Konsumsi Plasenta Bayi Kembali Ngetren, Apa Bahayanya?

Para ibu di AS meminum plasentanya dalam bentuk kapsul setelah bayinya lahir.

Republika/Edwin Dwi Putranto
Perawat menggendong bayi yang baru lahir (ilustrasi). Di Amerika Serikat, tren mengonsumsi dan mengawetkan plasenta kembali marak.
Rep: Rahma Sulistya Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengonsumsi dan "mengawetkan" plasenta merupakan hal yang sudah pernah dilakukan banyak orang pada beberapa tahun silam. Namun, kali ini Center for Disease and Control of Prevention (CDC) angkat bicara dengan tegas terkait kebiasaan yang kembali ngetren ini.

Seorang ibu dari Los Angeles, Amerika Serikat, Megan Kilpatrick (32 tahun), termasuk salah satu yang berencana mengikuti tren tersebut. Dia ingin memasukkan ari-ari bayinya ke dalam kapsul. 

Baca Juga


Proses enkapsulasi dimulai dari mengukus, mengeringkan, dan menghaluskan ari-ari, lalu memasukkannya ke dalam kapsul. Kapsul isi bubuk plasenta akan dikonsumsi oleh Kilpatrick pascapersalinan.

Dilansir Today, Senin (6/3/2023), Kilpatrick mengaku banyak belajar setelah memutuskan mengkapsulkan plasentanya. Dengan begitu, ia bisa membuat sebuah kenang-kenangan dari plasentanya.

"Memiliki aksesori dari ari-ari yang berlapis emas adalah bonus," kata dia.

Sementara itu, seorang ibu asal Texas, Amerika Serikat, Carmen Calvo (43), sudah mulai membuat kenang-kenangan dari plasenta sebagai bagian dari paket enkapsulasi plasenta untuk orang tua baru sejak 2011. Ternyata, kenang-kenangan dari ari-ari bayi ini menjadi viral lagi di platform media sosial seperti TikTok.

Tapi, CDC memperingatkan bahaya kesehatan bagi ibu dan bayi jika para ibu meminum plasentanya. Konsumsi ari-ari ini kembali menjadi populer karena promosi dari selebritas seperti Kim dan Khloe Kardashian, serta Holly Madison, dan January Jones.

"Ada bukti potensial untuk risiko bahaya karena pemanasan yang tidak memadai, dan persiapan kapsul plasenta yang mungkin tidak cukup baik untuk memberantas infeksi bakteri dan virus yang ditularkan ke bayi baru lahir," kata asisten profesor di University of Alberta, Kanada, Dr Stephanie Liu.

Sementara itu dokter spesialis kebidanan dan kandungan Christine Noa Sterling mengatakan praktik "mengawetkan" plasenta ini aman. "Begitu bayi lahir dan plasenta dikeluarkan, tidak ada dampaknya pada ibu atau bayi andaikan seutas tali pusar itu diambil untuk dibuat kenang-kenangan," kata dia.

Dr Sterling yang merupakan pendiri parenting resource Sterling Parents mengatakan ada beberapa keadaan di mana dokter kandungan atau dokter anak mungkin ingin plasenta dan tali pusar diperiksa oleh ahli patologi atau dokter spesialis pemeriksaan jaringan untuk membantu menegakkan diagnosis medis. Dalam kasus ini, seluruh plasenta dan tali pusar harus dikirim ke laboratorium untuk diperiksa.

"Orang tua harus berbicara dengan pihak laboratorium untuk menentukan apakah sepotong talinya dapat dikembalikan atau tidak setelah pemeriksaan dan pengujian selesai," papar dia.

Ibu asal Pennsylvania, Amerika Serikat, Breanna Powderly (29), tidak ingin plasenta bayinya "diawetkan". Dia justru bersyukur plasentanya berada di tempat yang aman.

Powderly memutuskan untuk menguburkan plasentanya di halaman belakang ketika putrinya berusia satu tahun. Dia mengaku menguburkannya di bawah semak mawar yang ditanamnya sebagai penghargaan untuk nama tengah putrinya.

"Menguburnya di hari ulang tahunnya yang pertama terasa sangat sakral karena talinya adalah tambatan yang menyatukan kami saat dia berada di dalam rahimku," ujar Powderly.

Bagi Powderly, hal itu menjadi cara yang sangat istimewa untuk menghormati hubungannya dengan sang anak dan menamatkan hubungan keduanya sebagai ibu dan janin. Karena ketika lahir, anak akan bertumbuh dan berkembang.

Dr Sterling menegaskan bahwa plasenta yang telah "diawetkan" dan dijadikan kenang-kenangan seperti aksesori sebetulnya juga ada manfaatnya. Benda itu dapat menghibur para ibu yang anaknya sudah meninggal saat dilahirkan atau setelah kelahiran.

"Meskipun kami perlu memeriksa plasenta dan tali pusar dalam kasus ini, kami juga mencoba bekerja sama dengan departemen patologi untuk mengakomodasi permintaan kenang-kenangan. Kami tahu betapa pentingnya plasenta itu bagi keluarga yang kehilangan bayi mereka," papar dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler