Meski Ilmu Modern Bisa Prediksi, Tetap Saja Hujan adalah Perkara Gaib? Ini Kata Ulama
Hujan termasuk salah satu perkara gaib yang dirahasiakan Allah SWT
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ulama asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi menjelaskan lima persoalan gaib yang terdapat pada penutup Surat Luqman dalam Alquran. Di antaranya adalah turunnya hujan.
Menurut Nursi, turunnya hujan termasuk hal yang gaib. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman sebagai berikut:
اِنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗ عِلْمُ السَّاعَةِۚ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْاَرْحَامِۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًاۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌۢ بِاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
"Sesungguhnya Allah memiliki pengetahuan tentang hari Kiamat, menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dia kerjakan besok) (Begitu pula,) tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui lagi Mahateliti." (QS Luqman [31] ayat 34)
Namun, para ateis yang menyanggah waktu turunnya hujan sebagai bagian dari lima persoalan gaib di atas. Para ateis mengkritik bahwa waktu turunnya hujan bisa diketahui lewat observatorium cuaca. Jadi, dia juga bisa diketahui selain Allah SWT.
Sedangkan Said Nursi menyatakan bahwa waktu turunnya hujan sebenarnya tidak terikat dengan kaidah baku yang ada. Dia secara langsung terikat dengan kehendak khusus Tuhan dari perbendaharaan rahmat-Nya tanpa perantara. Dia pun mengungkapkan rahasia di baliknya.
Menurut Nursi, hakikat terpenting dan unsur paling berharga yang ada di alam ini adalah eksistensi, kehidupan, cahaya, dan rahmat. Empat unsur tersebut, tanpa ada perantara dan hijab, secara langsung tergantung pada kekuasaan dan kehendak Ilahi.
Memang benar, kata dia, sebab-sebab lahiriah yang terdapat pada ciptaan Tuhan lainnya menutupi perbuatan Ilahi, serta kaidah-kaidah baku yang ada sampai batas tertentu menghijab kehendak dan kemauan Ilahi.
Baca juga: Perang Mahadahsyat akan Terjadi Jelang Turunnya Nabi Isa Pertanda Kiamat Besar?
Hanya saja, kata Nursi, hijab dan tirai penutup tersebut tidak diletakkan di hadapan kehidupan, cahaya, dan rahmat, karena keberadaannya pada hal-hal tadi tidak berguna.
Karena rahmat dan kehidupan merupakan dua unsur terpenting yang ada di alam, sementara hujan merupakan asal kehidupan dan sumbu rahmat-Nya atau bahkan rahmat itu sendiri, maka berbagai perantara tidak boleh menutupinya dan berbagai kaidah yang ada juga tidak boleh menghijab kehendak-Nya.
Menurut Nursi, hal itu dimaksudkan agar setiap manusia, dalam setiap waktu dan urusan, selalu bersyukur, memperlihatkan penghambaan, meminta, merendahkan diri, dan berdoa kepada-Nya.
Sebab, jika seandainya urusan-urusan tersebut senantiasa sesuai dengan kaidah dan hukum tertentu, akan tertutuplah pintu syukur dan pengharapan manusia kepada Tuhan karena menyandarkan diri pada kaidah tersebut.
Seperti diketahui bahwa ada banyak manfaat pada terbitnya matahari. Namun karena ia terikat dengan kaidah tertentu, maka manusia tidak berdoa agar matahari terbit dan tidak bersyukur atas terbitnya.
Hal ini karena pengetahuan manusia dengan sarana kaidah tadi dapat mengetahui waktu terbitnya matahari di esok hari, maka tidak dianggap sebagai hal yang gaib.
Tetapi karena hujan tidak terikat dengan kaidah tertentu, maka setiap saat manusia selalu harus berlindung di haribaan Ilahi dengan harapan dan doa. Hal ini karena pengetahuan manusia tak mampu menentukan waktu turunnya hujan, maka mereka menerimanya sebagai karunia khusus yang bersumber dari perbendaharaan rahmat Ilahi sehingga mereka pun betul-betul bersyukur atasnya.
"Demikianlah, ayat Alquran di atas memasukkan waktu turunnya hujan sebagai salah satu dari lima persoalan gaib yang ada dengan alasan yang telah kami sebutkan," kata Nursi dalam bukunya yang berjudul Al-Lama'at terbitan Risalah Nur Press.
Adapun perkiraan turunnya hujan yang dilakukan lewat observatorium berdasarkan tanda-tanda yang ada, lalu dari sana ditentukan waktu turunnya, maka hal itu tidak disebut sebagai pengetahuan terhadap hal gaib. Tetapi merupakan pengetahuan tentang sebagian tanda turunnya ketika hampir menuju alam nyata setelah keluar dari alam gaib.
Jadi, persoalan-persoalan ghaib yang bisa diketahui lewat perkiraan atau setelah ia hampir terwujud tidak bisa dikatakan sebagai pengetahuan terhadap hal gaib, tetapi merupakan pengetahuan tentang keberadaannya atau pengetahuan tentang hal-hal yang mendahului keberadaannya.
Bahkan lewat perasaan yang tajam aku sendiri kadangkala bisa memperkirakan turunnya hujan sehari sebelumnya. Artinya, ada tanda-tanda awal sebelum hujan turun.
Tanda awal itu tampak dalam bentuk kelembaban yang merupakan isyarat akan turunnya hujan. Kondisi ini menjadi perantara bagi manusia untuk mengetahui persoalan yang telah keluar dari alam gaib dan tengah masuk ke alam nyata.
"Adapun hujan yang belum menginjakkan kakinya ke alam nyata serta masih belum keluar dari rahmat dan kehendak Ilahi, maka pengetahuan tentangnya hanya dimiliki oleh Allah, Dzat Yang Maha Mengetahui segala hal gaib," jelas Nursi.