasi, departemen, karyawan, atau bahkan proses untuk membuat produk atau layanan dan juga di area yang lain

Menurut Amstrong (1999) Manajemen Kinerja adalah pendekatan strategis dan terpadu untuk menyampaikan sukses berkelanjutan pada organisasi dengan memperbaiki kinerja karyawan yang bekerja didalamnya dan dengan mengembangkan kemampuan tim dan kontributor indiv idu.

Tujuan Manajemen Kinerja

Tujuan Strategik

Berkaitan dengan aktivitas karyawan dengan tujuan organisasi. Jalannya strategi tersebut membutuhkan definsi hasil yang hendak dicapai, perilaku, karakteristik karyawan yang dibutuhkan untuk melakukan strategi.

Tujuan Administratif

Memakai informasi manajemen kinerja khususnya evaluasi kinerja untuk keperluan keputusan administratif, pengkajian, promosi, pemberhentian karyawan dan lain-lain.

Tujuan Pengembangan

Bisa melakukan pengembangan kapasitas karyawan yang berhasil pada bidang kerjanya, pemberian training untuk yang mempunyai kinerja tidak baik dan menempatkan pada tempat yang cocok.

Tetapi dari pada itu, terdapat juga tujuan khusus manajemen kinerja antara lain:

Mendapatkan peningkatan kinerja suistainable, Melakukan peningkatan motivasi dan komitmen karyawan Memungkinkan individu untuk melakukan pengembangan kemampuan, peningkatan kepuasan kerja dan juga pencapaian potensi pribadi yang berguna untuk individu dan organisasi Daya dongkrak untuk perubahan yang lebih berorientasi kinerja Melakukan pengembangan hubungan yang terbuka konstruktif antara individu dan organisai dalam dialog yang berkelanjutan Initial Public Offering (IPO) Initial public offering (IPO) merupakan saat yang penting bagi perusahaan.

Penilaian investor terhadap kondisi dan prospek perusahaan akan menentukan besarnya dana yang dapat diakumulasi oleh perusahaan dari pasar modal, aktivitas IPO tidak hanya dilakukan oleh perusahaan swasta tetapi juga terjadi pada perusahaan milik pemerintah yang dikenal dengan istilah privatisasi.

Informasi yang tersedia untuk menilai perusahaan yang baru pertama kali go public relatif lebih sedikit dibandingkan dengan informasi perusahaan yang telah lama go public.

Keuntungan dan Kerugian Perusahaan Go public Perusahaan yang go public dihadapkan pada beberapa konsekuensi baik yang bersifat menguntungkan maupun yang merugikan.

ada pula kerugian yang harus diterima. Berikut beberapa kerugian bagi perusahaan go public:

Hilangnya kepemilikan sejumlah saham lama dapat berakibat berkurangnya kontrol pemilik saham lama terhadap manajemen perusahaan.

Proses penawaran umum memakan banyak waktu dan biaya.

Bertambahnya kewajiban yang harus dipikul sebagai emiten, seperti kewajiban di bidang administrasi efek, pendaftaran, pelaporan, dan lain-lain.

Menurut Hariyani dan Serfianto (2010), beberapa keuntungan yang akan diraih perusahaan melakukan penawaran umum saham: Perusahaan akan mendapat tambahan dana segar dari hasil penjualan saham yang tidak berakibat pada penambahan jumlah utang perusahaan.

Rekomendasi:

Pendeteksian manajemen laba pada BUMN yang melakukan IPO dapat menggunakan beberapa metode untuk membuktikan praktik manajemen laba tersebut, sehingga dapat mengetahui model yang tepat untuk pasar modal di Negara berkembang khususnya Indonesia.

selanjutnya dapat menentukan periode pengamatan yang lebih singkat. Pengambilan sampel tersebut, bertujuan untuk menghindari kemungkinan data yang bias akibat faktor eksternal, contohnya : Perusahaan manufaktur yang melakukan IPO pada tahun 2018-2020

sumber : https://retizen.id/posts/196068/manajemen-kinerja-pada-badan-usaha-milik-negara-bumn-yang-melakukan-initial-public-offering
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler