Kronologi Empat Warga AS Diculik di Meksiko, Dua Tewas
Baku tembak di Matamoros sangat buruk sehingga Konsulat AS mengeluarkan peringatan
REPUBLIKA.CO.ID, CIUDAD VICTORIA -- Pekan lalu, empat orang Amerika yang melakukan perjalanan ke Meksiko untuk mencari perawatan kesehatan terjebak dalam baku tembak mematikan dan diculik oleh pria bersenjata berat. Keempatnya bepergian pada Jumat (3/3/2023) menggunakan minivan putih dengan plat nomor North Carolina.
FBI mengatakan, keempat warga Amerika itu diserang tak lama setelah memasuki kota Matamoros dari Brownsville, yang terletak di ujung paling selatan Texas dekat pantai Teluk. FBI sempat menawarkan hadiah sebesar 50 ribu dolar AS untuk kembalinya para korban dan penangkapan para penculik.
"Keempat orang Amerika itu ditempatkan di dalam kendaraan dan dibawa dari tempat kejadian oleh orang-orang bersenjata," kata pernyataan FBI.
Zalandria Brown dari Florence, Carolina Selatan, mengatakan, dia telah menghubungi FBI dan pejabat setempat setelah mengetahui bahwa adik laki-lakinya, Zindell Brown, menjadi salah satu dari empat korban.
"Ini seperti mimpi buruk. Melihat seorang anggota keluarga Anda dilempar ke belakang truk dan diseret, sungguh sulit dipercaya," ujar Zalandria Brown.
Zalandria Brown mengatakan saudara laki-lakinya tinggal di Myrtle Beach. Dua teman Zindell Brown menemani teman ketiganya yang pergi ke Meksiko untuk operasi pengencangan perut. Seorang dokter yang mengiklankan operasi semacam itu di Matamoros tidak menjawab telepon untuk meminta komentar.
Zalandria Brown mengatakan, Zindell Brown dan teman-temannya sangat dekat. Selama perjalanan, mereka saling membantu dan berbagi tugas untuk mengemudi. Mereka sadar dengan bahaya keamanan di Meksiko. Zalandria mengatakan, sepanjang perjalanan, saudara laki-lakinya telah mengungkapkan beberapa keraguan.
"Zindell terus berkata, 'Kita tidak boleh turun'," kata Zalandria.
Sebuah video yang diunggah ke media sosial pada Jumat menunjukkan pria dengan senapan serbu dan pelindung tubuh berwarna cokelat memuat empat orang ke mobil pikap putih pada tengah hari. Satu orang masih hidup dan duduk, tetapi yang lain sepertinya telah tewas atau terluka. Setidaknya satu orang tampak mengangkat kepalanya dari trotoar sebelum diseret ke truk.
Adegan tersebut menggambarkan teror yang telah merajalela selama bertahun-tahun di Matamoros. Kota ini didominasi oleh faksi kartel narkoba Teluk yang kuat dan kerap saling serang antarkelompok.
Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador mengatakan, ada konfrontasi antar kelompok, dan mereka telah ditahan. Namun presiden tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Kepala jaksa Tamaulipas, Irving Barrios, mengatakan, seorang wanita Meksiko tewas dalam penembakan pada Jumat. Dia tidak merinci apakah dia terbunuh dalam baku tembak yang sama ketika penculikan itu terjadi.
Seorang wanita yang mengemudi di Matamoros dan meminta untuk tidak disebutkan namanya mengatakan, dia menyaksikan situasi seperti penembakan dan penculikan. Wanita itu mengatakan, minivan putih tersebut ditabrak oleh kendaraan lain di dekat persimpangan, kemudian terdengar suara tembakan. Sementara SUV lain meluncur, dan beberapa pria bersenjata melompat keluar dari kendaraan.
“Tiba-tiba mereka (orang-orang bersenjata itu) ada di depan kami. Saya kaget, tidak ada yang membunyikan klakson, tidak ada yang bergerak. Semua orang pasti memikirkan hal yang sama, ‘Jika kita bergerak, mereka akan melihat kita, atau mereka akan menembak kita'," ujar wanita itu.
Wanita itu mengatakan, orang-orang bersenjata memaksa seorang wanita, yang bisa berjalan, ke bagian belakang pikap. Satu orang lagi dibawa ke truk tetapi masih bisa menggerakkan kepalanya.
"Dua lainnya diseret di trotoar, kami tidak tahu apakah mereka hidup atau mati," kata wanita tersebut.
Baku tembak di Matamoros pada Jumat sangat buruk sehingga Konsulat AS mengeluarkan peringatan tentang bahaya tersebut. Sementara otoritas setempat memperingatkan orang-orang untuk berlindung di tempat.
Duta Besar AS untuk Meksiko, Ken Salazar mengatakan, orang Amerika diculik di bawah todongan senjata dan seorang warga negara Meksiko yang tidak bersalah tewas dalam serangan itu. Dia mengatakan berbagai lembaga kehakiman AS bekerja sama dengan rekan-rekan mereka di Meksiko untuk menemukan orang-orang yang hilang.
Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre, mengatakan, Presiden Joe Biden telah menerima informasi mengenai penculikan dan kekerasan tersebut. Korban kekerasan di Matamoros dan kota-kota perbatasan besar lainnya di Tamaulipas sering tidak terhitung, karena kartel memiliki sejarah untuk mengurus jenazah mereka sendiri. Sementara media lokal sering menghindari pelaporan semacam itu karena masalah keamanan.
Departemen Luar Negeri memperingatkan warga AS untuk tidak melakukan perjalanan ke Tamaulipas. Namun warga AS yang tinggal di Brownsville atau tempat lain di Texas sering menyeberang untuk mengunjungi keluarga, menghadiri pertemuan medis, atau berbelanja. Ini juga merupakan titik persimpangan bagi orang yang bepergian lebih jauh ke Meksiko.
Sebagai markas kartel Teluk, Matamoros dulunya relatif tenang. Selama bertahun-tahun, keluar malam di kota adalah bagian dari liburan dua negara. Para pelancong berbondong-bondong ke Pulau Padre di Selatan Texas.
Tetapi kekerasan kartel meningkat selama 10 hingga 15 tahun terakhir dan membuat sebagian besar bisnis khawatir. Bahkan terkadang warga AS ikut menjadi korban dalam pertempuran.
Sebelumnya pada Oktober 2014, tiga saudara kandung AS menghilang di dekat Matamoros saat mengunjungi ayah mereka. Ketiganya kemudian ditemukan tewas tertembak dan terbakar. Orang tua mereka mengatakan, ketiganya telah diculik oleh pria berpakaian polisi yang mengidentifikasi diri mereka sebagai "Hercules" atau sebuah unit keamanan taktis di Kota Matamoros.