Pengemis Online, Model Baru Pengemasan Eksploitasi Kemiskinan
Kemiskinan jadi bahan eksploitasi konten kreator.
Pengemis Online, Model Baru Pengemasan Eksploitasi Kemiskinan
Fenomena pengemis online sudah ada sejak lama dan mengalami perkembangan pesat seiring dengan kemajuan teknologi yang kian canggih. Pengemis yang sebelumnya duduk mangkal ditengah jalan, dibawah terik matahari, dengan kecanggihan modern, mereka tinggal duduk manis di rumah, menggunakan aplikasi yang tersedia, tidak perlu menengadahkan tangan dan memelas kepada orang yang ditemuinya.
Dibalik pengemis online tentunya ada kreator dengan siaran live memanfaatkan orang yang kekurangan secara ekonomi, melakukan apa yang diperintahkan sang kreator. Hal ini tentu mengundang kontroversi di masyarakat, demi mendapatkan rupiah rela melakukan hal yang tak lazim.
Pandangan hidup kapitalisme saat ini menilai segala sesuatu dari sudut materi, tak heran kemiskinan sebagai problematika negeri justru di eksploitasi demi pundi - pundi rupiah. Dengan kemajuan teknologi, pengemis online menjadi model pengemasan gaya baru eksploitasi kemiskinan, didukung kreatifitas para kreator pembuat konten - konten yang menarik simpati, empati dan rasa iba warganet, sehingga akhirnya tergerak menyumbangkan hartanya.
Mentri Sosial, Tri Rismaharini turut mengomentari fenomena pengemis online, menyatakan bahwa akan menyurati pemerintah daerah untuk menindak orang yang melakukan " ngemis online ' di media sosial. Hal itu dikarenakan para kreator pembuat konten melakuka siaran langsung dengan kegiatan yang tidak wajar seperti atau ekstrim dengan berendam di air hingga mandi lumpur yang diperagakan orang tua atau lansia. (Kompas.com, 15-01-2023)
Mengemis online dengan menggunakan kemajuan teknologi merupakan model baru pengemasan eksploitasi kemiskinan yang tidak mampu mengentaskan kemiskinan yang menjadi problematika negeri ini, sumbangan yang didapat bisa saja jatuh ke tangan orang yang sengaja memanfaatkan keadaan dan uangnya cenderung dipakai untuk hal - hal yang tidak penting memenuhi gaya hidup konsumtif.
Menjamurnya pengemis online dengan mengeksploitasi kemiskinan, menurut seorang sosiologi bukan hal yang baru, namun mulai meningkat pandemi dimana banyak orang yang kehilangan pekerjaan dan pengemis online ini merupakan konten yang menguntungkan ditengah kesulitan lapangan pekerjaan. Namun tidak semua yang membuat konten meminta bantuan dilatarbelakangi masalah ekonomi, ada juga yang dipicu kecanduan obat atau untuk memenuhi gaya hidupnya. Kemungkinan yang menyebabkan munculnya konten seperti ini adanya campur tanhan sindikat kejahatan yang terorganisir.
Fenomena ini menggambarkan sebuah kehidupan masyarakat yang sakit, bagaimana tidak kemiskinan merupakan problematika yang harus diselesaikan oleh negara, justru dijadikan objek oleh segelintir orang meraup keuntungan dengan menjual kemiskinanya melalui media sosial meski harus merendahkan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Inilah sistem demokrasi kapitalis mengutamakan nilai materi dan rela menjual harga diri, sistem rusak dan merusak tatanan kehidupan manusia.
Islam Menyelesaikan Problem Kemiskinan
Aktifitas mengemis atau meminta - minta, menampakkan diri seakan - akan orang yang kesulitan atau membutuhkan biaya dalam Islam adalah hal yang dilarang. Seperti yang diriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong daging pun di wajahnya“. (Shohih. HR. Bukhari dan Muslim ).
Hadist diatas sudah cukup bagi kita sebagai muslim untuk menahan diri dari meminta atau mengemis saat diuji dengan kesulitan ekonomi dengan tetap melakukan ikhtiar menjemput rizki. Sabar dalam menghadapi ujian atas kesulitan tanpa harus meminta atau mengemis belas kasihan orang lain.
Negara semestinya hadir saat rakyat sulit, menunjukan tanggungjawabnya sebagai palayan dan pengurus umat, sehingga keberadaan teknologi tidak digunakan untuk hal yang dilarang agama layaknya fenomena mengemis online saat ini. Sebagai sebuah solusi pragmatis mengeluarkan dari kesulitan ekonomi tetapi sejatinya sebuah kejahatan berbalut sumbangan yang merendahkan harkatnya sebagai manusia yang dikaruniai akal.
Negara, memiliki peran dan fungsi sebagai pelindung, pengurus, pelayan rakyat dengan seperangkat aturan yang mengikat. Aturan syariat mampu menjadi solusi bagi negara dalam mengentaskan kemiskinan dan menjauhkan rakyat dari sifat mengemis
Negara hadir untuk memberikan edukasi dan pendidikan atas rakyatnya agar memiliki kesadaran untuk menjaga harkat martabatnya sebagai manusia mulia. Terikat dengan aturan syariat yang menjadikanya taat kepada perintah dan larangan Alloh. Negara juga bertanggungjawab atas pemenuhan kebutuhan pokok rakyat mulai dari sandang, pangam, papan, jaminan kesehatan, pendidikan, kemanan serta menyediakan lapangan pekerjaan khususnya bagi laki - laki sebagai pencari nafkah bagi keluarganya. Tersedia fasilitas layanan publik gratis atau dengan harga murah.
Lingkungan masyarakat, adanya aktifitas amar maruf nahi munkar ditenvah masyarakat, menyeru kepada Islam, menjauhi kemaksiatan. Pentinhnya memahami aktifitas ini sebagai sebuah kewajiban dari Alloh agar masyarakat peka dan peduli terhadap lingkungan jika ada kemaksiatan, kemunkaran bahkan kriminalitas yang terjadi sehingga bisa teratasi.
Keberadaan teknologi dalam Islam dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat, dalam Islam adanya teknologi agar memudahkan umat untuk ibadah secara maksimal , teknologi yang diciptakan akan terfokus pada teknologi tepat guna untuk menyelesaikan seluruh problematika yang terjadi di masyarakat. Teknologi bukan digunakan hal yang tidak bermanfaat apalagi akan menimbulkan keburukan.
Kesejahteraan rakyat akan terwujud dalan penerapan Islam secara menyeluruh dalam kehidupan. Kemiskinan akan teratasi secara tuntas dengan Islam sebagai solusi sehingga tidak ada celah aktifitas mengemis yang merendahkan martabat manusia. Hanya dengan penerapan Islam kafah saja yang akan menjamin kesejahteraan seluruh umat manusia seluruh dunia.
Wallohu'alam
Eni Yani