Lupa Bersyukur
Sejatinya manusia itu hidup penuh dengan kenikmatan, namun manusia tidak menyadarinya.
Suatu ketika, seorang Raja memanggil penasehatnya yang bijak dan bertanya: Hai penasehatku, hidupku selalu gelisah, padahal aku memiliki segalanya. Tapi, aku heran melihat tukang kebun itu. Tak pernah tampak kesedihan di wajahnya. Si penasehat yang bijak itu pun tersenyum dan berkata, “besok perintahkan prajurit untuk mengantarkan hadiah kepadanya. Sediakan satu kotak uang dan tulislah 100 dinar. Namun isilah kotak itu dengan 99 dinar saja.”
Setelah hadiah diterima tukang kebun sambil kegirangan melihat kotak 100 dinar. Dia menghitungnya, ternyata hanya 99 dinar, dia yakin pasti ada 1 dinar jatuh. Dia pun mencari dari rumahnya sepanjang jalan menuju istana. Sibuk mencari 1 dinar, dia pun tidak tidur semalaman.
Paginya, Raja dan penasehat menanti tukang kebun. Tak berapa lama dia datang dengan wajah masam dan merengut. Raja pun bertanya pada penasehat; Apa yang terjadi? Penasehat menjawab, “Begitulah kehidupan, sibuk mencari yang tidak dimiliki, lupa mensyukuri yang dimiliki.”
Kisah ini mengingatkan kita betapa pentingnya bersyukur. Sebab, bersyukur merupakan kunci kebahagiaan dan ketenangan. Bersyukurlah dengan apa yang kita miliki, meski sedikit tapi berkah. Aa Gym mengatakan, "Jangan risau dengan nikmat-nikmat yang belum kita miliki. Tapi risaukanlah nikmat yang ada belum kita syukuri."
Sejatinya manusia itu hidup penuh dengan kenikmatan, namun manusia tidak menyadarinya. Sering terlintas dalam fikiran manusia, jika punya harta yang banyak, pangkat, jabatan atau kedudukan. Itulah yang dinamakan bahagia. Padahal hanya salah satu yang mendatangkan kebahagiaan, bukan jaminan untuk bahagia. Jika ini tolak ukur kebahagiaan, maka Fir’aun dan Qarun-lah manusia yang paling bahagia di atas dunia ini.
Banyak manusia hidup dalam kemewahan, namun tidak mendapatkan kebahagian dan ketenangan. Sebaliknya, ada yang hidup sederhana tapi hidupnya bahagia. Jelaslah, bahwa kebahagiaan itu milik kita semua, bukan milik orang kaya, pejabat, atau raja.
Untuk itu, jangan memikirkan apa yang tidak kita miliki. Cukup kita mensyukuri apa yang kita miliki. Sebab, itulah kunci untuk meraih kebahagiaan. Manusia dianjurkan agar senantiasa bersyukur, karena Allah selalu melimpahkan nikmat-Nya. Allah memberikan udara, air, waktu, sehat jasmani dan rohani. Semua diberikan secara gratis, tanpa dipungut biaya atau pajak oleh Allah SWT.
Secara tegas Allah berfirman dalam Alquran, “maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan.” Ayat ini tercantum dalam surat ar-Rahman diulang sebanyak 31 kali. Kemudian Allah menganjurkan agar nikmat-nikmat itu disyukuri; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibraim [14]: 7).
Jangan lupa bersyukur kepada Allah, agar kita dapat meraih kebahagiaan dan ketenangan hidup. Wallahu a’lam