Cerita Tim Baznas Saat Bantu Korban Gempa Turki, Disambut Hangat Hingga Disebut Pahlawan

Tim Baznas mendapatkan pengalaman mengharukan saat membantu korban gempa Turki.

Dok. Baznas
Tim Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI mendapatkan pengalaman mengharukan saat membantu korban gempa di Turki.
Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI mendapatkan pengalaman mengharukan saat membantu korban gempa di Turki. Kejadian itu terjadi saat akan mendistribusikan bantuan kemanusiaan kepada korban terdampak. 

Baca Juga


Tim BAZNAS yang terdiri dari empat personel mendapatkan sambutan hangat dan perlakuan istimewa dari warga Turki sejak tiba hingga pulang ke Indonesia. Banyak apresiasi yang diberikan kepada tim BAZNAS.

"Alhamdulillah setelah kita tiba di Turki kita mendapat sambutan yang luar biasa, karena mungkin mereka tahu kita dari Indonesia, karena bisa dilihat dari seragam yang kita pakai ada lambang negara kita. Kemudian mereka memberikan layanan spesial khusus untuk kami para relawan," kata Taufiq Hidayat, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (2/3/2023).

Taufiq menceritakan, pada awalnya sambutan istimewa diberikan oleh pihak keamanan yang berimbas pada pemberian kemudahan dalam pengurusan bagasi dan lainnya. Kala itu, pihak petugas keamanan Turki mengapresiasi tim BAZNAS yang sudah datang jauh dari Indonesia untuk membantu korban bencana Turki. 

Tak hanya di bandara, cerita menarik juga terjadi saat tim BAZNAS membeli perlengkapan musim dingin untuk warga terdampak. 

"Ketika saya mendatangi sebuah toko mencari sarung tangan, mereka bertanya ini untuk apa, saya jawab kami petugas penyelamat. Ditanya lagi dari mana, saya jawab dari Indonesia. Kemudian dicarikan yang bagus oleh pedagang itu dengan harga yang murah. Dan dia itu nangis gitu, bilang terima kasih atas bantuan yang diberikan kepada warga Turki. Pedagang lain pun mengucapkan terima kasihnya. Bagi saya itu jadi sesuatu yang mengharukan," ucap Taufiq. 

 

Tim Baznas Tanggap Bencana di Turki berjibaku membantu penyintas gempa di Gaziantep, Turki. - (Dok. Baznas)
 

Setelah itu, lanjut Taufiq, tim BAZNAS bergerak menuju Adana, yang memakan waktu perjalanan dua jam memakai pesawat dan dilanjut jalan darat. Berbagai kendala sempat dihadapi tim BAZNAS, salah satunya faktor cuaca dingin yang berkisar di antara tiga hingga lima derajat celcius. Namun, rasa dingin itu seakan sirna saat tim BAZNAS kembali mendapat sambutan dari seorang pramugari ketika akan berpindah lokasi. 

"Ada kejadian luar biasa. Tiba-tiba pramugari mendatangi saya di pesawat, dengan ramahnya dan bersimpuh duduk di bawah saya. Lalu dia bertanya asal saya, saya jawab Indonesia. Dia bilang lagi, atas nama pribadi, maskapai, dan masyarakat Turki mengucapkan terima kasih. Lalu dia masuk ke ruangan pramugari, dan memberikan paket bingkisan untuk kami. Itu merupakan penghormatan bagi kami," katanya. 

Kejadian menarik lalu berlanjut di Hatay, saat tim BAZNAS akan menyalurkan bantuan kemanusiaan. Tim BAZNAS merasakan bahwa para warga Turki yang terkena bencana, tidak memikirkan diri sendiri, dan masih peduli terhadap orang lain yang belum mendapat bantuan. 

Ketika akan diberikan bantuan, mereka menolak karena merasa masih memiliki stok yang cukup. Justru mereka meminta tim BAZNAS untuk bergerak membantu warga lain yang lebih membutuhkan bantuan. 

"Di sana kami bertugas membagikan bantuan di Hatay, ada pos Indonesia di sana, dan di sekitarnya ada tenda pengungsi. Sebelum saya distribusikan bantuan, saya ngobrol santai dengan penduduk setempat. Kemudian kami bertanya, apakah butuh bantuan? Mereka jawab kami masih puya stok. saya petani dan ada juga peternak, stok makanan dan susu kami aman. Masih ada saudara-saudara kita yang lebih membutuhkan," cerita Taufiq. 

Lalu warga itu menunjuk ke arah bukit, dan meminta BAZNAS bergerak ke arah sana karena banyak warga lain yang lebih membutuhkan bantuan. 

"Dan dia menujuk ke arah bukit. Di sana lebih butuh bantuan karena banyak yang rusak. Lalu kami menuju atas bukit dengan membawa sejumlah bantuan. Sampai atas bukit, benar ada rumah hancur dan tenda pengungsian. Ternyata respon warga di atas bukit pun sama, mereka hanya butuh bantuan yang mereka butuhkan saja. Sisanya silakan berikan kepada masyarakat yang lain. Ini bukti bahwa mereka masih memikirkan saling berbagi meski sedang ditimpa musibah," katanya.

Pengalaman serupa diceritakan oleh dr Reza Ramdhoni, yang merupakan tim kesehatan BAZNAS. Menurut Reza, saat dia dan tim berbelanja untuk membeli perlengkapan dasar pengungsi, dia mendapat kemudahan dari pedagang lokal setempat. 

"Saat belanja sembako, saya survei harga. Saya bawa sampel barang ke kasir, yang lantas diantar ke ruangan owner, namaya Pak Ismail. Setelah diberitahu dari Indonesia, dan akan memberikan bantuan yang berasal dari dana zakat dan lembaga zakat, dia lalu memberi apresiasi," kata Reza. 

"Nah saat kita bilang butuh 2.000 paket, sempat ada kebingungan karena tidak adanya ketersediaan barang. Tapi diusahakan oleh dia, sampai ambil barang dari Ankara yang jaraknya cukup jauh.  Kemudian dikasih diskon pula dan dia juga punya perusahaan jus kemasan, akhirnya ditambahkan jus dan biskuit oleh dia, dan dia bilang 'Ini sedekah saya'," ucap Reza. 

Bantuan yang diberikan penduduk setempat tak berhenti sampai di situ. Mereka bahkan rela meminjamkan gudang untuk digunakan tim BAZNAS, guna menyimpan belasan ton dan ribuan bantuan yang akan diberikan kepada masyarakat terdampak gempa Turki.

"Akhirnya bantuan kita bertambah banyak lagi. Lalu sama dia dipinjamkan gudang oleh sang pemilik. Jadi gudang itu digunakan BAZNAS utk menyimpan barang bantuan. Jadi bantuan dari pengusaha lokal sangat membantu kita," kata Reza.

Kerendahan hati masyarakat Turki kembali didapat tim BAZNAS saat akan kembali ke Indonesia. Saat akan check out dari hotel, pihak hotel ingin melepas tim BAZNAS dan mereka mengajak foto bareng serta mengucapkan terima kasih atas bantuan untuk masyarakat Turki.

"Sampai bandara kita sudah disambut dan disapa oleh petugas bandara. Kita diberikan kemudahan dari mulai check ini dan lain. Bahkan kita enggak perlu ribet, dipersilakan masuk langsung. Sampai sana sudah berbaris orang, dan menyambut kita. Kemudian kita diajak ke lounge dan semua orang tepuk tangan sambil berkata 'Ini adalah pahlawan kita'. Saya pun terharu sampai menangis. Dan di sana sudah ada staf pemerintahan. Kami disambut, lalu berdialog dan diberikan cendera mata. Kami dijamu, disilakan makan dan minum dengan gratis, dan suvenir juga," ucapnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler