Kesederhanan Umar bin Khattab saat Ibadah Haji
IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Abdurrahman Ahmad As-Surbuny dalam bukunya "198 Kisah Haji Wali-Wali Allah" mengisahkan perjalanan ibadah haji Umar bin Khattab, yang saat itu sudah menjadi khalifah. Umar memberikan keteladanan dengan kesederhanaannya.
Padahal di masa pemerintahannya, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. "Dua negara adidaya Persia dan Romawi tunduk di bawah Khalifah Umar," tulis Abdurrahman Ahmad As-Surbuny.
Diketahui, saat menunaikan ibadah haji, Umar hanya menghabiskan perbekalan sebanyak 16 Dinar. "Itupun masih beliau katakan pada anaknya kita ini terlalu boros dan berlebihan," katanya.
Pada tahun pertama kekhalifahnya, dia mengutus Abdurrahman bin Auf untuk menjadi Amirulhaj. Setelah 10 tahun menjadi Khalifah barulah Umar Bin Khattab memimpin jamaah haji kaum Muslimin sendiri. Kemudian menjelang akhir hayatnya, beliau berangkat haji lagi sambil membawa ahli keluarga Rasulullah SAW.
Walaupun ketika itu kekuasaan Umar telah merambah hingga dua pertiga dunia, Umar adalah pemimpin yang selalu bersahaja. Jubah beliau terbuat dari kulit dengan banyak tambalannya. Itulah kesehariannya, termasuk ketika beliau menunaikan ibadah hajinya.
"Beliau senantiasa penuh kesederhanaan dan benar-benar berhias dengan ketakwaan," katanya.
Anas bin Malik menceritakan keadaan pemimpin yang sangat dihormati kawan dan lawan itu: "Di antara kedua bahu baju Umar terdapat empat tambalan dan di antaranya ada yang ditambal dengan kulit," katanya.
Abdurrahman Ahmad As-Surbuny menceritakan, ketika itu Umar berkhotbah di atas mimbar, menurut Anas melihat bahwa Umar menggunakan kain yang memiliki 12 tambalan. Begitu menjaga kesegarannya, selama perjalanan haji Umar hanya menghabiskan uang sebanyak 16 dinar.
Ketika itu kata Abdurrahman Ahmad As-Surbuny, cuaca sangat panas. Ibadah haji pada musim panas itu tidak menjadikan Umar bermanja-manja untuk besenang-senang di bawah tenda.
Ketika itu, ia hanya meletakkan secarik kainnya yang sudah usang di atas pohon, kemudian bernaung di bawahnya dan menyibukkan diri dengan menangis memohon ampun kepada Allah. Ketika Umar tidak memiliki kemah ataupun tenda apalagi segala fasilitas khusus bagi seorang Amirulmukminin.
"Pada kekayaan timur dan barat ada di bawah telapak kakinya," katanya.