Gempa Papua Disebut Langka, Ini Arahan Mensos
Ke depan perlu ada kerja sama dengan daerah untuk meminimalisasi adanya korban.
REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Menteri Sosial Tri Rismaharini mengunjungi dampak dari Black Swan Earthquakes di Jayapura yang terus mengguncang beberapa waktu terakhir pada Selasa (14/2/2023). Menurutnya, ke depan perlu ada kerja sama dengan daerah untuk menyiagakan lebih banyak tempat dan tenda agar bisa lebih meminimalisasi adanya korban.
“Kemarin juga sudah diminta. Nah karena itu kita memang harus latih supaya begitu ada gempa langsung keluar dan nanti tidur di tenda, terutama kalau malam hari,” kata Risma di Jayapura, Selasa (14/2/2023).
Menurut dia, kementerian sudah melakukan langkah itu di Jawa Barat. Berdasarkan pemaparannya, warga terdampak akan mengungsi pada malam hari dan kembali pada pagi hari.
Baca juga : BNPB: Gempa Susulan di Jayapura Berpengaruh pada Psikologis Masyarakat
“Jadi memang seperti juga di Cianjur gempa rada aneh, karena itu memang kita yang tinggal di jalur Megatrust itu harus siap,” tuturnya.
Sebelumnya, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengungkapkan, rentetan gempa yang terjadi di Jayapura, Papua merupakan fenomena Black Swan Earthquakes. Dia menjelaskan, kejadian itu merupakan fenomena langka dan sulit diprediksi.
Daryono menjelaskan, fenomena Black Swan Earthquakes seperti di Jayapura pernah terjadi sebelumnya, yaitu pada peristiwa gempa bumi di Ambon-Haruku pada akhir 2019. Saat itu, gempa mengguncang lebih dari 2.500 kali.
"Pernah terjadi di Ambon-Haruku akhir 2019, terus meneror, dan beberapa bulan kemudian selesai karena akumulasi stresnya sudah release semua, kemudian aman," kata Daryono.
Baca juga : Turki Diperkirakan Alami Kerugian Hingga Rp 1.278,74 Triliun Akibat Gempa