Kekuatan dari Sedikit Makan

Nabi Muhammad menganjurkan umatnya untuk tidak banyak makan.

Republika/Thoudy Badai
Pengunjung menyantap makanan di Festival Tjemilan TiJe di Halte TransJajarta Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Sabtu (25/2/2023). Festival tersebut menyediakan beragam jajanan jadul serta makanan yang digelar mulai tanggal 23 Februari hingga 19 Maret sebagai upaya memberdayakan UMKM dengan memanfaatkan ruang publik sebagai sarana untuk berdagang.
Rep: Rossi Handayani Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di zaman saat ini, sebagian orang terlalu berlebihan dalam memenuhi hawa nafsunya untuk makan. Dan ternyata terlalu banyak makan akan membawa berlipat-lipat bahaya pula.

Baca Juga


Dikutip dari buku Tazkiyatun Nafs, Sedikit makan dapat melembutkan hati, menguatkan daya pikir, membuka diri, serta melemahkan hawa nafsu dan sifat marah. Sedangkan, banyak makan akan mengakibatkan kebalikannya.

Miqdam bin Ma’d Yakrib berkata, "Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,

ما ملأَ ابن آدَم وِعاءً شَرًّا مِن بَطنهِ بحَسْبِ ابنِ آدَمَ لُقَيماتٍ يَضْمَنُ صَلْبَه، فإن كان لا محالة فثُلُثٌ لطَعامِه وثُلُثٌ لشَرابِه، وثُلُثٌ لنَفَسِه

"Tidak ada bejana yang diisi oleh anak Adam yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak bisa, maka sepertiga dari perutnya hendaknya diisi untuk makannya, sepertiga untuk minumnya, dan sepertiga untuk nafasnya.” Hadits shahih diriwayatkan Imam Ahmad, At-Tirmidzi.

Berlebihan dalam makan mengakibatkan banyak hal buruk. Ia akan menggerakkan anggota badan untuk melakukan berbagai kemaksiatan serta menjadikannya merasa berat untuk berbuat taat dan beribadah. Dua hal ini pun sudah cukup sebagai suatu keburukan bagi Anda!

Berapa banyak kemaksiatan yang bermula dari keadaan kenyang dan berlebihan dalam makan. Berapa banyak pula ketaatan dalam keadaan sebaliknya. Maka, barangsiapa bisa menjaga keburukan perutnya ia telah menjaga diri dari keburukan yang besar. Pun, setan lebih terampil memperdaya manusia ketika perutnya dipenuhi dengan makanan.

Sebagian salaf berkata, "Sebagian pemuda bani Israil berta’abbud (berpuasa sambil berkhalwat). Bila datang masa berbuka seorang dari mereka berkata, "Janganlah makan banyak-banyak, sehingga minum kalian pun banyak, lalu tidur kalian juga banyak, akhirnya kalian banyak merugi.

"Seringkali Rasulullah ﷺ dan para sahabat berada dalam keadaan lapar, walaupun itu memang karena tidak adanya makanan. Tetapi, bukankah Allah Azza wa Jalla hanya memilihkan keadaan terbaik bagi RasulNya? Itulah sebabnya lbnu Umar Radhiyallahu Anhuma berusaha untuk menyerupai beliau, walaupun dia mampu untuk makan apa saja. Demikian pula dengan ayahnya.

Aisyah radhiyallahu anha meriwayatkan, “Sejak masuk ke Madinah, keluarga Rasulullah ﷺ belum pernah merasa kenyang oleh roti gandum selama tiga hari berturut-turut sampai beliau wafat”. (HR Bukhari dan Muslim)

Ibrahim bin Adham berkata, "Barangsiapa memelihara perutnya akan terpeliharalah dinnya. Barangsiapa mampu menguasai rasa laparnya akan memiliki akhlak yang baik. Sesungguhnya kemaksiatan kepada Allah Azza wa Jalla itu jauh dari seorang yang lapar dan dekat dari seorang yang kenyang”.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler