Serangan Jantung Bisa Terjadi Saat Tidur, Siapa Paling Berisiko?
Tekanan darah tinggi, diabetes, dan merokok termasuk faktor risiko serangan jantung.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski sering terjadi di pagi hari, serangan jantung bisa muncul kapan saja. Bahkan dalam beberapa kasus, serangan jantung juga bisa terjadi saat tidur.
"Ya, serangan jantung bisa terjadi saat tidur," jelas ahli kardiologi intervensi dari Fortis Hospital, Dr Keshava R, seperti dilansir Indian Express, Selasa (31/1/2023).
Hal serupa juga diungkapkan oleh konsultan kardiologi intervensi dari Yashoda Hospitals, Dr Guru Prakash A. Menurut Dr Prakash, sekitar 10 persen dari kasus serangan jantung terjadi saat pasien tidur.
"Khususnya di pagi hari ketika lonjakan catecholamine tinggi," kata Dr Prakash.
Menurut Dr Prakash, kasus serangan jantung saat tidur lebih sering dialami oleh beberapa kelompok pasien. Kelompok tersebut adalah lansia, orang dengan diabetes, orang dengan obesitas, orang dengan hipertensi, dan orang dengan apnea tidur obstruktif.
Dr Keshava mengatakan sebagian besar serangan jantung disebabkan oleh adanya penumpukan plak di pembuluh darah koroner. Serangan jantung terjadi ketika plak tersebut pecah dan membentuk bekuan darah yang menyumbat aliran darah ke jantung.
"Faktor risiko lainnya ialah tekanan darah tinggi, diabetes, kebiasaan merokok, dan riwayat penyakit jantung," ujar Dr Keshava.
Kegemukan dan serangan jantung saat tidur
Serangan jantung bisa terjadi saat tidur karena saat tidur, seluruh otot di tubuh dalam kondisi rileks, termasuk otot pada leher dan tenggorok. Bila seseorang memiliki jaringan leher berlebih, kondisi rileks saat tidur dapat memberikan tekanan lebih pada jalur napas dan memicunya untuk kolaps.
"Saat jalur napas Anda kolaps, jalur napas yang bisa digunakan udara menuju paru-paru menyempit dan udara harus mencari celah karena tak bisa bergerak bebas," ujar Head of Medical Affairs Asia Selatan ResMed, Dr Sibasish Dey.
Kondisi tersebut akan menyebabkan seseorang mendengkur atau berhenti napas sementara saat tidur. Kondisi ini bisa berulang hingga ratusan kali per malam. Kondisi kekurangan oksigen yang konstan tiap malam bisa memberikan dampak buruk bagi tubuh, termasuk jantung.
Apnea tidur dan serangan jantung saat tidur
Hal lain yang memungkinkan terjadinya serangan jantung saat tidur adalah gangguan apnea tidur obstruktif. Dalam kondisi normal, tekanan darah menurun di malam hari saat tidur. Namun, pada penderita apnea tidur obstruktif, tekanan darah bisa tidak menurun dan memicu terjadinya tekanan darah tinggi.
Apena tidur merupakan gangguan tidur yang membuat penderitanya berhenti bernapas berulang kali saat tidur. Apnea tidur dapat membuat penderitanya mengalami desaturasi oksigen atau penurunan kadar oksigen darah yang signifikan.
"Setiap kali kadar oksigen Anda turun (karena apnea tidur obstruktif), tekanan darah Anda naik dan menyebabkan lonjakan adrenalin," jelas Dr Dey.
Kondisi tersebut dapat memberikan tekanan pada jantung karena jantung harus bekerja lebih keras. Hal ini terjadi karena jantung berupaya menormalkan tekanan darah.
"Hubungannya tak berhenti di situ. Tekanan darah tinggi bisa memunculkan konsekuensi lain seperti serangan jantung," ujar Dr Dey.
Studi juga menemukan adanya hubungan apnea tidur dengan masalah jantung. Sebuah studi dalam American Journal of Cardiology misalnya, menemukan bahwa masalah apnea tidur cukup sering ditemukan pada pasien gagal jantung.
Studi berbeda menemukan adanya apnea tidur pada 52 persen kasus diabetes tipe 2. Apnea tidur juga ditemukan pada 80 persen kasus hipertensi resisten, 77 persen kasus obesitas, dan 50-60 persen kasus penyakit kardiovaskular lain.
Kurang tidur dan serangan jantung saat tidur
Risiko serangan jantung saat tidur juga dapat meningkat pada orang yang mengalami kurang tidur. Kurang tidur selama satu atau dua hari mungkin tak akan memunculkan masalah signifikan.
Namun, kurang tidur yang terjadi secara terus-menerus dapat memunculkan masalah kesehatan serius dan memperburuk masalah kesehatan yang sudah ada, termasuk masalah kesehatan jantung. Kesehatan jantung, lanjut Dr Dey, sangat dipengaruhi oleh kecukupan tidur.
Alasannya, kurang tidur kerap dikaitkan dengan faktor risiko penyakit jantung seperti aterosklerosis atau penumpukan plak di pembuluh darah.
"Tidur yang singkat dan berulang (kurang tidur) meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular (seperti serangan jantung)," kata Dr Dey.
Kiat cegah dan serangan jantung saat tidur
Menurut Dr Keshava, ada beberapa upaya yang dapat membantu mencegah terjadinya serangan jantung saat tidur. Salah satu di antaranya adalah menerapkan gaya hidup yang sehat, seperti menerapkan pola makan yang seimbang, olahraga teratur, serta menghindari kebiasaan merokok.
"Penting juga untuk mengelola gangguan tidur serta mendapatkan tidur yang cukup dalam keseharian," ujar Dr Keshava.
Sebagian orang mungkin sudah memiliki beberapa masalah kesehatan yang menjadi faktor risiko penyakit jantung, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes. Pada kelompok seperti ini, serangan jantung saat tidur juga perlu dicegah dengan cara mengelola masalah-masalah kesehatan tersebut.
Sebagai tambahan, Dr Dey memberikan beberapa tips agar orang-orang bisa tidur dengan baik di malam hari. Berikut ini adalah delapan tips di antaranya:
1. Lakukan teknik relaksasi seperti latihan bernapas dalam, yoga, meditasi, atau peregangan santai sebelum tidur.
2. Biasakan berolahraga atau latihan fisik secara rutin. Namun, hindari berolahraga menjelang jam tidur di malam hari.
3. Terapkan jadwal tidur yang teratur setiap hari, termasuk di hari libur.
4. Berkonsultasi dengan dokter bila merasa memiliki gangguan tidur, seperti apnea tidur atau insomnia. Berkonsultasi dengan dokter dapat membantu pasien mendapatkan diagnosis pasti dan juga terapi yang sesuai untuk memperbaiki gangguan tidur mereka.
5. Dapatkan paparan cahaya yang cukup di pagi hari agar siklus tidur-bangun bisa berjalan dengan baik.
6. Hindari stimulan pengganggu tidur, seperti alkohol, makanan tinggi lemak atau gula, serta kafein.
7. Kelola stres dan kecemasan.
8. Buat suasana kamar tidur terasa nyaman dengan cara meredupkan pencahayaannya, menjauhkan kamar dari berbagai distraksi seperti suara
bising, dan mengatur suhu agar terasa sejuk.