Orang yang Paling Berakal dan Beruntung Menurut Rasulullah SAW
Orang yang paling berakal menurut Rasulullah SAW adalah yang mawas kematian
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Tak ada seorang pun yang bisa mengelak dari kematian ketika waktunya telah tiba. Ajal akan tetap datang, meski tidak diharapkan atau dibenci sekalipun.
Tak ada manusia yang mengetahui kapan ajalnya akan datang dan di mana tempatnya mati. Oleh karena itu, Imam al-Ghazali dalam Khuluq al-Muslim ketika menasihati murid-muridnya mengatakan bahwa yang paling dekat kepada manusia adalah kematian. Sebab, kematian adalah rahasia Allah SWT.
Banyak ayat Alquran yang menjadi reminder agar tidak melupakan kematian. Ini menjadi penanda pentingnya bagi manusia untuk selalu mengingat kematian.
Bahkan, banyak juga ayat yang menggambarkan kondisi yang dialami seseorang ketika menghadapi kematian dan setelah ruh berpisah dari jasad. Di antaranya adalah sebagai berikut:
QS Al Araf ayat 34
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.”
QS Al Munafiqun ayat 11
وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا ۚ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.”
QS Al Jumuah ayat 8
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
QS Al Qiyamah ayat 26-30
كَلَّا إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ وَقِيلَ مَنْ ۜ رَاقٍ وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ إِلَىٰ رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ
"Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan, dan dikatakan (kepadanya): "Siapakah yang dapat menyembuhkan?" dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia), dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan), kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau."
QS An Nahl ayat 32
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ طَيِّبِينَ ۙ يَقُولُونَ سَلَامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُتُمْ تَعْمَلُونَ
“(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun'alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan.”
Baca juga: Putuskan Bersyahadat, Mualaf JJC Skillz Artis Inggris: Islam Memberi Saya Kedamaian
Rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa mengingat kematian. Dengan mengingat maut, setiap orang didorong untuk memperbaiki diri dan memperbanyak amal saleh.
Bahkan, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Umar, Rasulullah SAW menyebut, orang yang paling berakal adalah orang yang paling banyak mengingat kematian.
Sebab, orang yang mengingat kematian tidak akan terlena dengan perkara dunia yang bersifat sementara. Ia justru lebih sibuk mempersiapkan diri untuk meraih keselamatan dan kenikmatan di akhirat yang abadi.
Karena itu, di antara wasiat yang disampaikan Rasulullah SAW kepada sahabat Ali bin Abi Thalib seperti tertulis dalam kitab Washiyat al-Musthofa karya Abdul Wahhab as-Sya'roni adalah tentang kematian. Rasul SAW mengingatkan tentang orang-orang yang merugi, yakni orang yang mengingkari kematian dan hanya mengingat dunia saja.