Miliki Prospek Cerah, Waktunya Beli Saham BSI?
BSI dinilai memiliki prospek yang cerah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) dinilai memiliki prospek yang cerah seiring adanya sentimen penguatan modal perseroan. Analis Pasar Modal Mandiri Sekuritas Kresna Hutabarat dan Boby Kristanto Chandra merekomendasikan masyarakat untuk membeli saham BRIS.
"Sebagai gambaran, harga saham BSI sempat meroket dengan kenaikan 23,57 persen pada pekan kedua Februari 2023. Bahkan, harga sahamnya pada Kamis (16/2/2023) ditutup di level Rp 1.625 per saham. Sedangkan, pada penutupan pasar Selasa (7/3/2023) saham BRIS ditutup di level 1.595," ujar mereka dalam keterangan tertulis, Kamis (9/3/2023).
Melonjaknya saham BSI pada awal Februari 2023 itu terpicu oleh kabar masuknya investor asing sebagai pemegang saham perseroan. Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan berencana untuk mengocok ulang posisi pemegang saham di BSI.
Mengutip data terbaru dari perseroan, prospek kinerja yang positif pada 2023 pun sudah terlihat pada awal tahun. Aset perseroan pada Januari 2023 meningkat 11,42 persen dibandingkan dengan posisi pada Januari 2022 menjadi Rp299,7 triliun dari Rp268,97 triliun.
Untuk pembiayaan, posisi pada Januari 2023 mencapai Rp 206,46 triliun. Jumlah itu naik sekitar 22,44 persen secara tahunan dari Rp 168,63 triliun pada Januari 2022. Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) juga naik 9,27 persen dari Rp 235,52 triliun pada Januari 2022 menjadi Rp 257,35 triliun pada Januari 2023.
Porsi dana murah (CASA) juga terus bertumbuh dengan kenaikan sekitar 3,43 persen dari 56,97 persen pada Januari 2022 menjadi 60,4 persen pada Januari 2023. Kunci pertumbuhan tersebut adalah tabungan Wadiah yang bertumbuh 20,25 persen pada periode yang sama dari Rp 35,55 triliun menjadi 42,75 triliun. Sedangkan, laba unaudited pada Januari 2021 mencapai Rp443,64 miliar, naik 38,50 persen dibandingkan Januari 2022 sebesar Rp320,3 miliar.
Untuk ROE pada Januari 2022 mencapai 16,36 persen, sedangkan Januari tahun ini 16,82 persen. Untuk CIR dari 52,49 persen menjadi 49 persen yang menandakan kinerja yang semakin efisien. Untuk NPF bruto posisi pada Januari 2022 ada pada level 2,98 persen dan mampu ditekan menjadi 2,43 persen pada Januari 2023.