Sendirian Saat Kena Serangan Jantung? Ini yang Harus Dilakukan
Orang yang mengalami serangan jantung terkadang mengeluhkan gejala berkeringat.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangan jantung bisa terjadi secara tiba-tiba tanpa mengenal tempat atau waktu. Ada kalanya, seseorang mengalami serangan jantung saat sedang sendirian di rumah.
Bila mengalami serangan jantung saat sedang sendirian, hal pertama yang perlu dilakukan adalah tetap tenang dan tidak panik. Langkah berikutnya adalah mengambil obat sebagai pertolongan pertama.
Pasien yang berisiko mengalami serangan jantung biasanya telah "dibekali" atau diresepkan obat oleh dokter, seperti obat Sorbitrate dengan dosis 5-10 mg. Bila merasakan gejala serangan jantung, segera gunakan obat tersebut dengan meletakkannya di bawah lidah. Bila setelah itu gejala membaik, pasien kemungkinan baru saja mengalami serangan jantung.
Pasien juga bisa mengonsumsi tablet aspirin standar (300 mg), Clopidogrel (300 mg), dan Atorvastatin (80 mg) dalam satu waktu. Seluruh obat ini tetap aman digunakan meski ternyata gejala yang muncul bukan disebabkan oleh serangan jantung.
Obat-obatan tersebut bisa digunakan dengan cara dikunyah agar bisa terserap dengan lebih mudah ke aliran darah. Mengunyah aspirin dalam waktu 30 menit setelah kemunculan gejala juga dapat menghambat perkembangan trombosit dan menunda pembentukan bekuan darah.
Namun, orang yang mengalami serangan jantung terkadang mengeluhkan gejala berkeringat dan perasaan seperti akan pingsan. Keluhan-keluhan tersebut bisa muncul karena kondisi tekanan darah yang rendah.
Dalam kondisi seperti ini, orang dengan gejala serangan jantung tak disarankan menggunakan Sorbitrate karena dapat semakin menurunkan tekanan darah. Hal yang sebaiknya dilakukan bila tekanan darah menjadi rendah adalah berbaring.
Setelah gejala membaik dengan obat-obatan tersebut, segera pergi ke rumah sakit terdekat yang memiliki layanan darurat. Menelepon kenalan atau keluarga yang berlokasi dekat untuk meminta bantuan juga bisa dilakukan.
Bila memungkinkan, panggil ambulans untuk mengantarkan diri sendiri ke rumah sakit. Yang terpenting, jangan menunda untuk pergi ke rumah sakit hanya karena gejala sudah membaik setelah minum obat.
Selama menunggu ambulans datang, coba berbaring telentang dan angkat kaki ke atas. Posisi ini dapat membuka diafragma dan memudahkan pasien dengan gejala serangan jantung untuk bernapas lebih mudah dan memasok oksigen ke darah. Upayakan untuk menarik napas yang dalam agar jantung bisa teroksigenasi dengan lebih baik.
Seperti dilansir Indian Express, terapi serangan jantung harus diberikan dalam waktu satu jam pertama setelah gejala awal muncul. Penundaan pengobatan dapat membuat jaringan-jaringan di jantung mengalami kerusakan dan bahkan memicu kematian sel-sel.
Mengenal serangan jantung
Mayo Clinic mengungkapkan, serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke jantung mengalami penurunan drastis atau bahkan terhambat. Salah satu faktor yang bisa menyebabkan aliran darah ke jantung berkurang drastis atau terhambat adalah penumpukan plak di pembuluh darah koroner.
Plak yang menumpuk di pembuluh darah ini bisa pecah dan membentuk bekuan darah yang menyumbat aliran darah ke jantung. Otot jantung bisa mengalami kerusakan bila tak mendapatkan aliran darah.
Serangan jantung bisa memunculkan gejala yang beragam. Berikut ini adalah gejala-gejala serangan jantung yang perlu diwaspadai, menurut Mayo Clinic:
1. Nyeri dada seperti rasa tertekan, sakit, sesak, atau diremas
2. Muncul rasa nyeri atau tidak nyaman yang menjalar dari dada ke pundak, lengan, punggung, leher, gigi, rahang, atau bagian atas perut
3. Keringat dingin
4. Kelelahan
5. Sensasi terbakar di dada atau masalah pencernaan
6. Mual
7. Sesak napas
Serangan jantung umumnya muncul secara tiba-tiba. Namun, beberapa tanda atau gejala bisa muncul sejak beberapa jam, hari, atau pekan sebelum serangan jantung terjadi. Salah satu contoh pertanda dari serangan jantung adalah angina, yaitu rasa nyeri atau tertekan pada dada yang terus muncul dan tak kunjung membaik meski tubuh sudah istirahat.