Peradaban, Agama, dan Nahdhatul Ulama (NU)

Nahdlatul Ulama telah berupaya membuktikan bahwa ajaran Islam itu penuh kedamaian, toleran, kasih sayang, dan menghargai hak azasi manusia. Dakwah melalui pendekatan kultural harus lebih diutamakan daripada pendekatan secara radikal

retizen /Ade Sudaryat
.
Rep: Ade Sudaryat Red: Retizen

Peradaban sering disandingkan dengan kebudayaan. Karenanya, bangsa yang berbudaya adalah bangsa yang berperadaban. Namun perlu digarisbawahi peradaban suatu bangsa harus bersifat komprehensif. Artinya peradaban tersebut harus mencakup seluruh aktifitas kehidupan, baik politik, ekonomi, teknologi, maupun sosial. Selain itu,


peradaban juga sejatinya tidak bersifat lahiriyah belaka, namun didasari kesadaran akan nilai-nilai spiritual.

Peradaban merupakan produk dari aktifitas komunikasi dan sosialisasi antar manusia. Tanpa ada aktifitas komunikasi dan sosialisasi antar manusia tak mungkin lahir suatu peradaban. Karena peradaban merupakan produk dari komunikasi dan sosialisasi antar manusia, maka kemajuan dan kehancurannya pun tergantung kepada manusia itu sendiri.

Jika kita membaca sejarah, sampai saat ini terdapat peradaban yang sudah hancur dan hanya ada dalam catatan sejarah, dan ada pula peradaban yang bertahan sampai saat ini. Kehidupan kita pada saat ini bisa dikatakan berada pada peradaban yang bertahan dan terus berkembang.

Jika kita bertanya secara filosofis, mengapa terdapat peradaban manusia yang hancur dan ada pula peradaban yang bertahan dan terus berkembang?

Dalam salah satu analisanya, Arnold Toynbee, seorang sejarawan seolah-olah menjawab pertanyaan tersebut dalam suatu teori yang disebut radiasi budaya. Menurutnya, suatu peradaban akan tetap bertahan jika memiliki empat unsur yakni, dapat menyesuaikan diri dengan sains dan teknologi; berestetika; beretika; dan memiliki kepekaan spiritual. Unsur terakhir, yakni memiliki kepekaan spiritual merupakan ruh utama yang dapat melanggengkan eksistensi suatu peradaban.

Agama merupakan pengerucutan dari spiritual. Agama juga merupakan pondasi utama untuk meraih makna tertinggi dari kehidupan. Kita perlu menyadari, kehidupan yang bermakna akan dapat kita raih ketika kita memiliki kemampuan merangkai secara padu antara nalar intelektual, emosional, sosial, dan spiritual dalam menghadapi setiap pengalaman dan kenyataan hidup.

Berdasarkan hal tersebut, seperti dikatakan Arnold Toynbee, agama harus menjadi spirit utama dalam membangun kehidupan yang beradab. Kehadiran agama harus menjadi sumber dukungan dan dasar spiritual bagi kehidupan manusia dalam berbagai aspek kehidupan.

Gianozzo Manetti, seorang politisi dan diplomat asal Italia mengatakan, “Agama sesungguhnya merupakan dukungan vital bagi maksimalisasi karya terbaik manusia di bumi ini. Jika kehidupan surgawi dianggap sebagai model ideal kehidupan, maka itu mestinya berarti bahwa kehidupan di dunia ini haruslah diubah agar menjadi semakin surgawi.” Dengan kata lain, Gianozzo Manetti ingin mengatakan, bahwa ajaran agama harus membawa kebaikan dan perdamaian bagi seluruh manusia di muka bumi.

Agama akan menjadi penunjang dan melanggengkan peradaban manakala ajaran agama tersebut menjadi ruh dalam setiap aspek aktivitas. Pelaksanaan ajaran agama yang bersifat formalitas belaka tidak akan memberikan pengaruh berarti terhadap kehidupan selain kepura-puraan.

Orang-orang yang melaksanakan agama bersifat formalistik belaka akan menjadikan pelaksanaan ajaran agama sebagai sesuatu yang harus dimanfaatkan, bukan untuk kehidupan. Agama hanya dijadikan sarana untuk meningkatkan harga diri agar nampak saleh di hadapan orang lain. Orang-orang seperti ini hanya melaksanakan bentuk luar dari ajaran agama, tidak sampai ke kedalaman maknanya. Mereka saleh secara spiritual, namu gagal dalam menjalin keharmonisan hidup secara sosial dan global.

Untuk itu, yang terbaik dari pelaksanaan ajaran agama adalah selain melaksanakan peribadahan sesuai ketentuan, juga mengimplementasikan nilai-nilai filosofisnya dalam berbagai aspek kehidupan. Pelaksanaan agama seperti inilah yang akan melahirkan kedamaian, kasih sayang, toleran, dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan.

Nahdlatul Ulama sebagai organisasi Islam terbesar di dunia secara tidak langsung telah mengimplementasikan pengamalan ideal dari ajaran agama seperti yang telah dipaparkan tersebut. Para ulama dari kalangan nahdliyin sangat yakin terhadap sabda Rasulullah saw yang bersabda bahwa kehidupan dalam aspek apapun akan selamat dan bertahan dengan baik manakala berlandaskan ajaran agama, dalam hal ini Islam.

Meskipun demikian, para ulama dari kalangan nahdliyin tidak pernah memaksakan orang lain untuk memeluk Islam, apalagi memaksanya secara radikal atau dengan menggunakan kekerasan. Sebaliknya, para ulama dari kalangan nahdliyin berusaha toleran, menyebarkan perdamaian, dan kasih saying sebagai inti dari Islam.

Dalam melaksanakan dakwahnya, Nahdlatul Ulama telah berupaya membuktikan bahwa ajaran Islam itu penuh kedamaian, toleran, kasih sayang, dan menghargai hak azasi manusia. Dakwah melalui pendekatan kultural harus lebih diutamakan daripada pendekatan secara radikal.

Demi terwujudnya perdamaian, menghargai hak azasi manusia, dan peradaban yang humanis, Nahdlatul Ulama telah berupaya melaksanakan pesan Sayidina Ali bin Abi Thalib dalam memperlakukan seluruh manusia, “Bertakwalah kepada Allah! Janganlah sekali-kali kamu menjadi serigala yang membahayakan penduduk dan merampas makanan mereka. Mereka adalah saudaramu seagama. Kalau mereka tidak sama agamanya denganmu, hargailah hak asasinya, karena mereka pun manusia seperti kamu. Jauhkan sikap sombong dan tidak mau memaafkan kekeliruan orang lain. Hendaklah kamu selalu berlapang dada untuk memaafkan setiap kekeliruan-kekeliruan yang mereka perbuat.”

ilustrasi : peringatan satu abad Nahdlatul Ulama / NU (sumber gambar : republika.co.id)

sumber : https://retizen.id/posts/201290/peradaban-agama-dan-nahdhatul-ulama-nu
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler