Makanan Sehat Bisa Menjadi Racun, Ini 8 di Antaranya
Makanan sehat pun berpotensi membahayakan jika tidak dikonsumsi dengan pas.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak dapat disangkal banyak orang ingin panjang umur dan sehat. Untuk mencapai hal tersebut, kuncinya adalah menerapkan pola makan sehat. Namun jangan salah, makanan sehat pun berpotensi membahayakan jika tidak dikonsumsi dengan pas.
“Ada beberapa alasan mengapa makanan yang kita anggap baik, sebenarnya bisa membahayakan,” ujar ahli nutrisi yang juga dokter di Penn Medicine Lancaster General Health, Dr Beth McCampbell dilansir Eat This Not That, Selasa (31/1/2023).
Penyebab umum keracunan adalah alergi makanan yang tidak terdiagnosis atau tidak dikenali. Atau bisa juga ketika alergen makanan secara tidak disadari tertelan oleh seseorang, atau makanan yang telah rusak, tidak dimasak dengan benar, atau makanan yang hanya aman jika dimakan dengan cara tertentu.
Dengan apa pun yang tertelan atau terpapar, penting untuk diingat bahwa dosis yang membuat sebuah makanan jadi beracun. Toksisitas makanan sering kali disebabkan oleh persiapan atau penanganan yang tidak tepat.
Bakteri berkembang biak lebih cepat antara suhu 4 derajat Celsius hingga 60 derajat Celsius. Itulah mengapa penting untuk mendinginkan salad kentang dan memasak daging, menjaga makanan dingin tetap dingin dan makanan panas tetap panas.
Berikut ini adalah makanan sehat yang terkadang dapat menghasilkan racun atau bahkan menyebabkan konsekuensi fatal, serta cara yang tepat menikmatinya dengan aman:
1. Beras merah
Beras merah dapat dianggap sebagai biji-bijian padat nutrisi. Namun makanan pokok yang dipenuhi serat ini mungkin mengandung arsenik anorganik. Menurut Consumer Reports, paparan arsenik yang konsisten dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, kanker kulit, kandung kemih, dan hati.
Kunci untuk mengonsumsi beras merah dan produk berbahan dasar beras merah tanpa mengkhawatirkannya adalah dengan memperhatikan seberapa banyak jumlah yang dikonsumsi. Makanlah beras merah dalam jumlah sedang.
2. Kerang
Remis, tiram, kerang, scallop, kepiting, udang, lobster, dan sejenisnya dapat menimbulkan ancaman racun bagi kesehatan tergantung pada apa yang dikonsumsi kerang ini saat masih di laut. Risiko kontaminasi ini terutama terjadi pada kerang yang berada di perairan tropis. Racun berasal dari organisme laut kecil (dinoflagellata atau diatom) yang tertelan dan terkonsentrasi oleh kerang.
Gejala keracunan kerang dapat berupa gastroenteritis, pusing, disorientasi, lesu, kehilangan ingatan jangka pendek, diare, mual, muntah, sakit perut, dan dalam kasus yang lebih serius, kesulitan bernapas, kejang, koma, dan bahkan kematian.
Salah satu wabah keracunan kerang yang terkenal terjadi di Pulau Prince Edward, Kanada, pada 1987. Hal ini mengakibatkan lebih dari 100 orang jatuh sakit setelah memakan kerang yang terkontaminasi, bahkan menelan beberapa korban jiwa.
3. Keju yang tidak dipasteurisasi
Keju yang tidak dipasteurisasi berpotensi menjadi racun karena dapat menjadi cawan petri bagi inang penyakit dan bakteri yang ditularkan melalui makanan dengan potensi konsekuensi serius. Bahaya terbesarnya adalah listeria dan campylobacteriosis.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat (AS) campylobacteriosis adalah penyebab bakteri paling umum dari penyakit diare di Amerika Serikat dan diidap 1,5 juta orang di AS setiap tahun. Risiko kematian jauh lebih tinggi dalam kasus listeria, yang diyakini CDC sebagai penyebab utama ketiga keracunan makanan dan kematian, terkait penyakit bawaan makanan di AS.
4. Buah berbiji
Penggemar serial “Ozark” pasti sudah mengetahui bahwa menelan biji ceri tanah dalam jumlah besar dapat menimbulkan keracunan. Ceri dan buah berbiji lainnya seperti persik, aprikot, dan plum, berpotensi beracun karena mengandung senyawa sianogenik yang dapat diubah tubuh menjadi hidrogen sianida beracun.
Bergantung pada seberapa banyak kita memakannya, mereka dapat menghasilkan hampir 1 mg hidrogen sianida dalam tubuh. Namun, risiko toksisitas sianida itu membutuhkan beberapa waktu untuk mencapai tingkat tersebut, sehingga kemungkinan keracunan sianida relatif kecil.
5. Madu
Meskipun madu dapat memberikan sejumlah manfaat kesehatan, jika tidak dipasteurisasi, pemanis ini dapat mengandung alkaloid beracun yang dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, mual, dan muntah. Itu juga bisa mengandung grayanotoxins yang bisa menyebabkan kelumpuhan dan bahkan kematian.
Madu juga rentan terhadap kontaminasi logam berat dari arsenik, merkuri, kadmium, dan timbal. Khususnya untuk bayi, madu bisa berisiko fatal, karena madu mengandung bakteri yang disebut C Botulinum yang dapat membuat racun di usus bayi, menyebabkan penyakit langka namun mematikan yang disebut botulisme bayi.
6. Ikan buntal
Jika dimasak dengan benar, ikan buntal atau fugu, dapat dianggap sebagai makanan lezat. Tapi duduk untuk pengalaman bersantap mewah fugu, bisa menjadi adu nasib ketika sampai pada kemungkinan risiko kesehatan. Bila tidak dimasak dengan benar, ikan buntal sebenarnya beracun.
Di Jepang, koki harus mengikuti ujian tertulis dan praktik nasional hanya untuk bisa memasak ikan buntal. Restoran di sana pasti meminta surat pernyataan untuk ditandatangani, sebelum Anda memakannya.
Racun pada ikan buntal karena organ tubuh dan hatinya mengandung racun mematikan yang disebut tetrodotoxin. Laman Washington Post menggambarkan ini sebagai racun secepat kilat 275 kali lebih mematikan dibandingkan sianida dan tidak ada penawarnya.
7. Kecambah
Meskipun kecambah memiliki reputasi sebagai makanan kesehatan bergizi yang kaya serat, vitamin, dan mineral, serta rendah sodium, lemak, dan kalori, sayuran muda ini berpotensi menjadi racun jika tidak dicuci bersih sebelum dimakan. Kecambah telah menyebabkan sejumlah wabah kontaminasi selama bertahun-tahun.
Pada Desember 2022, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) mengumumkan penarikan besar-besaran kecambah alfalfa dari sebuah perusahaan bernama SunSprout Enterprises, untuk menyelidiki wabah salmonella di beberapa negara bagian. Makan kecambah mentah atau dimasak ringan seperti alfalfa, kacang, atau kecambah lainnya, dapat menyebabkan keracunan makanan dari salmonella, E coli, atau listeria. Memasak kecambah secara menyeluruh dapat membunuh kuman berbahaya, dan mengurangi kemungkinan keracunan makanan.
8. Popcorn microwave
Meskipun popcorn tidak akan menempatkan Anda pada posisi berbahaya, namun bahan kimia dalam lapisan antilengket yang melapisi bagian dalam kantong popcorn kemasan dapat bermanifestasi menjadi racun yang dapat meningkatkan risiko kanker. Saat berondong jagung dimasak di microwave, lapisan kantong terurai sedemikian rupa sehingga dapat mencemari kernel asin di dalamnya.
Hampir semua kantong popcorn microwave dilapisi dengan asam perfluorooctanoic (PFOA) yang merupakan bahan kimia beracun yang sama yang ditemukan dalam panci dan wajan teflon. Bahan ini dianggap forever chemical karena bertahan di dalam tubuh untuk waktu yang sangat lama.
Zat itu adalah pengganggu endokrin dan dapat mengancam kesuburan. EPA mencantumkan PFOA sebagai karsinogen. PFOA telah dikaitkan dengan kanker hati, ginjal, payudara, prostat, tiroid, kandung kemih, dan kanker ovarium.