Kim Jong-un Serukan Peningkatan Produksi Biji-bijian

Kim Jong un bertekad bawa perubahan revolusioner dalam produksi pertanian tanpa gagal

EPA-EFE/KCNA
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyerukan solidaritas publik untuk meningkatkan produksi biji-bijian secara signifikan. Seruan ini berlangsung di tengah kekhawatiran tentang kerawanan pangan yang memburuk.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyerukan solidaritas publik untuk meningkatkan produksi biji-bijian secara signifikan. Seruan ini berlangsung di tengah kekhawatiran tentang kerawanan pangan yang memburuk.

Kantor berita Korea Utara, KCNA mengatakan, selama pertemuan Partai Buruh yang berkuasa pada Senin (27/2/2023) Kim menyatakan tekad pemerintahnya untuk membawa perubahan revolusioner dalam produksi pertanian tanpa gagal. Namun KCNA tidak merinci apakah Kim mempresentasikan langkah spesifik untuk meningkatkan produksi biji-bijian.

"Tidak ada yang mustahil selama sistem kepemimpinan yang kuat dibangun di seluruh partai dan ada kekuatan bersatu dari semua orang," kata Kim seperti dikutip KCNA.

Banyak pengamat mengatakan, langkah untuk meningkatkan produksi biji-bijian akan membutuhkan lebih banyak pembelian pupuk, pestisida, dan mesin pertanian. Kekurangan pangan kronis di Korea Utara kemungkinan besar telah memburuk karena pembatasan Covid-19 yang menghambat perdagangan luar negerinya, termasuk sanksi internasional yang dipimpin Amerika Serikat dan kesalahan tata kelola pemerintah.

Menurut penilaian Korea Selatan, produksi biji-bijian Korea Utara tahun lalu diperkirakan mencapai 4,5 juta ton.  Pada dekade sebelumnya, produksi tahunannya diperkirakan mencapai 4,4 juta hingga 4,8 juta ton.  Badan mata-mata Korea Selatan mengatakan, Korea Utara membutuhkan 5,5 juta ton biji-bijian untuk kebutuhan pangan 25 juta penduduknya setiap tahun.

Dalam beberapa tahun terakhir, pembelian biji-bijian tidak resmi dari Cina mengimbangi sekitar setengah dari kesenjangan tersebut. Tetapi pembatasan lalu lintas perbatasan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 kemungkinan telah memangkas transaksi impor biji-bijian.

Seorang ekonom senior di Institut GS&J swasta di Korea Selatan, Kwon Tae-jin, mengatakan, situasi yang semakin memburuk adalah penurunan pendapatan masyarakat dan upaya pihak berwenang yang gagal untuk memasok biji-bijian melalui fasilitas yang dikelola negara sambil membatasi transaksi swasta di pasar. Sebagian besar analis mengatakan kekurangan pangan Korea Utara saat ini tidak mendekati titik ekstrem pada 1990-an, ketika ratusan ribu orang tewas dalam bencana kelaparan.  Mereka mengatakan, pertemuan Komite Sentral partai kemungkinan besar diadakan untuk mempromosikan citra Kim sebagai pemimpin yang peduli pada rakyatnya pada saat dia terkunci dalam konfrontasi dengan Amerika Serikat terkait program nuklirnya.

Sidang paripurna yang dibuka pada Ahad (26/2/2023) diperkirakan akan berlangsung setidaknya satu hari lagi. Dalam sidang pada Senin (27/2/2023), KCNA melaporkan, Kim mengatakan, tujuan utama konferensi adalah menemukan cara cepat untuk mencapai tujuan produksi biji-bijian tahun ini. Termasuk upaya jangka panjang yang layak secara ilmiah dapat meningkatkan produksi pertanian secara radikal dalam beberapa tahun.  Pejabat senior lainnya menganalisis kekurangan yang tidak ditentukan dalam proyek pembangunan pedesaan sebelumnya dan mengusulkan cara memperbaikinya.

Meningkatkan produksi biji-bijian adalah salah satu dari 12 tujuan ekonomi partai berkuasa Korea Utara yang diadopsi dalam pertemuan partai sebelumnya pada Desember.  Media pemerintah baru-baru ini mengatakan, produksi biji-bijian harus ditingkatkan dengan segala cara.

Baca Juga


sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler