Musisi Papan Atas Inggris Menolak Tampil di Acara Penobatan Raja Charles III

Pihak Istana Buckingham tak berkomentar mengenai penolakan musisi papan atas Inggris.

AP/Danny Lawson
Raja Inggris Charles III berlindung di bawah payung di luar York Minster untuk menghadiri kebaktian singkat pembukaan patung Ratu Elizabeth II, dan bertemu orang-orang dari Katedral dan Kota York, Inggris, Rabu, 9 November 2022.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Deretan musisi papan Inggris atas Inggris menolak tampil dalam acara penobatan Raja Charles III pada Mei mendatang. Musisi pop Inggris seperti Spice Girls, Robbie Williams, Harry Styles, Adele, dan Elton John menolak tawaran dari kerajaan untuk tampil dalam acara tersebut.

Baca Juga


Elton John mengkonfirmasi bahwa dia menolak undangan untuk tampil di kerajaan karena alasan penjadwalan. Sementara musisi lainnya enggan berkomentar.

Musisi papan atas biasanya mengantri di luar istana untuk tampil di acara kerajaan besar mana pun. Tetapi tradisi itu telah berubah dan membuat publik bertanya-tanya.

“The Nineties sangat berbeda dalam budaya pop Inggris.  Itu adalah Buruh Baru, semua orang bermain-main dan sedikit nakal," ujar penulis Reach For The Stars, sebuah buku yang menyajikan pop Inggris antara era 90an dan 2000an, Michael Cragg, dilaporkan Rolling Stone, Kamis (2/3/2023).

"Sifat nakal itu sudah tidak ada lagi.  Sekarang kami benar-benar ingin tahu siapa orang-orang itu dan versi keluarga Kerajaan yang baru-baru ini kami pelajari melalui buku Pangeran Harry dan bagaimana skandal Pangeran Andrew ditangani," kata Cragg.

Belum lama ini, tuduhan tentang hubungan Pangeran Andrew dengan Jeffrey Epstein. Termasuk dugaan hubungan seksual dengan salah satu korban Epstein masih segar di benak warga Inggris. Begitu pula dengan wawancara Andrew di BBC Newsnight 2019 yang membawa bencana tentang klaim tersebut.  

Skandal Pangeran Andrew belum reda, Pangeran Harry dan istrinya Meghan Markle secara terbuka mengumumkan bahwa mereka mengundurkan diri dari tugas kerajaan. Sejak keluar dari kerajaan, Harry dan Markle telah mengajukan beberapa tuduhan terhadap keluarga kerajaan dan pers Inggris.

Pasangan itu mengklaim bahwa perlakuan kerajaan dan pers Inggris terhadap Markle menyebabkan kekhawatiran terkait kesehatan mental dan fisiknya.  Wacana dan perpecahan yang berkembang antara pasangan itu kerajaan telah didokumentasikan dalam buku memoar Harry berjud Spare, dan serial Netflix, Harry & Meghan.

“Keluarga kerajaan telah menghadapi sejumlah bencana akhir-akhir ini, dan siapa pun yang tampil di acara itu harus mempertimbangkan apakah akan ada reaksi balik dari penampilan di antara penggemar mereka,” kata Simon Jones, seorang public relation dari Little Mix, Niall Horan, dan Louis Tomlinson.

Bagi banyak penggemar milenial dan Gen Z di Inggris khususnya, Royalisme adalah ide yang kotor. Sebelumnya publik melihat Ratu Elizabeth II sebagai nenek lama bangsa. Sementara Charles bukanlah kakek negara, melainkan lambang kosong keluarga kerajaan.

"Saya tidak tahu apa untungnya bagi seniman jika bergaul dengannya (Charles). Dengan sang Ratu, dia luar biasa dan glamor bagi sebagian orang.  Charles tidak menambahkan apa pun, tidak ada warisannya yang ingin diselaraskan dengan siapa pun. (Acara penobatan) itu disiarkan di televisi, jadi banyak orang akan mendengar lagu Anda, tetapi dalam hal strategi komunikasi jangka panjang, saya tidak tahu apakah pertunjukan itu akan menambah narasi artis secara positif kecuali mereka sangat mendukung monarki," ujar Kepala perusahaan humas musik Inggris terkemuka, Meg.

Meg mengatakan, penobatan Raja Charles III pada akhirnya menggarisbawahi simbolisme dari salah satu musisi papan atas. Menurut Meg, yang enggan menyebutkan nama lengkapnya, pada 2023 keluarga kerajaan lebih membutuhkan musisi ketimbang musisi membutuhkan kerajaan.

Seorang juru bicara Istana Buckingham tidak menanggapi permintaan komentar mengenai penolakan musisi papan atas Inggris dalam penobatan Raja Charles III.

Setiap artis yang menolak tentu saja memiliki motivasi politiknya masing-masing. Seperti yang dicatat oleh seorang penggemar Adele, Grace Martha dari London. Martha mengatakan, Adele bangga menjadi juara kelas pekerja dari Tottenham, yaitu salah satu daerah yang paling beragam secara etnis di Inggris.  

“Kemegahan dan uang yang dihabiskan untuk penobatan ini sama sekali tidak mewakili nilai-nilainya,” kata Martha.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler