Amartha Salurkan Modal Usaha Rp 10 Triliun pada 2022

Dana itu disalurkan ke lebih dari 1,4 juta pelaku usaha ultra mikro.

Tahta Aidilla/ Republika
Eddi Danusaputro Komisaris Utama amartha sekaligus Direktur Utama Mandiri Capital Indonesia, Andi Taufan Garuda Putra Founder & CEO Amartha, dan Aria Widyanto, Chief Risk and Sustainabilitu Amartha (dari kiri) berbicara saat konferensi pers hari ulang tahun ke-11 di Jakarta, Senin (3/4). PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) mendapatkan pendanaan baru senilai USD 28 Juta atau setara dengan Rp 405 Miliar yang dipimpin oleh Women’s World Banking Capital Partners II (WWB) bersama dengan MDI Ventures, dan didukung oleh investor lama seperti Mandiri Capital Indonesia, UOB Venture. Foto: Tahta Aidilla/Republika.
Rep: Iit Septyaningsih Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) secara kumulatif telah menyalurkan modal usaha sebesar Rp 10 triliun lebih sampai 31 Desember 2022. Dana itu disalurkan ke lebih dari 1,4 juta pelaku usaha ultra mikro yang tersebar di seluruh wilayah operasional perusahaan.

Amartha pun mempertahankan kualitas pinjaman dengan Nonperforming Loan (NPL) di bawah 0,5 persen. "Pencapaian ini merupakan hasil kolaborasi strategis dengan berbagai stakeholder, mulai dari perbankan hingga kerja sama embedded finance dengan platform teknologi seperti eFishery," ujar Founder and CEO Amartha, Andi Taufan dalam keterangan resmi, Senin (9/1/2023).

Ia menambahkan, Kolaborasi seperti itulah yang menjadi kunci pertumbuhan bagi Amartha supaya dapat terus mengakselerasi inklusi keuangan bagi segmen yang lebih masif di masa mendatang. Menurutnya, kinerja Amartha pada 2022 tercatat tumbuh signifikan dan profitable.

Lebih dari Rp 4,7 triliun berhasil disalurkan sepanjang 2022. Angka itu tumbuh 93 persen year on year (yoy) atau hampir dua kali lipat dari sebelumnya yang sebesar Rp 2,4 triliun.

Dijelaskan, penyaluran modal ini didominasi oleh dukungan pendanaan dari 24 mitra perbankan. Jumlah penyaluran sekitar Rp 3 triliun atau 60 persen lebih dari total sumber dana.

Di tengah isu resesi dan pelemahan ekonomi global pada 2023, Perusahaan teknologi keuangan (fintech) itu justru melihat potensi guna menopang ekonomi grassroots dan mempercepat pemulihan pasca pandemi. Tantangan ekonomi makro mungkin memberi dampak yang cukup signifikan bagi berbagai sektor usaha skala besar.

"Hanya saja sektor UMKM justru memiliki resiliensi yang kuat di tengah tantangan ekonomi global," jelas Taufan.

Dirinya menuturkan, pangsa pasar Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) umumnya berskala lokal, sehingga kinerjanya bisa lebih stabil. Menurutnya, ini pula yang membuat mitra perbankan yakin untuk mendiversifikasikan portofolionya ke sektor UMKM lewat Amartha.

Berdasarkan laporan Sustainability Report 2021, mitra UMKM Amartha berhasil meningkatkan pendapatan sebesar 37,5 persen. Angka itu jauh lebih besar dibanding angka inflasi 2022 yang berkisar di lima persen.

Dengan peningkatan pendapatan tersebut, mitra UMKM Amartha memiliki ketahanan cukup kuat dalam menghadapi gejolak ekonomi. Hanya saja tetap dibutuhkan intervensi dari berbagai pihak untuk menguatkan UMKM, mulai dari penyediaan akses modal usaha, edukasi literasi keuangan dan digital, serta program pendampingan usaha.

Pada 2023 ini, Amartha masih akan terus menjalin kolaborasi dengan berbagai stakeholder sebagai strategi kami untuk terus bertumbuh. Layanan keuangan inklusif dari Amartha sudah semakin komprehensif.

Mulai dari layanan marketplace untuk menyalurkan modal usaha bagi UMKM, layanan credit decisioning solution yakni Ascore.ai, layanan keuangan digital bagi UMKM yaitu Amartha+. Hingga layanan lainnya yang menargetkan segmen B2B seperti ke mitra perbankan maupun sektor lainnya.

"Melalui layanan keuangan inklusif yang terintegrasi ini, Amartha optimis dapat memanfaatkan peluang. Sekaligus terus memperluas jangkauan ke seluruh pelosok Negeri," katanya.


Baca Juga


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler