Disebut Badut, Shin Tae-yong Enggan Memaafkan Pelatih Persija Thomas Doll
Shin menyebut perkataan Doll sama saja menghina PSSI dan warga Indonesia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih timnas Indonesia Shin Tae-yong enggan memaafkan pelatih Persija Jakarta Thomas Doll yang menyebut dirinya seperti badut karena menjadi bintang iklan. Kekesalan Doll terhadap pelatih asal Korea Selatan itu bermula saat sembilan pemain Persija dipanggil ke pemusatan latihan (TC) timnas U-20 Indonesia.
Sembilan pemain tersebut adalah Cahya Supriadi, Muhammad Ferarri, Alfriyanto Nico, Ginanjar Wahyu, Dony tri Pamungkas, Frengky Missa, Barnabas Sobor, Resa Aditya, dan Achmad Maulana Syarif. Doll mengeluh atas hal tersebut dan sempat menahan empat pemainnya, yakni Ferrari Dony, Nico dan Cahya. Hal ini cukup menyulitkan Shin.
PSSI kemudian turun tangan untuk menjembatani komunikasi antara kedua pihak. Namun, Shin tidak hadir dalam rapat tersebut dan diwakili oleh asisten pelatih Nova Arianto. Hal itu membuat Doll merasa tidak dihargai dan berujung pada perkataan pelatih asal Jerman itu yang menyerang personal Shin dengan menyebutnya seperti badut, meskipun tak lama setelah itu Doll mengucapkan permintaan maaf melalui keterangan resmi Persija.
Namun, pelatih asal Korea Selatan itu mengaku enggan memaafkan Doll. Shin bahkan menyebut perkataan Doll tentang dirinya sama saja menghina PSSI dan masyarakat Indonesia.
"Saya jujur gak bisa maafkan karena perilaku dia sudah salah. Bagaimana bisa terjadi hal seperti ini," kata Shin Tae-yong kepada wartawan, Rabu (15/2/2023). "Maksudnya, pelatih klub bisa bicarakan pelatih timnas itu ya katanya badut ya? Saya jujur berharap Persija juga bisa prestasi dengan baik. Tapi jika dipermasalahkan satu demi satu semuanya tentang saya. Ya saya juga tidak bisa diam."
Menurut Shin, sesama pelatih seharusnya bisa saling menghargai dan menjaga agar kata-kata seperti tidak keluar dari mulut seorang pelatih. Ia menilai setiap pelatih pasti punya permasalahan masing-masing dengan level yang berbeda.
"Jujur saya juga pegang tiga tim (timnas senior, U-20, dan U-23). Tanpa istirahat saya juga secara sistematis benar-benar berusaha biar sepak bola Indonesia berkembang terus," kata Shin menjelaskan. "Tetapi tidak ada pengertian sama sekali dari klub-klub. Tetapi ada yang bicara juga seperti itu ya (kalau mau TC terus ya mending jadi pelatih liga). Tetapi saya juga jujur, saya tidak ada istirahat sama sekali."
Shin mengatakan, seharusnya antarpelatih bisa saling menghargai. "Dan masalah dimaafkan atau tidak itu ya mungkin kita bisa pikirkan. Maksudnya, kita ngomong aja di media, dan jelek-jelekin orang, dan membuat saya menjadi orang jahat, menjadi orang tidak baik di media. Tetapi setelah itu minta maaf. Ya sebenarnya perasaannya bagaimana? Sebaliknya juga harusnya kita pikirkan."