Dokter Larang Berikan Kopi Saset pada Bayi, Ini Isi Kandungannya yang Berbahaya

Kopi saset pada umumnya merupakan minuman tinggi gula.

Antara/Puspa Perwitasari
Pedagang kopi keliling menjajakan minuman saset. Publik diminta cerdas dalam memilih minuman untuk anak dan dewasa. Minuman seperti kopi saset umumnya tinggi gula dan tidak bermanfaat sama sekali bagi anak.
Rep: Desy Susilawati Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bayi yang diberikan kopi saset oleh ibunya meraih perhatian dari Presiden Joko Widodo. Presiden menegaskan pemberian gizi yang baik oleh anak harus dilakukan dengan betul dan sedari dini.

Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak Subspesialis Kesehatan Anak Nutrisi dan Penyakit Metabolik RS Pondok Indah – Pondok Indah, dr Cut Nurul Hafifah, SpA, Subsp. N.P.M., menjelaskan kopi dan teh tidak boleh diberikan pada bayi dan anak karena tidak mengandung zat gizi yang bermanfaat. Kandungan kopi dan teh juga dapat menghambat penyerapan zat gizi pada makanan.

"Hal tersebut kemudian dapat menyebabkan anemia atau kekurangan zat besi pada bayi dan anak," ujarnya kepada Republika, dalam wawancara tertulis, Rabu (25/1/2023).

Terkait kopi saset, sebenarnya seberapa berbahaya pemberiannya bagi bayi? Menurut dr Cut, kopi saset selain mengandung zat aktif kopi yaitu kafein juga mengandung tinggi gula. Sebagai contoh sebuah merk kopi saset mengandung 14 gram (43 persen) gula tambahan artinya kandungan gula sangat tinggi dibandingkan anjuran WHO yaitu di bawah 5 sampai 10 persen. "Hal ini berisiko menimbulkan obesitas pada bayi dan anak," tambahnya.

Selain itu, kopi juga bersifat diuretik atau memicu proses pembuangan garam dan air dalam tubuh melalui urine. "Yang apabila tidak dibarengi dengan asupan air minum yang cukup, dapat menyebabkan dehidrasi," ungkap dr Cut.

Ia menambahkan pencernaan bayi juga belum tentu siap mengolah kandungan kopi saset. "Karenanya apabila muncul keluhan seperti diare setelah mengonsumsi kopi saset. Orang tua harus waspada," ujarnya mengingatkan.

Diare, lanjut dr Cut, ditandai dengan frekuensi BAB yang lebih dari 2 sampai 3 kali sehari dan tekstur BAB yang lebih cair. Dr Cut mengatakan untuk melancarkan BAB anak ketika mengalami konstipasi atau sembelit jangan diberikan kopi.

Konstipasi pada anak sebagian besar disebabkan oleh kekurangan air dan serat. Contohnya bayi usia 1 tahun berat badan 9 kilogram butuh total air sekitar 900 mililiter yang harus dipenuhi dari ASI, air putih, dan kuah makanan (misal kuah sup). Hal ini sering luput dari perhatian orang tua.

"Buah yang mengandung banyak air seperti semangka, buah naga, pepaya dapat membantu tetapi hati-hati, asupan buah untuk bayi dan anak juga tidak boleh terlalu banyak," ujarnya.

Sementara itu, terkadang ada juga orang tua yang memberikan kopi pada anak tujuannya agar anak tidak step atau kejang. Sebab orang tua zaman dulu sering berkata bahwa anak diberikan kopi bisa terhindar dari step atau kejang. Namun, menurut dr Cut hal tersebut tidak tepat. "Tidak ada manfaat kopi untuk mencegah kejang," tegasnya.

Ia mengatakan pencegahan kejang akan ditentukan berdasarkan penyebabnya. Jika penyebab kejangnya karena kejang demam maka dapat dicegah dengan memberi obat penurun demam saat anak sakit. "Apabila penyebab kejang adalah epilepsi maka pencegahannya adalah rutin mengonsumsi obat antiepilepsi," ujarnya.

Untuk meluruskan mitos-mitos yang berkembang di masyarakat soal manfaat kopi pada anak tersebut, menurut dr Cut, selalu konsultasikan masalah kesehatan kepada petugas kesehatan yang kompeten. Cari sumber yang terpercaya saat membuka media sosial misal akun dokter spesialis anak agar terhindar dari mitos kesehatan anak.




Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler