Kena Diabetes, Anak-Anak Kehilangan Nyawa Akibat Telat Diperiksakan

Ketika terdiagnosis diabetes, sebagian anak sudah tidak tertolong lagi.

www.pixabay.com
Anak sakit (ilustrasi). Diabetes juga bisa menyerang anak-anak.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Penyakit diabetes masih kerap dianggap lebih rentan pada orang dewasa. Padahal, kasus kencing manis semakin umum di kalangan anak-anak.

Menurut Prof dr Aman Bhakti Pulungan, kasus diabetes pada anak terus meningkat setiap tahunnya. Anak bisa terkena diabates tipe manapun, baik tipe 1 maupun 2.

"Sering kali tipe 1 diagnosisnya terlambat, pasien datang dalam kondisi sudah terlambat, terutama saat pandemi Covid-19. Saat terdiagnosis, sudah tidak tertolong lagi, meninggal," kata Prof Aman dalam webinar, disimak Rabu (8/2/2023).

Prof Aman mengatakan kegawatan pada diabates terjadi ketika keasaman darah pengidapnya meningkat (asidosis). Mereka biasanya harus masuk unit perawatan intensif (ICU) dan berisiko meninggal.

Baca Juga


"Kalau tipe 2 meningkat saat pandemi karena pola virus itu sendiri. Kalau tipe lainnya, sekunder misalnya, sakit thalassemia dan leukemia pada bayi baru lahir, penyakitnya juga bisa permanen, bisa sementara,” kata dia.

Prof Aman menjelaskan bahwa hal yang kerap dilupakan orang tua bahwa diabetes bisa juga menyerang anak-anak. Rata-rata usia anak yang terkena diabetes melitus, tidak berbeda jauh dengan data global yakni sekitar usia lima hingga sembilan tahun dan 10 hingga 14 tahun.

Tetapi ada juga data yang menunjukan diabetes pada anak usia empat tahun dan lebih dari 15 tahun. Ada 1.369 kasus diabetes melitus (DM) Tipe 1 pada anak di Indonesia dari 2009-2022, menurut data registri nasional.

Pemeriksaan diabetes pada anak

Prof Aman mengingatkan kesadaran dini untuk memeriksakan sejak awal sebelum terjadi diabates pada anak. Prof Aman mencontohkan di sekoleh Jepang, terdapat pemeriksaan urine dan cek gula darah.

"Kalau ketahuan sejak dini, insya Allah tidak ada yang meninggal, Itulah tugas kami dari Changing Diabetes in Children (CDIC)," kata Prof Aman.

Pada 2023, terdapat total 1.645 pasien diabetes dengan 53 ahli endokrinologi. Jumlah tenaga ahli ini dianggap masih sangat kurang karena perbandingannya hanya satu ahli untuk satu provinsi.

Menurut Prof Aman, jaminan kesehatan nasional yang menyediakan insulin, tenaga ahli serta kesadaran masyarakat terkait DM, masih tergolong rendah. Prof Aman menyebut pengelolaan diabetes pada anak dan remaja, sudah sejak lama diagaungkan terkait langkah "kontrol glikemik". Langkah itu meliputi pemberian insulin, pengaturan diet, olahraga, dan edukasi.

"Ikuti saja langkah-langkah tersebut, jangan tunggu sakit dulu, jadi tolong sediakan lingkungan dan makanan sehat buat anak lihat kandungan gula jangan melebihi anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)," kata Prof Aman.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler