Nggak Jadi Cuan! Harga Emas Jatuh Dipukul Menguatnya Greenback Jelang Data Inflasi
Harga emas dunia melemah pada akhir perdagangan karena menguatnya dolar AS
REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Harga emas melemah pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), menyusul aksi ambil untung dari kenaikan dua sesi sebelumnya karena uang kertas atau greenback dolar AS lebih kuat ketika para pedagang menunggu data inflasi AS pekan ini untuk membantu memperkuat ekspektasi kenaikan suku bunga.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, merosot 1,30 dolar AS atau 0,07 persen menjadi ditutup pada 1.876,50 dolar AS per ounce, setelah diperdagangkan mencapai level tertinggi sesi di 1.885,20 dolar AS dan terendah sesi di 1.872,00 dolar AS.
Emas berjangka terangkat 8,10 dolar AS atau 0,43 persen menjadi 1.877,80 dolar AS pada Senin (9/1/2023), setelah melonjak 29,10 dolar AS atau 1,58 persen menjadi 1.869,70 dolar AS pada Jumat (6/1/2023), dan tergelincir 18,40 dolar AS atau 0,99 persen menjadi 1.840,60 dolar AS pada Kamis (5/1/2022).
Dolar AS menguat pada Selasa (10/1/2023) karena pelaku pasar menunggu data inflasi utama AS, dengan indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,23 persen menjadi 103,2360.Greenback yang lebih kuat membuat harga-harga komoditas berdenominasi dolar menjadi lebih mahal bagi para investor pemegang mata uang lainnya. Meningkatnya imbal hasil obligasi pemerintah AS juga mengurangi daya tarik emas.
Fokus pekan ini juga tertuju pada data inflasi indeks harga konsumen AS, yang diperkirakan akan semakin melambat pada Desember dari bulan sebelumnya. Tetapi pasar akan mengamati dengan cermat laju pelambatannya, mengingat tren inflasi masih jauh di atas kisaran target tahunan Fed.
Di sisi lain, permintaan safe haven yang meningkat juga dapat mendorong harga emas karena pasar semakin waspada terhadap potensi resesi tahun ini di tengah inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga.
Data aktivitas bisnis yang suram dari beberapa ekonomi utama, ditambah dengan tanda-tanda pendinginan pasar tenaga kerja AS meningkatkan kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi global akan melambat pada tahun 2023.
Data ekonomi yang dirilis Selasa (10/1/2023) semakin meredam emas. National Federation of Independent Business melaporkan Indeks Optimisme Bisnis Kecil turun 2,1 poin pada Desember menjadi 89,8, yang merupakan level terendah sejak Juni dan menandai bulan ke-12 berturut-turut bahwa indeks berada di bawah rata-rata 49 tahun di 98.
Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa persediaan grosir AS naik satu persen dari bulan sebelumnya menjadi 933,1 miliar dolar AS pada November 2022, sejalan dengan perkiraan awal dan menguat dari kenaikan 0,6 persen pada Oktober.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret turun 20,6 sen atau 0,86 persen, menjadi menetap pada 23,665 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April terpangkas 10,1 dolar AS atau 0,92 persen, menjadi ditutup pada 1.088,50 dolar AS per ounce.