Analis : BSI Miliki Ruang Pertumbuhan yang Besar

Permintaan produk syariah cukup besar baik retail banking maupun wholesale banking.

Prayogi/Republika.
Karyawan melintas di dekat logo Bank Syariah Indonesia (BSI) KC Jakarta Barat (ilustrasi). Analis pasar modal sektor perbankan dari Mandiri Sekuritas Kresna Hutabarat dan asisten periset Boby Kristanto Chandra mengatakan Bank Syariah Indonesia (BSI) memiliki ruang pertumbuhan yang besar. Dalam riset terbaru mereka, disebutkan salah satu faktor pendukung cerahnya prospek BSI adalah literasi keuangan syariah pada 2022 yang baru sebesar 9,1 persen.
Rep: Dian Fath Risalah Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Analis pasar modal sektor perbankan dari Mandiri Sekuritas Kresna Hutabarat dan asisten periset Boby Kristanto Chandra mengatakan Bank Syariah Indonesia (BSI) memiliki ruang pertumbuhan yang besar. Dalam riset terbaru mereka, disebutkan salah satu faktor pendukung cerahnya prospek BSI adalah literasi keuangan syariah pada 2022 yang baru sebesar 9,1 persen.

Baca Juga


Secara total di tingkat nasional indeks literasi keuangan sudah 49,7 persen. Indeks literasi keuangan syariah tentunya akan terus meningkat sejalan dengan animo masyarakat yang terus tumbuh terhadap industri keuangan syariah.

Perbankan syariah, lanjut mereka, juga berpotensi untuk mendorong pertumbuhan berbagai sektor seperti konsumen dan pembangunan sektor riil. Sebab, saat ini, permintaan produk syariah cukup besar baik di segmen retail banking maupun wholesale banking.

"Mengacu data pemerintah, sekitar 44 persen umat Islam di Indonesia lebih memilih produk syariah dibandingkan dengan produk konvensional," tulis hasil riset tersebut yang disampaikan di Jakarta pada Kamis (9/3/2023).

Karena itu, inovasi dan perbaikan baik model bisnis maupun proses bisnis diperlukan untuk memberikan daya tarik tertinggi. Juga memperkuat level layanan kepada nasabah dan calon nasabah agar bank syariah dapat memperoleh lebih banyak nasabah dan karenanya memperbesar pangsa pasar.

Mengutip data terbaru BSI, prospek kinerja yang positif pada 2023 pun sudah terlihat di awal tahun. Aset perseroan pada Januari 2023 meningkat 11,42 persen dibandingkan dengan posisi pada Januari 2022, menjadi Rp 299,7 triliun dari Rp 268,97 triliun.

Untuk pembiayaan posisi pada Januari 2023 mencapai Rp 206,46 triliun. Jumlah itu naik sekitar 22,44 persen secara tahunan dari Rp 168,63 triliun pada Januari 2022. Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) juga naik 9,27 persen dari Rp235,52 triliun pada Januari 2022 menjadi Rp 257,35 triliun pada Januari 2023.

Porsi dana murah (CASA) juga terus bertumbuh dengan penaikan sekitar 3,43 persen dari 56,97 persen pada Januari 2022 menjadi 60,4 persen pada Januari 2023. Kunci pertumbuhan tersebut adalah tabungan Wadiah yang bertumbuh 20,25 persen pada periode yang sama dari Rp 35,55 triliun menjadi 42,75 triliun. Sedangkan laba unaudited pada Januari 2021 mencapaiRp 443,64 miliar, naik 38,50 persen dibandingkan Januari 2022 sebesar Rp 320,3 miliar.

Untuk ROE pada Januari 2022 mencapai 16,36 persen sedangkan Januari tahun ini 16,82 persen. Untuk CIR dari 52,49 persen menjadi 49 persen yang menandakan kinerja yang semakin efisien. Untuk NPF gross posisi pada Januari 2022 ada pada level 2,98 persen dan mampu ditekan menjadi 2,43 persen pada Januari 2023.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler