Bahaya Bergaya Sombong dalam Pandangan Islam
Orang mukmin yang tidak sombong termasuk orang yang beruntung dunia akhirat.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sikap sombong dan angkuh merupakan hal yang tidak disukai oleh banyak orang. Sikap ini akan merugikan diri sendiri dan lingkungan, sekaligus bencana di alam akhirat.
Dalam salah satu suratnya, Alquran juga telah memperingatkan umat Muslim untuk menjauhi sifat sombong. Dalam QS Luqman ayat 18 disebutkan:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ
"Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri."
Makna dari kata memalingkan wajah adalah mengangkat dagu dari manusia dengan bahasa tubuh yang sombong. Ucapan kasar dan keras juga bisa tergolong ucapan sombong, karena di dalamnya ada rasa orang lain lemah dan bodoh.
Tidak hanya itu, saat komunikasi selalu cenderung mendikte dan tidak mau dengar pertimbangan orang lain. Ini juga bisa terkategori sikap sombong.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
((ألا أُخْبِرُكُمْ بأهْلِ النَّار: كلُّ عُتُلٍ جَوّاظٍ مُسْتَكْبرٍ)). متفقٌ عَلَيْهِ،
"Tidakkah kuberitahu kalian penghuni neraka yaitu setiap orang congkak, kasar berucap penuh kesombongan."
Dalam artikel yang diunngah di laman resmi Majelis Ulama Indonesia (MUI), disampaikan cara berpakaian yang tidak menyesuaikan juga bisa terkategori sikap sombong. Dalam berpakaian, hendaknya tidak hanya mengikuti tren dan mempertimbangkan aspek halalnya, semisal menutup aurat.
Memahami momen yang ada juga menjadi salah satu cara menghindari kesombongan. Saat ada acara resmi, maka pakaian yang dikenakan baiknya sesuai dan tidak menentang etika. Hal yang sangat perlu dihindari adalah pakaian yang mencirikan status lebih tinggi derajat dan lebih terpandang dihadapan manusia dibanding manusia lain.
Rasulullah SAW pernah menyampaikan pesan terkait hal ini.
قَالَ: ((لا يَنْظُرُ اللهُ يَوْمَ القِيَامَةِ إِلَى مَنْ جَرَّ إزَارَهُ بَطَرًا)). متفقٌ عَلَيْهِ
Di hari kiamat, Allah tidak memandang kepada orang yang gaya pakaiannya mencirikan kesombongan.
Hadits ini juga bermakna larangan pada adat orang Arab Jahiliyah, yang gaya pakaiannya panjang mencirikan keningratan dengan cara isbal (panjang). Secara pemahaman terbalik, yang panjang pakaiannya namun tidak mencirikan status sikap sombong, tidak apa apa dalam syariat Islam.
Sikap terlalu percaya diri dengan keahlian dan kemampuan juga bisa terkategori sikap sombong. Qarun, sepupu (anak paman) Nabi Musa as, dikisahkan sangat membanggakan keahlian dagang dan keahlian cara berhitungnya.
Hal ini lantas menjadikannya sebagai konglomerat di zaman tersebut. Ia lupa berucap kalau keahliannya itu adalah proses dari karunia Allah SWT dan tidak tawadhu.
Sikap si Qarun sebagai orang yang yang mendewakan keahliannya dan lupa mensyukuri itu, dianggap Allah SWT sebagai insan sombong yang harus musnah di bumi. Kesombongan Qarun merupakan penyakit masyarakat yang hampir tak terdeteksi manusia disekelilingnya.
{إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِندِي} [القصص: 78]، أي: علم بالتجارة، ووجوه تثمير المال وعَلِمَ الله أني أهل له ففضَّلني به عليكم.
Qarun berkata, "Kejayaanku karena Ilmu bisnis yang aku kuasai, Allah tahu aku pantas mendapatkan ilmu dan kejayaan itu dibanding orang lain."
Sikap Qarun ini adalah bahasa ucapan yang tidak hanya kufur nikmat, tapi juga menganggap dirinya istimewa dari para pesaingnya. Allah SWT lantas memberikan peringatan, bahwa banyak manusia yang hancur karena terlalu percaya diri dan lupa bahwa itu semua anugerah Allah.
قال الله تعالى: {أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِن قَبْلِهِ مِنَ القُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلا يُسْأَلُ عَن ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ} [القصص: 78].
"Tidakkah dia tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka." (Al-Qasas ayat 78)
Sikap sombong adalah niat melebihi yang lain dan merasa hebat sendiri karena kemampuannya. Adapun sikap ingin dipahami berbuat yang terbaik dan memakai yang terbaik dari barang yang ia miliki, demi menjadi orang yang menghargai tatanan dan etika pada sesama sekaligus memuliakan majlis-majlis dengan pakaian yang baik karena Allah swt semata, bukanlah terkategori sombong.
Seorang shahabat bertanya kepada nabi Muhammad SAW
فَقَالَ رَجُلٌ: إنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا، ونَعْلُهُ حَسَنَةً؟ قَالَ: ((إنَّ اللهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الجَمَالَ، الكِبْرُ: بَطَرُ الحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ)). رواه مسلم.
"Ya Rasulullah, bagaimana jika ada orang yang suka baju dan sandalnya yang sangat bagus? Rasul bersabda itu bukan keesombongan, sebab sombong itu adalah congkak terhadap kebenaran dan suka merendahkan sesama manusia."
Kuncinya adalah seperti apa yang diucapkan Qatadah Rahimahullah, "Manusia yang kaya atau miskin harus dipandang sama, dan disikapi penuh bijak dengan sikap yang sama."
Ibnu Abbas ra berkata: ”Janganlah melecehkan sesama dan berpaling dari sesama, saat ia berbicara denganmu.”
Karena itu, hendaknya setiap insan berhati hati agar tidak terjerembab dalam sikap angkuh adan sombong. Diibaratkan oleh Syaekh Al-Aquuliy rahimahullah, ”Ujub pada diri sendiri adalah kesombongan nyata."
Rasulullah SAW bersabda:
قَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((لا يَزَالُ الرَّجُلُ يَذْهَبُ بِنَفْسِهِ حَتَّى يُكْتَبَ في الجَبَّارِين، فَيُصِيبَهُ مَا أَصَابَهُمْ)). رواه الترمذي، وقال: (حَدِيثٌ حَسَنٌ).
"Masih saja senantiasa seseorang itu anggap dirinya lebih tinggi derajat dari orang lain hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang sombong.”
Karena itu, seorang mukmin yang bisa menghentikan kesombongan dirinya adalah termasuk orang yang beruntung dunia akhirat.